74. Cure

102 11 1
                                    

Pasca bencana alam dan pertempuran yang menghilangkan banyak nyawa, para penduduk pulau Terra kembali ke pulau mereka dengan perasaan pilu sedalam-dalamnya. Gyuseok tewas karena perpindahan kekuatan tanah dari dirinya ke Gyuri. Seperti pada hukumnya kekuatan pengendali tanah hanya bisa dimiliki oleh pihak perempuan, karena jika kekuatan ini dipegang oleh pihak laki-laki ia harus rela menukar nyawanya dengan kekuatan ini begitu terjadi perpindahan.

Mereka yang terhipnotis– Hyunjin dan Seungkwan–sudah terbebas begitu Dery tewas di tangan Gyuri. Tetapi karena pengaruh hipnotis yang begitu lama ditambah mereka mengeluarkan kekuatan besar selama dalam kukungan Dery, keduanya jatuh tak sadarkan diri tak lama kemudian.

Kapal terbesar sampai duluan. Suasana di pulau membuat Jeonghan merinding. Entah sebesar apa kekuatan yang harus ia keluarkan jika harus menyembuhkan mereka semua.

Untuk beberapa saat Hansol terdiam di lokasi pertempuran, ia memandangi serbuk jasad Dery. Jihoon menatap aneh padanya, takut saja kalau ternyata Hansol masih berada dalam efek hipnotis.

"Ada apa Hansol?" Tanyanya.

"Dia penduduk Airia," kata Hansol, lalu ia menunduk, menangkup serbuk yang telah bercampur dengan pasir. Diambilnya sejumput lalu dipercikkan pada sebuah batu yang terletak tak jauh, benda itu melayang.

Jihoon melongo. Dulu kapal mereka bisa terbang karena serbuk semacam ini. Jika pendapatnya benar maka serbuk yang waktu itu mereka gunakan juga berasal dari jasad penduduk Airia yang melebur.

Padahal ketika pertemuan Hansol dan Dery pada perserteruan hari itu, Hansol sudah mengenali sosok Dery yang merupakan teman sepermainannya di pulau Airia. Namun belum sempat disebutkan pria itu sudah keburu membuat Hansol tunduk dibawah komandonya.

Hansol membawa segenggam serbuk dalam tangannya. Ia berdiri.

"Ayo kita temui yang lain, di sini sangat kacau."

Jihoon mengangguk setuju. Mereka berjalan cepat menyusul para anggota dan penduduk yang kini berkumpul di pantai.

Fenomena aneh tengah berlaku sekarang. Jika sebelumnya gunung yang ada di pulau ini telah membentuk kaldera indah, maka sekarang suasananya berbeda. Pemandangannya seakan-akan membagi tiga pulau dengan tiga elemen berbeda. Sisi yang satu memiliki salju tebal dengan suhu dingin, bersisian dengan sisi panas dengan jejak lahar mengalir di berbagai sisi retakan sedangkan yang terakhir keadaannya normal seperti biasa.

Seungcheol membopong Gyuri yang tidak sadarkan diri berkumpul dengan penduduk lain. Dokyeom memapah Jun sementara ayah Jongho kebingungan karena tak berhasil menemukan keberadaan putranya pasca pertempuran.

Begitu sampai Jeonghan segera memegang tangan Jun, orang yang ia sembuhkan meringis begitu luka terbakar parah di kedua lengannya perlahan pulih.

Jeonghan membuka mata, bersitatap dengan Hansol yang bersedakap.

"Jejak hitam di tubuhmu sudah sampai bahu," katanya memperingatkan. Sebelum Jun, Jeonghan sudah menyembuhkan Hansol lebih dahulu agar ia bisa pulih dan terbang kembali ke pulau.

Jelas Jeonghan tahu, begitu jejak hitam di tubuhnya semakin banyak ia juga merasa semakin lemah. Bahkan efek penyembuhan yang ia keluarkan tidak bisa maksimal.

"Seungcheol."

Soonyoung memanggil. Selepas memposisikan Gyuri sejajar dengan korban lain–Hyunjin dan Seungkwan–Seungcheol mendongak, melihat Soonyoung yang berjalan ke arahnya.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Soonyoung, "dampaknya sebesar ini."

Sejujurnya Seungcheol juga tidak tahu. Ada banyak sekali korban di sini. Korban bencana dan juga mereka yang mati dalam pertempuran. Mengembalikan kondisi pulau ini seperti semula rasanya sukar.

✔Even If The World Ends Tomorrow [SEVENTEEN] Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang