∘☽ BAB 1 : Flashdisk Kelinci (1) ☾∘

143 9 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Di rumah besar bertingkat tiga. Bagian lantai tiga rumah itu adalah observatorium. Sementara dua lantai lainnya adalah rumah biasa.

Taksi berhenti di depan rumah tersebut. Cla membayar sopir taksi, lalu masuk ke dalam rumah. Di rak ruang keluarga, ada banyak buku novel dengan judul yang sama, yaitu "Nephophile".

Ada dua bingkai foto di dinding yang dipasangi kalung bunga. Dalam foto tersebut adalah pria paruh baya berkepala botak bagian tengahnya dan wanita berambut pirang mirip Cla.

"Ah, laparnya." Cla mengelus perutnya yang rata. Ia pergi ke dapur, memeriksa lemari dan kulkas, tetapi hanya ada sayuran dan makanan kalengan.

Cla terlihat sedih. "Kenapa aku malah mengajak Amy bertemu di cafe? Kenapa tidak di restoran saja? Dia orang baik yang mau repot-repot mentraktirku kopi mahal tadi. Bodohnya aku," ucapnya.

Ponsel Cla berdering, wanita itu mengangkat panggilan dari seseorang bernama Pak Manajer. "Halo?"

"Hei, buku barumu itu hanya laku 10%. Sisanya masih menumpuk di packing! Harusnya kau lebih berusaha lagi untuk mempromosikannya!" ucap pria dari seberang sana.

"Aku sudah membeli sekitar 30% dari buku-buku itu. Sisanya akan aku promosikan lagi nanti," sahut Cla.

"Nanti? Kenapa tidak sekarang? Kau sangat malas berpromosi. Akan sulit jika hanya mengandalkan promosi dari penerbit dan perusahaan. Kenapa tidak memaksa penggemarmu untuk membeli bukumu? Kau tak punya penggemar?" gerutu Manajer.

Cla menghela napas berat. "Tadi Amy membeli dua bukuku," batinnya sembari mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku mantelnya.

"Hei, Cla?! Clarabelle?!" panggil Manajer karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Cla.

"Aku akan membeli semua novel itu nanti saat punya uang. Sekarang aku mau istirahat dulu," kata Cla.

"Istirahat? Apakah kau lelah? Memangnya kau punya pekerjaan? Bukannya sudah 2 bulan ini kau menganggur?" ledek Manajer.

"Aku tutup teleponnya, ya," ucap Cla yang tidak ingin berbicara lebih lama lagi dengan Manajer.

"Tunggu. Aku punya saran yang bagus agar utangmu pada penerbit lunas," kata Manajer.

Cla tampak berpikir. "Dengan cara apa? Apakah novelku akan diterjemahkan ke dalam bahasa asing?" tanyanya.

"Aku yang akan membayar sisa novel yang ada di penerbit, tapi ada syaratnya. Kau harus tidur denganku," tawar Manajer.

Tangan Cla terkepal kuat. "Lebih baik aku mati!" teriaknya, kemudian menutup panggilan dengan sepihak. Perutnya berbunyi minta diisi.

Cla pergi ke mini market yang tak jauh dari rumah untuk membeli mie instan menggunakan uang pembelian novelnya dari Amy. Ia sempat digoda oleh beberapa pemuda yang lewat. Namun, Cla tak menghiraukan mereka.

Sesampainya di rumah, Cla memasak mie instan dicampur daging kalengan. Ia juga memotong sayuran yang tersisa. Setelah semuanya matang, Cla menyantapnya dengan lahap.

Jam digital di dinding menunjukkan pukul 9 malam.

Cla tampak sibuk mengotak-atik laptopnya. Flashdisk Amy menancap pada lubang USB. Cla sedang membaca alur yang diketik oleh Amy sebelumnya. Mata birunya terlihat begitu serius menatap ke layar.

"Novel action-thriller dengan tema yang bagus. Ini pasti laku di pasaran. Jika Amy bisa menulis ide segila ini, kenapa dia tidak mencoba menulis sendiri saja. Padahal alurnya saja ditulis dengan baik. Aku yakin, dia juga bisa merangkainya menjadi novel," gumam Cla.

"Hmm, tapi mungkin dia lebih fokus memikirkan kondisi kesehatannya. Jadi, dia tidak memiliki waktu untuk menulis ini. Baiklah, demi pembaca setiaku, aku akan menulis yang terbaik. Aku akan menerbitkan novel ini dan memberikannya pada Amy setelah terbit nanti." Cla meregangkan tubuhnya, lalu mulai merangkai kata-kata di dokumen baru pada laptopnya itu.

Beberapa jam kemudian, Cla terlihat sudah lelah. Wanita itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Entah kenapa alurnya terasa seperti nyata. Adegannya membuatmu merinding dan merasa ngilu meski hanya sebuah kotretan. Nama-nama tokohnya juga tidak asing," gumam Cla. "Memangnya ada oknum pemerintah yang melakukan kejahatan sejauh ini? Perdagangan organ, izin pengedaran narkoba, prostitusi, penyalahgunaan kekuasaan, melibatkan assassin alias pembunuh bayaran, dan kejahatan lainnya."

Cla tampak berpikir. "Aku tak pernah paham dengan penulis genre thriller dan action seperti ini," ucapnya, kemudian menguap kecil.

Cla menekan tombol keluar dari tab dokumen. Ia melihat beberapa folder di dalam flashdisk tersebut. Sementara dokumen alur novel Amy berada di luar folder. Karena sudah mengantuk, Cla memilih untuk segera tidur.

Keesokan harinya, Cla pergi ke Museum Nasional Laterrania Raya. Ia melihat beberapa peninggalan sejarah dari Kekaisaran Terra di zaman Karellus, sebuah imperium besar yang pernah menguasai satu benua sebagai wilayah kekuasaannya.

Setelah Kekaisaran Terra runtuh, kerajaan-kerajaan yang berada di bawah naungannya mulai memisahkan diri dan menjadi negara mandiri. Bagian inti dari Kekaisaran Terra sekarang menjadi negara yang cukup besar dan maju, yaitu Laterrania Raya yang mana tanahnya saat ini sedang dipijak.

"Maharani Theodisia, satu-satunya kaisar wanita terkuat sepanjang sejarah Kekaisaran Terra," gumam Cla dengan pandangan tertuju pada lukisan wanita bermahkota di samping lukisan pria paruh baya yang gagah.

"Kaisar Adarlan," ucap Cla saat melihat lukisan pria paruh baya di samping lukisan Putri Theodosia. "Pangeran Targaryen, kesatria hebat yang berhasil mengalahkan 9 kesatria hebat lainnya dalam peperangan. Dia bijaksana dan berwibawa seperti ayahnya. Sungguh keren."

Pandangan Cla teralihkan pada buku-buku legenda yang berjejer di dalam etalase. Buku-buku tersebut berisi legenda yang ditulis oleh para aspen atau penulis pada zaman Karellus.

Semua jilid buku legenda terbuat dari semacam kulit hewan. Tertera simbol di jilid tersebut yang merupakan judul buku. Simbol-simbol itu adalah huruf Terra alias bahasa kuno yang digunakan pada zaman Karellus.

"Aspen yang menulis legenda-legenda ini di antaranya adalah Gilbert Andreas, Samantha Claudilla, dan aspen lainnya. ," gumam Cla yang membaca satu per satu nama aspen yang menulis legenda dalam buku-buku tersebut. Rupanya ia bisa membaca simbol atau huruf Terra dengan baik.

Cla menangkup wajah bulatnya dengan kedua tangan. "Para penulis zaman dulu sangat hebat dalam merangkai kata-kata puitis dan penuh makna. Rasanya di zaman ini akan sulit menemukan karya yang luar biasa seperti buku-buku legenda ini."

Setelah berkeliling di museum, Cla pergi ke taman kota, lalu kembali ke rumah. Ia terkejut melihat mobil yang terparkir di depan rumah. Terlihat pria berusia 30 tahunan yang sedang berdiri dan bersandar pada mobil tersebut.

"Kau lama sekali. Dari mana? Kau punya pekerjaan baru?" tanya si pria.

"Sedang apa Pak Manajer di sini?" tanya Cla yang merasa tak nyaman dengan kehadiran pria itu.

"Aku disuruh penerbit untuk menghitung sisa buku yang 30% kau beli itu," jawab Manajer.

"Kenapa harus dihitung ulang? Bukankah waktu itu sudah? Buku yang sudah resmi dibeli tanpa ada kecacatan sama sekali tidak bisa dipertanyakan atau dipermasalahkan lagi," kata Cla.

"Itu karena yang membeli buku tersebut adalah kau __penulisnya, bukan pembeli lain," sahut Manajer.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna Marhamah 

Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang