49. Penyambutan

115 13 7
                                    

Mereka tidak dikurung, tidak pula dibelenggu. Hanya pergerakan mereka yang seakan terus diawasi selama beraktifitas di tempat ini. Karena itu Joshua dan Soonyoung terus saling melirik untuk memberi kode kalau warga desa tampak masih membututi mereka semua, bahkan sampai mengintip ke dalam rumah yang kini mereka huni. Tindakan yang tidak sopan.

Begitu dirasa sudah tak ada lagi ancaman, Jun memberi intruksi sehingga beberapa anggota yang berdiri di dekat jendela segera menutup daunnya dan menurunkan tirai.

"Jangan bilang kau malah mau menetap di tempat ini?!"

Soonyoung yang duluan bicara, menatap tajam ke arah Seungcheol yang ada di tengah-tengah ruangan. Orang-orang yang pro dengan opsi menetap tampak ketakutan atas reaksi Soonyoung yang menentang pendapat mereka.

"Dengar," Seungcheol berkata, menahan pergerakan Soonyoung yang terus berjalan mendekatinya sembari menodongkan tongkat kecil, "aku punya ide. Tunggu sebentar."

"Katakan," intrupsi Soonyoung lagi.

"Kita harus berdiskusi dulu," balas Seungcheol lagi, pandangannya mengedar kepada seluruh anggota tim yang ada. Selepas memutuskan untuk tinggal, mereka langsung menyerahkan satu bunga hujan bintang kepada Gyuri dan mereka langsung dikembalikan ke posisi semua lalu ditinggalkan.

Jihoon maju selangkah, hendak menyampaikan pendapat. "Menurutku tempat ini janggal."

"Benar," sahut Dokyeom dengan sorot mata yang menandakan kekhawatirannya.

"Apa benar yang dia katakan tidak pernah ada yang bisa keluar?" tanya Seungkwan pula, ia sudah ketakutan duluan.

Wonwoo berpikir, mengetuk ujung bibirnya sampai sebuah asumsi muncul di pikiran. "Perkataan dia yang soal gunung itu tidak pernah erupsi lagi dalam waktu yang lama bisa jadi benar, bisa dilihat dari bentuk kawahnya. Kurasa letusan terakhirnya sekitar ribuan tahun yang lalu."

Kening Chan berkerut, tak bisa menyambungkan teori yang ada. Dirinya hanya bisa mempertanyakan apa yang sedang didiskusikan saat ini.

"Kita perlu waktu agar bisa keluar dari pulau ini," sahut Jihoon, "kapal kita masih rusak, kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi di pulau terakhir jika syaratnya tidak lengkap, ditambah kita harus memeriksa apa benar orang yang mereka temukan adalah Hansol atau bukan."

"Berapa lama kita ada di sini?" tanya Soonyoung langsung, tidak sabar.

"Belum bisa dipastikan," Wonwoo yang bicara, "kita harus mencari tahu soal banyak hal selama di tempat ini."

Seungcheol mengambil alih pembicaraan, harus ada solusi agar orang yang kontra dengan keputusannya tadi bisa mengerti.

"Begitu hal-hal yang kita perlukan cukup, kita bisa pergi. Untuk sekarang kita bisa mulai mengumpulkan informasi, malam ini kita rehat dan besok beberapa orang ikut bersamaku untuk memperbaiki kapal kita. Sisanya kalian bisa mulai berbaur dengan penduduk sekitar, malamnya kita berdiskusi lagi."

Arahan dari Seungcheol bisa disetujui oleh semua anggota. Mau tak mau mereka harus melakukan apa yang dikatakan dulu. Semoga saja tindakan yang mereka ambil sama sekali tidak salah.

"Satu lagi," ucapan Seungcheol mengintruksi, "sebisa mungkin jangan gunakan kekuatan lain. Kita belum kenal lingkungan ini, entah apa respon merela jika tahu kita punya kekuatan."

Orang-orang yang selama ini sudah ingin mengeluarkan kekuatan merasa tertohok. Apa yang Seungcheol katakan benar, yang tahu soal kekuatan mereka hanyalah sesama anggota dan juga penjahat hari itu.

"Gadis kepala desa itu, dia punya kekuatan kan?" tanya Seungkwan memastikan. Sejak awal pihak lokal lah yang duluan melakukan penyerangan.

Seungcheol mengangguk.

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang