75. Akhir Ekpedisi Samudra

180 12 1
                                    

"Dia penduduk Airia?" Jeonghan bertanya, ia agak tak percaya dengan cerita Hansol. Tetapi saat Hansol menunjukkan serbuk silver yang dikeluarkan dari kantong dan hal itu membuat benda lain terbang barulah Jeonghan percaya.

Sudah lewat seminggu dari peristiwa yang memakan banyak korban itu berlalu. Keadaan pulau kembali pulih meski masih ada kerusakan di beberapa titik tempat namun penduduk sudah bisa merasa aman karena sudah membangun lagi rumah-rumah mereka.

Perlu waktu lebih lama sampai keadaan pulau benar-benar pulih total.

Hansol dan Jeonghan berjalan cepat. Jeonghan dipanggil oleh Eunjo ke rumah kesehatan untuk memantau kondisi teman-temannya yang masih dalam tahap penyembuhan.

Beberapa hari lalu Joshua dan Seungkwan sadar, kondisi mereka lemah dengan kekuatan tak stabil menyambar beberapa tempat sampai muncul bekas terbakar dan beku. Gyuri siuman sehari setelah pertempuran, keadaannya sama parahnya sedangkan Hyunjin kabarnya baru saja menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.

"Kita harus menanyai orang ini," kata Hansol.

Jeonghan mengangguk lalu membuka pintu. Tampaknya sudah ada orang lain yang memantau keadaan Hyunjin.

Gyuri berdiri sedangkan Hyunjin tampak bersujud di hadapannya. Berbicara dengan suara gemetar mohon diampuni. Myungho telah menjelaskan perubahan sikap dari orang-orang terdekatnya adalah efek dari hipnotis, tetapi tetap saja yang melakukan adalah orang ini.

"Maafkan aku tuan. Maafkan aku, aku pantas mati."

Apa yang dilakukan Hyunjin bisa dikatakan fatal. Membantu rencana memancing erupsi, dan yang paling tidak bisa Gyuri maafkan adalah menangkap Terra tanpa sepengetahuannya.

Gyuri melirik ke samping, ada Jeonghan dan Hansol di sana. Ia memalingkan wajah lalu berjalan menjauh dari Hyunjin. Lekas Jeonghan menghampiri Hyunjin, memeriksa keadaan pria itu. Hyunjin masih saja bergumam memohon maaf pada Gyuri atas apa yang telah ia lakukan.

"Aku permisi," Gyuri berujar pada Hansol, selepasnya ia keluar dari tempat ini.

"A-apa yang telah terjadi sebenarnya? Mengapa keadaan pulau separah ini?" tanya Hyunjin beruntun, ia kebingungan setengah mati.

Jeonghan dan Hansol bertukar pandang.

"Kau tidak mengingat apa-apa?" Jeonghan balik bertanya, "apa yang terakhir kali kau ingat?"

Pandangan Hyunjin mengedar ke sana kemari, mencoba memutar memori kejadian terakhir yang ia ingat. Rasanya berat karena ada ingatan lain yang tumpang tindih.

"D-dimana Yeosang?"

Itulah kata pertama yang Hyunjin katakan, ia mencoba berdiri tetapi karena keadaannya lemas ia nyari jatuh. Hansol menahan tubuhnya.

"Yeosang?"

Jeonghan berekspresi aneh, ia tidak tahu siapa orang itu.

"Dia temanku. Dia datang bersama para penjahat yang membakar pulau ini, dimana mereka?"

Sekarang bisa disimpulkan jika peristiwa terakhir yang Hyunjin ingat sebelum dihipnotis adalah peristiwa penyerangan pulau yang didalangi oleh Steven dan antek-anteknya. Itu waktu yang sudah sangat lama.

"Mereka mati," tutur Jeonghan.

Jelas Hyunjin tidak tahu apa-apa. Ia syok mendengar kabar itu.

"Kau mengenal mereka?" tanya Hansol mengintrupsi.

Hyunjin mengangguk, namun setelahnya menggeleng, "aku hanya mengenal Yeosang. Kami melarikan diri dari pulau Hwaa bersama tetapi kami terpisah ketika sampai di samudra ini. Lalu dia datang kemari bersama teman-temannya yang juga tersesat, tapi mereka malah—"

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang