68. Pergulatan

94 9 1
                                    

Joshua memandang ke bawah dengan tangan terulur pada Jeonghan yang memapah Jihoon di sampingnya. Cepat-cepat Jeonghan menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan Jihoon, meskipun begitu keadaan Jihoon tidak bisa pulih dengan cepat karena Jeonghan merasa kesakitan saat akan memaksimalkan penyembuhannya.

Kemudian mereka melangkah cepat menuju puncak gunung, begitu sampai ketiganya langsung dihadapkan dengan pemandangan yang tak seindah pertama kali mereka datang dulu. Tempat ini benar-benar kacau dengan sekelompok orang yang pernah mereka temui tempo hari lalu berkumpul di sini.

Tampak juga kawanan burung berkepala tengkorak berjejer di bagian tepi. Terdapat beberapa orang yang mereka kenal seperti para prajurit desa, Hyunjin, Gyuseok dan sosok yang mereka cari sejak awal, Seungkwan.

"Bagaimana mereka bisa sampai di sini?!"

"Singkirkan mereka!"

Mendengar perintah dari dua orang yang berdiri di belakang Seungkwan, awak lain bersama prajurit bergerak mendekat siap menyerang. Joshua berdiri di depan, Jeonghan di sisinya menghunus tombak sementara Jihoon berdiri tertatih siap melawan.

Jihoon dan Jeonghan berlari ke depan, berupaya menghalau serangan untuk melindungi Joshua sementara waktu. Jeonghan mengeratkan pegangan pada perisai, menahan serangan dan mendorong musuhnya ke belakang, ia lalu menghindar saat seorang lain hendak menyerangnya dari samping.

Jihoon berusaha bertarung, ia tak bisa mengeluarkan kekuatan sekarang, perlu waktu sampai kekuatannya bisa digunakan kembali. Karena itu sebisa mungkin ia bisa bertahan sampai Joshua memiliki cukup waktu untuk mengeluarkan kekuatan yang lebih besar.

Namun karena cederanya yang cukup parah Jihoon terkena serangan sampai dirinya tersungkur, jatuh meringkuk tepat di bawah kaki Joshua.

Mata Joshua terbuka, rambutnya berkibar diiringi dengan bunyi berdesir dari kedua tangannya yang menggerakkan air dalam volume besar guna menyerang musuh yang saat ini melawan Jeonghan. Dalam sekejap seluruh genangan air yang ada diubahnya menjadi es membuat para prajurit terpeleset pada permukaan licin.

Tanah di sekitar mereka bergetar, Gyuseok menggunakan kekuatan tanahnya untuk menciptakan guncangan itu. Joshua menahan lengan Jihoon sedangkan Jeongham bertahan dengan menggenggam tombak yang tertancap di tanah.

"Tahan, fokus saja pada tugasmu."

Seorang pria dengan rambut hitam legam menahan pergerakan Gyuseok yang hendak menyerang lagi. Ia lalu berjalan mendekati Joshua, Jihoon dan Jeonghan.

"Sialan, kembalikan teman kami!" Joshua berseru marah.

Pria itu tersenyum miring, melirik ke arah Seungkwan yang duduk diam. Sengaja ia buat begitu agar kekuatannya bisa sampai di tahap maksimal.

"Oh dia itu teman kalian? Akan kami kembalikan nanti."

Seorang pria lainnya yang waktu itu mereka jumpai bersama Steven bicara, ia berdiri berdampingan dengan pria yang tadi menahan Gyuseok.

"Apa yang kalian lakukan padanya?!" Jeonghan menggertak.

"Wah, kukira kalian sudah tahu syarat apa yang harus dibawa dari pulau ini jika ingin keluar." Dery, pria dengan iris berwarna abu-abu bicara sinis.

Tentu mereka tahu itu, selama ini benda itu yang mereka cari sampai rela menetap tanpa ada kemajuan pasti.

"Biarkan temanmu sebentar, jika sudah mendapatkan syaratnya kami akan berbagi pada kalian juga." Yeosang, orang di sebelah Dery bicara.

Kini Jihoon telah menangkap maksud ucapan orang ini. Dilihat dari kekuatan elemental yang ada tampaknya mereka tengah memicu terjadinya erupsi, ditambah dengan awan kelabu di atas sana. Jelas. Mereka hendak menciptakan lahar dingin.

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang