43. Perang Dingin

145 21 7
                                    

Sadar kalau Joshua pergi terlalu lama, Soonyoung menghentikan langkah. Dari arah berlawanan teman-teman mereka datang. Wonwoo yang masih bergerak dengan membawa Dokyeom dalam dekapan perlahan berhenti untuk memastikan apa yang sekarang dipikirkan Soonyoung.

"Apa yang terjadi pada mereka?" Mingyu yang duluan bersuara, ia menatap Seungcheol dan Dokyeom bergantian. Keduanya tak sadarkan diri.

"Di mana Joshua?" sambung Jun pula.

"Tolong amankan Seungcheol, aku akan mencari Joshua."

Perkataan Soonyoung seolah menjadi perintah yang harus dituruti. Mingyu dan Jun serempak menangkap tubuh Seungcheol, Wonwoo juga melepaskan Dokyeom dan berlari mengikuti Soonyoung.

"Itu berbahaya," bisik Myungho, ia membantu mengamankan Dokyeom.

"Panggil bantuan," tambah Mingyu pula.

Dengan cepat ketiganya bergerak berusaha membawa dua orang yang tak sadarkan diri itu kembali ke kapal.  Selepas mengantarkan keduanya, Jihoon dan Chan yang berada di kapal berusaha membuat mereka sadar sementara Mingyu, Chan dan Myungho menyiapkan perbekalan senjata untuk membantu Soonyoung dan Wonwoo.

Di sisi lain Soonyoung dan Wonwoo yang kembali ke tempat asal terperangah begitu melihat lokasi yang tadinya merupakan hamparan salju luas telah berubah menjadi ngarai dalam dengan jejak air di sekitarnya.

Dengan sigap pula Wonwoo menarik Soonyoung ketika pijakan mereka amblas. Keduanya mendongak ke arah langit, mengernyitkan mata menahan terik matahari. Kekuatan Wonwoo berakibat sefatal ini.

"Joshua!" Soonyoung berseru, memanggil ke setiap sudut.

"Joshua!!" Wonwoo juga berteriak. Setidaknya harus ada sahutan dari orang itu untuk memastikan bagaimana keadaannya.

Dua orang itu serempak menggeratkan pegangan satu sama lain saat merasa pijakan mereka bergetar. Langsung mereka menjauhi area ngarai guna menghindari amblasan susulan.

Mingyu, Jun dan Myungho sampai.

Tanpa diprediksi sebelumnya sekumpulan monster kalajengking kecil keluar dari dalam ngarai, melakukan penyerangan pada orang-orang itu. Mingyu bergerak ke depan menyiapkan tameng untuk melindungi Wonwoo dari serangan.

Jun mengangkat sekopnya tinggi-tinggi, menghantam daratan guna memusnahkan monster. Berkat sinar matahari yang terik juga kebanyakan monster hilang, mencair dan bersatu dengan tanah.

"Kita harus menjauh, tempat ini akan mencair," tukas Wonwoo kemudian. Kepalanya menengadah ke arah langit, memperkirakan dampak yang terjadi pada pulau ini akan cuaca terus-terusan begini. Memang mereka sedikit diuntungkan karena para monster itu menjadi lemah. Namun jika terus dibiarkan pulau ini akan mencair dan sirna, tentu akan berdampak pada pulau-pulau lain di sekitarnya.

"Temukan Joshua dulu, kita tak bisa meninggalkannya."

Perkataan Soonyoung benar. Apalagi sejak tadi tak ada tanda-tanda kemunculan Joshua.

Di saat mereka tengah kebingungan untuk menyusun strategi, dataran di bawah mereka bergetar hebat membuat mereka secepat mungkin bergerak menjauh.

Semuanya kompak melotot, sekop di tangan Jun sampai jatuh karena sangking terkejutnya. Monster kecil saja sudah menjadi ancaman, apalagi jika monsternya berukuran besar?

Suara pekikan terdengar nyaring, monster itu memandang sekitar sebelum akhirnya melancarkan serangan. Soonyoung mendorong Myungho ke samping tepat sebelum serangan itu sampai padanya. Yang lain semakin melongo begitu melihat efek serangan, bukan sebagian saja yang membeku tetapi serangannya bisa membekukan satu manusia langsung.

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang