58. Terra

88 12 0
                                    

Rencananya hari ini Jihoon dan Myungho hendak memeriksa kembali lorong yang kemarin mereka jumpai di sekolah, tetapi karena hari ini adalah hari aktif belajar bagi anak-anak jadinya mereka yang bisa leluasa melakukan tindakan yang telah mereka lakukan.

"Tidak ada yang seperti itu."

Jihoon dan Myungho saling lirik mendengar jawaban sang penjaga sekolah usai mereka bercerita soal lorong yang ada di antara rak buku. Bahkan sampai ditunjukkan bagian depan dan belakang rak buku itu supaya bisa membuat Jihoon dan Myungho percaya.

Memang Myungho tidak bercerita secara lengkap, termasuk soal kata kunci yang digunakan untuk membuka serta menutup lorong. Niatnya hanya ingin tahu saja apakah penduduk desa ini tahu soal lorong itu atau tidak. Dilihat dari reaksinya, sepertinya mereka juga tidak tahu.

Jihoon agak ragu sekarang, ia takut kalau apa yang mereka lihat semalam bisa jadi hanya ilusi yang Myungho ciptakan. Jadi ia tak menahan sang penjaga lama-lama, mereka juga segera undur diri dari sekolah untuk mencari waktu lain agar mereka leluasa menemukan petunjuk.

"Apa kau yakin itu bukan ilusi yang kau ciptakan?" Jihoon berusaha memastikan.

Myungho menggeleng kuat. Ia sedikit kecewa karena tampaknya Jihoon malah ragu kepadanya. Memang dulu ia pernah nyaris mencelakai mereka semua karena tak bisa mengendalikan kekuatan, namun sekarang Myungho yakin telah bisa mengontrol kekuatan. Kalau saja suasana sekolah tidak ramai ia rasa bisa membuktikan kejadian kemarin.

Tak berkomentar apa-apa lagi, Jihoon langsung berbalik begitu merasakan radar ada sosok yang berjalan cepat menuju ke arah mereka. Dan benar saja sosok gadis kecil yang mereka jumpai tempo hari menghampiri dengan ekspresi panik, ia berisik dengan gumaman tidak jelas serta tingkah laku tak tak bisa ditafsirkan.

"Terra!" Myungho berseru, ia belum terbiasa bersitatap langsung sehingga spontan ia melangkah mundur sedangkan Jihoon berusaha menangkap makna dari tindakan Terra.

"Ada apa?" tanya Jihoon, "apa yang ingin kau sampaikan?"

Terra mengangkat tangannya ke udara, menggeleng kuat seolah tengah ketakutan. Kemudian ia mengayunkan tangan. Sadar kalau dua orang ini tak paham maksudnya ia lalu berjongkok dan mulai menggambar pola di atas pasir.

Sayang sekali Jun tidak ada bersama mereka untuk menterjemahkan apa yang gadis ini sampaikan. Kalau benar Jun bisa berkomunikasi dengan Terra tentu mereka akan terbantu.

Belum lagi siap gambar yang hendak Terra tunjukkan, segerombol penduduk desa bersama Hyunjin datang dan langsung menangkap Terra.

"Di sini kau rupanya, akhirnya tertangkap," ujar Hyunjin setelah salah satu orang berhasil menahan tangan Terra di belakang tubuh, menjadikan gadis itu sukar bergerak.

Myungho tersentak, ia menunduk sedangkan Jihoon membalas uluran tangan dari Hyunjin.

"Terimakasih sudah menahannya di sini," kata Hyunjin sambil tersenyum.

Di posisinya Terra memberontak hendak dilepaskan, namun sama sekali tak dipedulikan. Tahu kalau tugas menangkap Terra termasuk wewenang mereka, Jihoon tak memberi komentar apa-apa begitu para penduduk membawa Terra menjauh dari mereka. Toh, kalau pun Jihoon dan Myungho yang menangkap gadis itu mereka juga akan menyerahkannya pada warga sekitar.

"Bukan hal besar," balas Jihoon.

"Dia akan diurus oleh pihak balai desa setelah ini," kata Hyunjin lagi.

Jihoon merasa bersyukur mendengarnya, karena dilihat dari keadaam gadis itu ia sama sekali tidak terawat. Entah sudah berapa lama ia berkeliaran tanpa pengawasan. Lebih baik pihak desa yang mengurusinya mengingat kondisi Terra yang seperti itu.

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang