∘☽ BAB 25 : Identitas Baru, Hidup Baru (1) ☾∘

37 4 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Bala bantuan telah datang. Mereka mengamankan lokasi. 

Cla, Grace, Aeris, dan polisi junior menatap mayat assassin paruh baya yang setengah terbakar di atas kapal __yang sempat meledak tadi karena tembakan polisi junior. 

"Dia...." Aeris tampaknya mengenali assassin setengah baya itu. 

"Siapa dia?" tanya Cla. 

"Dia adalah assassin yang telah membunuh ayahnya Grace," jawab Aeris. 

"Apa?" Cla mendongak menatap Grace yang juga menunjukkan ekspresi keterkejutan. 

Sejenak Grace menatap wajah mayat assassin paruh baya itu. Ia kembali teringat dengan wajah pria yang telah membunuh sang ayah malam itu di rumahnya. 

"Aku mencari tahu lewat data assassin mengenai siapa yang telah membunuh ayahmu itu. Dan nama pria ini muncul. Jason," papar Aeris. 

"Ya, aku masih ingat wajah orang ini meski saat itu dia masih muda," kata Grace pelan. 

Cla terlihat sedih, ia mengusap bahu Grace. 

Polisi junior menodongkan senapan tembak-ledak ke kepala Aeris. "Kau juga assassin. Iya, kan?"

"Letakkan senjatamu, Junior!" perintah Grace. 

"Senior, dia pembunuh," sahut polisi junior. 

"Dia di pihak kita," kata Grace. 

Polisi junior mengalah, ia menurunkan senjatanya, lalu membuka helm. 

"Hah?!" Cla, Grace, dan Aeris melongo melihat wajah polisi junior yang terasa familiar. 

"Maaf jika aku terlalu tampan. Kalian terkejut sekali saat melihatku," ucap pria itu sembari menyibakkan rambutnya. Ternyata wajah pria itu mirip Lazarus Utara. 

"Bocah cabul," gumam Grace. 

"Eh?" Polisi junior memundurkan wajahnya. "Aku tidak secabul itu, Senior," sanggahnya. 

Grace menyadari ucapannya, ia mengibaskan tangan dan berkata, "Ah, maaf, wajahmu mengingatkanku pada seseorang." 

Dua orang petugas ambulans menghampiri mereka. "Nona, kau berdarah," ucap salah satu dan mereka saat melihat darah yang merembes dari perut Aeris. 

Aeris dibawa ke mobil ambulans untuk diberikan penanganan. Petugas ambulans yang satunya menyelimuti tubuh Cla yang basah, lalu membawanya pergi ke mobil. 

Kini hanya ada Grace dan polisi junior di tepi pantai. 

"Jadi, kau polisi baru yang dimasukkan ke dalam tim?" tanya Grace. 

"Ya, senang bisa bertemu denganmu, Senior Grace." Pria itu mengulurkan tangannya. "Namaku Max."

"Bahkan, namanya mirip," batin Grace. Wanita itu menerima uluran tangan Max. "Senang bertemu denganmu juga."

Keesokan harinya, semua TV dalam negeri menyiarkan berita tentang penangkapan para oknum pemerintah beserta para pengikutnya yang masih tersisa. Orang-orang yang terlibat juga telah diamankan.

Bukti kuat yang memberatkan orang-orang itu adalah sebuah novel yang tergolong ke dalam non-fiksi. Semua daftar nama beserta bisnis dan kejahatan yang telah mereka perbuat sudah tertulis lengkap dalam naskah tersebut. 

Para oknum pemerintah akan mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi karena mereka melibatkan assassin. Mereka memasukkan nama Clarabelle (selaku saksi yang membawa bukti tindak kejahatan) ke daftar buruan dengan bayaran tinggi. Bahkan, mereka juga memasukkan nama-nama polisi yang sedang menyelidiki kasus tersebut ke dalam daftar yang sama demi untuk menutupi kejahatan yang mereka perbuat. 

Sementara itu, Cla telah mendapatkan identitas baru. Ia tak perlu pergi ke luar negeri, hanya pindah ke negara bagian. Cla bisa berbaur dengan warga sekitar tanpa harus dihantui rasa takut karena diburu oleh assassin lagi. 

Di web assassin, Aeris telah menandai kepala Clarabelle sebagai target yang sudah berhasil diburu olehnya. Dengan begitu, Cla tidak akan dicari lagi. Setelahnya, Aeris memutuskan untuk pensiun dan mendapatkan identitas baru juga seperti Cla. Ia mendapatkan rumah di luar kota karena dianggap telah membantu kepolisian.

Aeris merasa bahagia dan bersyukur karena kondisi kesehatannya sudah membaik. Ia juga memiliki kehidupan yang lebih baik lagi. 

Grace dan rekan-rekannya menikmati makan malam di restoran terdekat, sekaligus menyambut anggota baru mereka, Max. 

Sementara itu, di rumah barunya, Cla sedang menikmati makan malam sendirian. Ia merasa kesepian karena kehidupan barunya ini tak ada bedanya dengan kehidupan yang dulu. Hanya beda tempat saja.

Barang-barang peninggalan sang ayah disumbangkan ke sekolah-sekolah yang membutuhkan peralatan astrologi. Cla merasa jika disumbangkan adalah pilihan yang bagus daripada menjualnya. 

Setelah selesai makan malam, Cla mengisi surat lamaran. Tampaknya ia ingin mencoba melamar pekerjaan di sebuah perusahaan fashion di kota itu, mengikuti hobi dan bakat menggambarnya. Setelah apa yang terjadi gara-gara naskah novel, sepertinya Cla masih merasa trauma dengan novel. Jadi, ia memutuskan hiatus di dunia kepenulisan untuk sementara. 

Nama baru Cla yang ditulis dalam surat lamaran adalah Clarissa Juliette. Nama panggilannya tetap Cla. Tak ada yang berubah dari penampilan Cla. Hanya poninya saja yang dihilangkan. Cla membiarkan poninya tumbuh memanjang seperti rambut yang lain. 

"Semoga beruntung, Cla," ucap Cla yang menyemangati diri sendiri. 

Keesokan harinya, Cla mengirimkan surat lamaran tersebut ke perusahaan fashion yang dituju lewat pos. 

Beberapa hari kemudian, Cla menunggu panggilan dari perusahaan tersebut. Sore itu, ponsel Cla berdering. Wanita itu segera mengangkat panggilan dari nomor tak dikenal tersebut. Rupanya itu adalah panggilan dari perusahaan fashion yang memberikan kabar bahwa Cla diterima bekerja di perusahaan tersebut. 

Keesokan harinya, Cla sudah berpakaian rapi. Ia pun pergi ke tempat kerja barunya. Setelah mendapatkan penjelasan dari senior mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan, Cla pun mulai bekerja. 

Satu minggu berlalu. Tampaknya Cla sudah nyaman bekerja di tempat barunya itu. 

Hingga suatu hari. 

"Cla, Bos memanggilmu ke ruangannya," ucap rekan Cla. 

Perkataan seniornya itu membuat Cla agak merinding. Lagi-lagi ia teringat dengan pengalamannya dulu, di mana atasan dan senior pria pernah meraba-raba tubuhnya. Itu termasuk pelecehan dan saat itu Cla tidak berani melawan. Selain karena takut, Cla juga tidak ingin kehilangan pekerjaan. Ia benar-benar membutuhkan uang.

Namun, kali ini situasinya berbeda. Cla mendapatkan jaminan dari pemerintah sampai jangka waktu tertentu. Selama Cla menghemat uangnya, ia tak akan kesulitan. Apalagi sekarang ia sudah memiliki pekerjaan. Jika hal buruk terjadi, Cla akan mencari pekerjaan lain. 

"Clarissa? Kau mendengarku?" Wanita berambut sebahu itu mengibaskan tangan di depan wajah Cla. 

"Oh, ya, maafkan aku yang melamun, Senior." Cla beranjak dari tempat duduknya, kemudian berlalu ke ruangan atasan.

"Sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengan Bos. Apakah dia pria atau wanita? Semoga saja wanita," batin Cla. 

Kini, Cla berdiri di depan pintu ruangan bosnya. Setelah meyakinkan diri, Cla akhirnya mengetuk pintu. 

"Masuk," suara pria dari dalam. 

Cla menghela napas berat. Ia pun membuka pintu, lalu masuk. Cla melihat sosok pria berjas biru tengah duduk di kursi kebesarannya. Namun, pria itu menghadap ke jendela, membelakangi pintu. 

"Bos, selamat siang," sapa Cla. 

"Kau anak baru yang diceritakan itu, ya?" tanya pria itu sembari memutar kursinya untuk berbalik melihat Cla. "Senang bertemu denganmu."

Kedua mata Cla terbelalak lebar melihat sosok pria yang pernah ia lihat sebelumnya. "Gilbert Andreas," batinnya. 

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

19.20 | 12 Januari 2017

Karya asli Ucu Irna Marhamah  

Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang