∘☽ BAB 19 : Keinginan untuk Kembali (3) ☾∘

34 6 4
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Di hutan yang sepi, terlihat Aeris tengah menunggangi kuda. Di belakangnya, ada Cla dalam kondisi terikat dan tengkurap di punggung kuda. Mulutnya disumpal kain. 

Aeris melihat perbukitan amertus di depan sana, ia menautkan alisnya. 

Sampailah mereka berdua di perbukitan yang mana terdapat banyak sekali pohon amertus di sana. 

Aeris turun dari punggung kuda dan menurunkan Cla. Wanita itu melepaskan ikatan pada kain yang menyumpal mulut Cla. 

Cla terbatuk-batuk dan muntah. Wanita itu merasa sakit pada perutnya karena berkilo-kilo meter perjalanan, ia telungkup pada punggung kuda. Gejolak di perut dan dadanya juga yang membuatnya muntah. 

Aeris mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ada danau di depan sana. Aeris pun mengangkat tubuh Cla, menggendongnya dengan bridal style, dan membawanya ke tepi danau. Dengan telaten, Aeris membasuh wajah dan pakaian Cla yang terkena muntahan. 

Cla mendongak menatap Aeris. "Kau melepaskan penyumpal mulutku. Bagaimana jika aku berteriak?" tanyanya. 

Aeris balik menatap Cla. "Wilayah ini termasuk ke wilayah militer Selatan. Meski kau berteriak, tak akan ada yang bisa menolongmu. Saat ini, aku pemimpin di Kemiliteran Selatan karena Lazarus sedang berada di medan perang. Semuanya berada dalam kendaliku."

Cla cemberut. 

Aeris berkata, "Lagi pula, aku yakin kau tak akan berteriak. Kau tak memberikan perlawanan sama sekali saat aku menculikmu dari gedung aspen." 

"Aku cukup tahun diri untuk tidak melawan assassin sekaligus Bintang Selatan," gerutu Cla. 

Aeris tersenyum. "Kau sangat pandai memahami situasi." Ia mengelap bibir Cla yang basah dengan sapu tangan, lalu kembali membawanya ke perbukitan. 

"Tempat ini," batin Cla. Sebelumnya, ia pernah datang ke tempat tersebut untuk mendatangi beberapa kuil dan menanyai para pemuka agama. 

"Minumlah." Aeris menyodorkan botol (yang terbuat dari kulit hewan tertentu dan dijadikan wadah penyimpanan air) ke mulut Cla. Namun, Cla mengalihkan pandangannya karena tak mau menerima air minum tersebut. 

Aeris menarik tengkuk Cla dan memaksanya minum. "Kau bisa dehidrasi." 

Terpaksa Cla meminum air tersebut karena sebenarnya ia memang haus. Aeris menatap leher Cla, tepatnya bagian tenggorok yang bergerak naik-turun ketika Cla meneguk air. 

Karena terlalu fokus dengan tenggorok Cla, Aeris tak tahu jika air yang ia sodorkan ke mulut Cla samao meluber ke sudut bibir wanita aspen itu dan membasahi pakaiannya. 

Cla memberontak. "Ah! Apa yang kau lakukan?!"

Aeris tak menjawab, ia meminum air dari wadah yang sama. 

"Aku tidak akan pernah bilang terima kasih pada penculik." Cla membuang muka. 

Aeris menangkup wajah Cla agar menatap padanya. Kedua wanita itu saling menatap untuk sesaat. Aeris menyentuh dagu Cla, lalu turun ke leher. 

"Leher yang cantik," ucap Aeris. 

Kedua mata Cla membulat lebar. "A-apa kau bilang?! Jangan macam-macam, aku masih normal dan suka pria!" gerutunya. 

Aeris menatap Cla dengan tatapan datar. "Dasar besar rasa. Siapa yang menyukaimu?"

Cla terdiam. 

"Leher cantik ini sebaiknya dipotong. Aku akan memotongnya dengan cepat agar kau tak merasa kesakitan. Aku bisa melakukannya dengan baik. Aku terlatih," kata Aeris. 

Cla menelan saliva karena panik. 

"Jadi, ayo kita pulang ke abad 21 bersama," ajak Aeris. Suaranya menjadi lembut. 

Cla tak merespon. Ia membayangkan kepalanya yang terputus karena tebasan Aeris. "Meski dipenggal adalah cara mati yang cepat, tapi aku dengar kepala orang yang sudah terputus masih sadar sepersekian detik sebelum dia benar-benar mati. Itu benar-benar menakutkan," ucapnya dalam hati. 

"Kenapa? Kau takut mati? Bukankah kau wanita putus asa yang waktu itu ingin mati?" tanya Aeris. 

Mulut Cla terbuka untuk berbicara, tetapi tak ada satu pun kata yang keluar dari mulutnya. 

"Kenapa kau diam saja? Apakah sekarang kau ragu menghadapi kematianmu?" tanya Aeris. 

"Belakangan ini aku menyadari satu hal," ujar Cla. "Aku bukan ingin mati. Aku hanya tidak sanggup menjalani hidup yang menyedihkan. Aku benci kehidupanku. Tapi, aku juga takut mati," imbuhnya. 

Aeris mendengarkan. 

Cla melanjutkan, "Aku hanya bodoh. Aku belum menjelajahi dunia ini. Banyak hal indah yang belum aku lihat, banyak hal yang belum aku ketahui. Aku terlalu takut untuk bergerak hingga akhirnya ingin mengakhiri hidupku sendiri."

Aeris membuang napas kasar. "Ayo, kita pergi. Meski kau nyaman tinggal di sini, ini bukanlah tempat untuk kita." Ia membopong tubuh Cla. 

Cla terlihat sedih. Wajah Gilbert kembali terbayang dalam benaknya. 

Aeris membawa Cla ke perbukitan dengan berjalan kaki karena kuda tak akan bisa melewati pepohonan amertus. Meski jarak antar pohon cujup jarang, tetapi akar-akar pohon amertus mencuat keluar dan itu akan menyulitkan kuda melewatinya. 

"Hei, Penculik Licik! Berhenti kau!" suara wanita dari belakang. 

Aeris berbalik untuk melihat siapa yang datang, ia mengernyit melihat wanita berzirah merah berdiri di depan sana dengan kaki gemetar. Ya, wanita itu adalah Grace yang sepertinya datang dengan kuda. 

"Apa kau baik-baik saja, Cla?" tanya Grace dengan napas tersengal-sengal. 

"Ya," jawab Cla pelan. 

"Hei, Assassin Berengsek! Kembalikan warga sipil yang kau culik itu!" teriak Grace. 

Aeris menautkan alisnya. 

Grace tersenyum sinis. "Strategi perang yang kau buat itu sudah kau rencanakan sebelumnya, kan?" 

Aeris tak merespon. 

Grace melanjutkan, "Kau sengaja menempatkanku di Utara, Putri Thea di wilayah istana, dan kau di Selatan. Kedengarannya bagus dan bijaksana untuk menjaga keutuhan wilayah Terra. Namun, kau punya rencana ganda. Kau sengaja menjauhkanku dari Cla dengan secara tidak langsung memaksaku memimpin pasukan penjagaan di Utara."

Sejenak Grace menarik napas, lalu kembali bersuara, "Putri Thea adalah tipe orang yang sangat teratur. Dia memiliki jadwal untuk berkeliling di wilayah istana dan pemukiman penduduk sekitar. Ketika dia tidak mengawasi sekitaran istana, gedung aspen, dan gedung harem, kau memiliki kesempatan untuk menculik Cla dan membawa pergi ke tempat yang kau yakini sebagai portal menuju ke masa depan."

Aeris tersenyum tipis. "Sepertinya aku terlalu meremehkanmu. Rupanya kau cerdas juga meski 'banyak mulut'. Ya, aku lupa kalau kau bagian dari polisi elit."

Grace menyipitkan matanya. "Kembalikan Cla padaku. Dengan begitu, aku tak akan memperpanjang masalah ini ke depannya."

"Tidak." Aeris mengeluarkan pistol dan menodongkannya pada Grace. "Ini wilayah Kemiliteran Selatan. Aku bisa membunuhmu jika kau macam-macam di wilayahku."

Cla menatap pistol di tangan Aeris. Keringat dingin menetes dari dahinya, ia khawatir dengan keselamatan Grace. 

Aeris terdiam untuk sesaat, lalu bertanya, "Tunggu, bagaimana bisa kau tahu kalau aku membawanya ke mari? Dan kau juga tahu tentang portalnya?" 

Grace tak merespon. 

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

19.20 | 12 Januari 2017

Karya asli Ucu Irna Marhamah 

Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang