40. Badai

172 18 2
                                    

Mereka yang berada di sekitar kapal bergegas naik dan mengamakan diri di dalam geladak begitu awan hitam tebal datang berarak, tampaknya cuaca tak berpihak pada mereka sekarang. Lantas semuanya langsung berlindung dengan berkumpul di dekat ruang mesin, menghangatkan diri.

Sementara itu tim penjelajah membangun ceruk dengan melelehkan bukit es untuk bersembunyi di dalamnya. Mereka akan mengulur waktu terlebih dahulu sampai Wonwoo bisa mengumpulkan kekuatan besar sehingga bisa memanipulasi cuaca yang terjadi.

Setelah hampir setengah jam berjuang melawan badai barulah Wonwoo bisa menggunakan kekuatannya untuk mengubah keadaan sekitar menjadi keadaan normal. Seketika badai salju yang menyerang berhenti turun.

"Kita kembali ke kapal dulu, mengecek keadaan yang lain," ujar Seungcheol memberi arahan.

Yang lain setuju, pun sesudah berjalan jauh mereka sama sekali tak mendapatkan petunjuk tentang keberadaan batu yang harus mereka ambil itu. Joshua memukul bongkahan salju dihadapannya agar mereka semua bisa keluar dari tempat berlindung.

Begitu keluar, suasana sekitar sudah berubah total karena tumpukan salju tampak lebih tebal ketimbang saat terakhir. Seungcheol dan Joshua merasa deja vu dengan hal ini, ketika di pulau gurun pun terjadi hal yang persis sama.

"Aku akan memeriksa sekitar," kata Dokyeom yang langsung mengubah dirinya menjadi burung hantu berwarna putih.

Beruntungnya ada seseorang yang bisa memberi navigasi pada tim mereka sehingga kemungkinan tersesat bisa teratasi.

Di tempat lain, Soonyoung memukul pintu dek kapal dengan kuat. Ada salju tebal di atas, membuat seluruh badan kapal tertutup dan susah untuk bergerak.

Berhasil bebas. Kemudian Soonyoung memberi intruksi pada yang lain untuk keluar sembari membawa sekop, mereka harus membersihkan badan kapal dari salju yang menempel sebelum suhu di dalam kapal semakin turun. Ada yang sisi sensitifnya meningkat terhadap cuaca dingin sekarang.

Orang-orang itu mulai membersihkan permukaan kapal dengan mengetuk-ngetuk salju yang menempel agar runtuh. Turun dari kapal, tubuh Mingyu langsung terbenam hingga sebatas lutut pada salju. Kemudian Jun dan Chan turut serta mengikuti langkahnya untuk turun dari kapal.

Memasukkan sekop ke dalam tumpukan salju, Jun terdiam langsung ketika mendengar ada suara keras yang timbul begitu sekopnya masuk ke dalam salju. Seolah ada sesuatu yang ia tubruk di sana. Pelan-pelan ia menarik kembali sekopnya dari dalam sana, dilanjutkan dengan matanya yang terbelalak.

Tanpa suara Jun lalu menepuk lengan Chan untuk memberi tahu apa yang ia temukan. Sadar dengan apa yang hendak Jun katakan, Chan ikut melotot sembari membungkam mulutnya sendiri dengan tangan.

Ada sesuatu yang keluar dari salju setelah Jun menarik sekopnya. Sesuatu yang mirip dengan kalajengking, namun dengan versi tubuh berwarna biru yang seolah terbuat dari balok es. Kemudian sesuatu itu juga memiliki dua buah ekor. Ukurannya tak jauh berbeda dari kalajengking pada umumnya, tetapi apa yang membuat dua orang itu sampai tak bisa berkata-kata adalah tak cuma satu saja benda yang seperti itu keluar dari salju. Ada banyak.

Mingyu pun sadar, salah seekornya berjalan mendekat. Spontan Mingyu langsung menginjak benda itu agak tak menggigit, seketika kakinya terasa jauh lebih sejuk ketimbang sebelumnya.

Jun melotot, "k-kakimu."

Perkataan terbata itu membuat Mingyu langsung menunduk, tampak oleh mereka beberapa ekor kalajengking tadi melakukan penyerangan pada kaki Mingyu yang dianggap sebagai ancaman. Langsung saja kakinya tertutup oleh salju, tidak terlalu tebal karena efek dari serangan itu tidaklah banyak. Hanya saja mereka harus tetap hati-hati karena benda ini rupanya memiliki kekuatan yang menakutkan.

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang