⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Gelap. Sunyi.
"Kak Gacy!" suara anak laki-laki terdengar sedang memanggil kakaknya.
"Sean?" sahut Grace.
Muncul suara bariton yang berkata, "Kakak, mulai sekarang aku yang akan melindungi Kakak. Berhentilah menjadi polisi. Itu pekerjaan yang berbahaya untuk wanita."
"Jangan meremehkan kakakmu ini. Aku lebih jago berkelahi dibandingkan denganmu," gerutu Grace.
"Ayah selalu bilang kalau aku harus melindungi Kakak karena aku anak laki-laki. Tapi, Kakak malah mengikuti jejak Ayah. Apakah dengan profesi Kakak saat ini, Kakak ingin mencari assassin yang sudah membunuh Ayah?" tanya pria dewasa itu.
Grace menghela napas berat. "Awalnya aku berpikir begitu, tetapi sekarang aku ingin melindungi semua orang. Orang-orang baik yang tak seharusnya mati dan menderita, aku ingin melindungi mereka."
Terasa hangat dan basah. Sesuatu yang lembut itu menelusuri bibir Grace. Perlahan kedua matanya terbuka. Samar-samar, terlihat pria bertelanjang dada di atasnya.
"Kau sudah bangun? Ternyata efeknya hanya sebentar meski aku sudah memasukkan lebih dari dosis yang seharusnya," ucap si pria. Dari suaranya, Grace bisa mengetahui kalau pria itu adalah Lazarus Utara.
"Apa saja yang sudah kau lakukan?" geram Grace yang mengerjapkan matanya berkali-kali karena semuanya masih terlihat buram.
"Aku belum melakukan apa pun," sahut Lazarus Utara.
Grace merasakan tangan besar yang menyentuh payudaranya, meremasnya dengan pelan. Tangan itu menyentuhnya tanpa penghalang. Grace mencoba menggerakkan tangannya untuk menyingkirkan tangan Lazarus Utara di dadanya.
"Kau tak bisa bergerak? Apa yang ingin kau sentuh?" Lazarus Utara menarik tangan Grace dan meletakkannya ke dadanya yang bidang. "Kau menyukainya?"
Alis Grace bergetar. Selain tak bisa menggerakkan tubuhnya, sepertinya Grace juga tak bisa menggerakkan alisnya. Baju wanita itu entah ke mana, hanya menyisakan celana, sama seperti Lazarus Selatan. Keduanya sama-sama bertelanjang dada. Kedua payudara Grace yang padat terekspos. Benda cantik itu terlihat lebih besar jika tak memakai penghalang.
"Aku mencintaimu, Gracelda." Lazarus Utara mengecup bibir Grace dan memperdalam ciumannya.
Grace merengek sebagai penolakan, tetapi ada bagian lain dari dirinya yang menginginkan itu. Akhirnya, ia membiarkan Lazarus Utara melumat bibirnya. Tangan pria itu menyentuh dan memainkan nipple Grace.
"Perasaan apa ini? Kenapa aku tidak merasa jijik diperlakukan seperti ini? Sebelumnya aku sangat benci dengan sentuhannya. Kenapa tubuhku merespon hal yang sebaliknya?" batin Grace.
Ciuman Lazarus Utara turun ke leher Grace. Pria itu membuat tanda kemerahan di sana.
"Tidak. Aku tetap benci dengan perbuatan cabulnya ini. Aku merasa jijik dan hina. Namun, kenapa tubuhku berkata lain? Apakah ini... minuman itu... apa yang dia campurkan ke dalam minuman itu? Bagaimana bisa obat seperti itu menipu hidung polisi sepertiku? Tapi, ini zaman Karellus. Mungkin ada ramuan yang tidak aku ketahui baunya," kata Grace dalam hati.
Lazarus Utara menjilat dan menetek pada payudara Grace, membuat wanita itu menjerit karena kaget.
"Tidak! Ini tidak boleh diteruskan!" batin Grace meski tubuhnya mengatakan hal yang sebaliknya.
"Aku bisa melihat keinginan yang sama yang kau pendam." Lazarus Utara mendongak menatap Grace.
"Hentikan, kumohon," pinta Grace dengan suara bergetar.
"Tidak mau." Lazarus Utara kembali melumat nipple Grace.
Tangan Grace bergerak menyentuh leher Lazarus Utara, membuat pria itu berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap Grace. Ia terkejut melihat buliran bening yang mengalir deras dari mata wanita itu.
"Hentikan... atau... aku akan mengakhiri hidupku jika kau benar-benar memaksa melakukannya," kata Grace, lalu menangis tersedu-sedu.
Lazarus Utara menghentikan aktivitasnya, kemudian menyelimuti tubuh Grace. Untuk pertama kalinya ia melihat wanita setangguh Grace menangis dan memohon seperti itu. Lazarus Utara tak akan tega melihat wanita yang ia cintai menangis ketika ia menyetubuhinya.
"Ya sudah, tidur sana." Lazarus Utara berlalu pergi.
Grace masih menangis dengan tubuh gemetar.
Keesokan paginya. Perlahan kedua mata Grace terbuka. Wanita itu melihat ke sekeliling. Sebuah kamar yang asing baginya.
Pandangan Grace berhenti pada pria yang tidur di sampingnya. Kedua mata Grace terbelalak lebar. Bagaimana tidak, pria itu adalah Lazarus Utara. Tampaknya pria itu tidak memakai pakaian di balik selimutnya. Dan Grace baru sadar kalau ia sendiri juga tak memakai baju.
Grace refleks menendang Lazarus Utara hingga pria itu tersungkur jatuh ke lantai. "Bocah berengsek!!!!!!" teriak Grace.
"Hei! Apa yang kau lakukan?!" gerutu Lazarus Utara sembari memegangi kepalanya yang terbentur dengan lantai karena jatuh barusan.
"Harusnya aku yang menanyakan itu! Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku?!" gerutu Grace.
Lazarus Utara menatap Grace dengan tatapan penuh arti.
Grace memundurkan wajahnya. "Kenapa kau melihatku seperti itu?!" tanyanya sembari menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut, termasuk kepala.
Lazarus Utara melipat kedua tangan di tepi ranjang, lalu meletakkan dagunya di atas tangan. "Aku tidak melakukan apa pun. Tadinya mau aku lakukan, tapi kau menangis. Jadi, aku memutuskan untuk tidak melakukannya."
Grace mengintip dari balik selimut. Tampaknya ia mulai mengingat apa yang terjadi semalam. "Kau benar-benar berengsek! Aku tak akan lagi menunjukkan kasih sayang padamu lagi sebagai orang yang lebih tua!" gerutunya sembari menunjuk wajah Lazarus Utara.
Tatapan Grace teralihkan pada cincin yang melingkar di jari manisnya. "A-apa ini?"
"Kau lupa? Semalam aku melamarmu." Lazarus Utara bangkit, kemudian duduk di tepi ranjang.
Kedua mata Grace membulat sempurna. Ia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam. "Aku menolak!" Grace mencoba melepaskan cincin di jari manisnya itu, tapi tidak bisa.
"Kau tidak boleh menolak." Lazarus Utara menghambur pada Grace dan menindihnya. "Ayo, menikah."
Grace mendorong dada Lazarus Utara. "Aku tidak mau menikah dengan pria yang pernah melakukan hubungan seks dengan wanita lain sebelumnya. Lagi pula, aku tidak mencintaimu sama sekali!" gerutunya.
"Oh, kau melukai hatiku." Lazarus Utara menghempaskan tubuhnya menindih Grace. "Aku bercinta dengan gadis-gadis itu hanya untuk kebutuhanku. Sementara denganmu beda lagi. Aku berniat menikahimu, lho."
"Kau berat, Cabul!" Grace merengek. "Pokoknya aku tidak mau!"
Lazarus Utara mencondongkan tubuhnya dan menatap Grace yang berada di bawahnya. "Apakah kau menyukai pria lain?"
Grace tampak berpikir. "Aku pernah menyukai seseorang, tapi sekarang tidak."
Lazarus Utara menyipitkan matanya. "Siapa dia? Aku akan membunuhnya."
"Yang benar saja! Apa salah dia sampai-sampai kau ingin membunuhnya?!" gerutu Grace.
"Dia sudah berani membuat wanitaku jatuh hati padanya," sahut Lazarus Utara.
"Kau pasti sudah gila!"
"Ya, aku gila! Kenapa?! Kau juga gila!"
"Aku tidak gila! Aku benci padamu!"
"Terserah! Ayo, kita harus menikah dan memiliki anak."
"Tidak!!!"
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna Marhamah
Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Bilim Kurgu∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...