24. Pulau Pertama

188 24 0
                                    

Jarak kapal mereka dengan bibir pantai masih cukup jauh, baru terlihat pucuk pulaunya saja namun seluruh anggota kapal sudah risau agar bisa mendekati pulau itu dengan aman.

"Kenapa ketika pertama kali kita berada di sana tanaman itu tidak menyerang kita? Mereka baru menyerang setelah kita kembali dari kapal tua itu kan?" Jihoon menurunkan teropong dari depan matanya.

Kapal mereka bergerak lambat, bahkan nyaris berhenti. Sekarang mereka sedang memikirkan cara.

Merasa paham, Joshua ber'oh lalu menjawab, "rasanya tanaman itu baru menyerang setelah bola pijar masuk ke dalam tubuh kita."

Mingyu dan Soonyoung juga mengingat saat itu, mereka juga berpendapat sama dengan Joshua. Mungkin ada sesuatu yang mengubah keadaan sejak peti harta waktu itu dibuka. Karena rasanya tim penjelajah yang menemukan kapal tua cukup lama berada di luar kapal tapi tak mendapatkan gangguan apapun.

Dokyeom yang berdiri bersisian dengan mereka berjalan mundur sampai ke bagian tengah kapal, "aku akan ke pulau itu untuk memeriksa keadaan."

Ia lalu berubah menjadi seekor burung camar, dan langsung melesat terbang ke arah pulau.

"Cari lokasi yang aman untuk singgah!" Joshua berseru kuat dengan tangan membentuk corong di depan mulut.

Yang lain berbalik, tengah mencari bagaimana mereka bisa masuk ke dalam pulau dengan selamat.

"Tunggu, barang yang harus kita ambil dari pulau ini adalah benih kan? Benih apa?"

Soonyoung yang bertanya, lantas Jihoon membuka buku petunjuk cepat-cepat untuk menuju pada halaman yang menjelaskan tentang syarat yang harus mereka penuhi menuju pulau terakhir.

"Tidak dijelaskan," jawab Jihoon lesu, bingung juga, "katanya benih pohon yang ada di tengah-tengah pulau, kurasa akan ada pohon yang bentuknya berbeda dengan pohon lain di sekitarnya. Mungkin kalian bisa membawa beberapa benih nanti untuk mencocokkan."

Mereka yang mendengar ucapan Jihoon mendengus, misi ini akan sulit kalau tidak ada petunjuk spesifik yang bisa menjadi patokan mereka. Ditambah rasanya mereka tidak bisa berada terlalu lama di pulau ini karena ancaman akar menjalar atau mungkin hal lain yang bisa datang kapan saja.

"Kita harus menentukan matang-matang siapa yang akan menjelajah," Seungcheol bersuara. Mendapat pelajaran dari penjelajahan sebelumnya mereka harus punya orang yang tepat dalam situasi apapun, "pulau ini memiliki akar menjalar yang bisa bergerak, jadi yang menjelajah kali ini haruslah orang yang cekatan."

"Aku cekatan."

Joshua berdiri sembari menaik turunkan sebelah alisnya, berlagak sombong.

Jeonghan mencebik, menggeleng tidak setuju pada keputusan Joshua. "Tidak, kau tidak boleh menjelajah di sini. Sudah dua kali kau sekarat."

Pria yang dikatai berbalik, menghadap ke arah Jeonghan dan bersedakap, "aku akan menjamin tidak sampai tiga kali. Aku punya kekuatan pengendali air, tentu saja akan berguna nantinya."

Seungcheol menimbang perkataan Joshua, mereka harus lebih selektif dalam memilih siapa saja yang menjadi tim penjelajah agar kejadian seperti sebelumnya tidak terulang lagi.

"Aku akan menjelajah."

Orang yang berkata sudah disetujui Seungcheol, Soonyoung memang cekatan dan dari rencana yang telah pria itu katakan tampaknya ia akan berperan penting dalam tim penjelajahan ini.

"Tunggu, bukannya kita akan pergi ke dua tempat?" tanya Jihoon memastikan, "ke kapal tua dan juga mencari benih, bagaimana jika tim penjelajah ini terbagi atas dua tim? Yang satu pergi ke kapal untuk mengambil barang yang bisa digunakan dan yang lain pergi menjelajah ke dalam hutan untuk mencari benih."

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang