⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Tabib bernama Ophelia itu tengah memeriksa kondisi tubuh Aeris dengan cara tradisional.
Masih di dalam ruangan yang sama, Cla duduk di kursi dan memperhatikan.
"Kondisimu sangat buruk, Nona. Ada salah satu organ yang benar-benar rusak parah dan tak bisa diobati," ucap Ophelia.
Cla dan Aeris terkejut mendengar itu. Mereka saling pandang untuk sejenak.
Ophelia melanjutkan, "Aku tidak bisa mengobatimu, tapi mungkin bisa menangani rasa sakitnya saja."
"Apakah ada cara untuk memperlambat proses penyebaran kerusakan organnya tersebut?" tanya Cla penuh harap.
"Untuk saat ini, kami __para tabib__ masih mencari solusinya. Selain kau, ada beberapa pasien lainnya yang memiliki penyakit yang sama denganmu," papar Ophelia.
Cla terlihat sedih.
Ophelia memberikan empat bungkus ramuan pada Aeris. "Ramuan ini diminum seminggu sekali. Datanglah ke mari setiap satu bulan sekali untuk mengambil ramuan baru," ucapnya.
"Terima kasih banyak, Nyonya Ophelia," kata Cla.
"Sama-sama. Ngomong-ngomong, kalian berasal dari mana?" tanya Ophelia.
"Emm, kami...." Cla tidak tahu harus menjawab apa.
"Kami berasal dari Kerajaan Oletra," Aeris yang menjawab.
"Oh, begitu. Terima kasih sudah berkunjung. Aku harap ada keajaiban yang muncul dan menyembuhkanmu. Dewa selalu bersama kita," kata Ophelia.
"Keajaiban?" gumam Aeris.
Cla menyikut lengan Aeris. "Ah, benar. Semoga kami selalu dilindungi Dewa dan diberikan keberkahan," ucapnya pada Ophelia.
Setelah itu, Cla dan Aeris menunggangi kuda masing-masing dan kembali ke tempat masing-masing.
Beberapa minggu kemudian.
Cla sengaja datang ke Markas Militer Selatan untuk menemui Aeris, ia ingin mengetahui kondisi sang Bintang Selatan.
"Aku merasa lebih baik. Saat aku terbatuk, darah yang keluar warnanya semakin cerah," jawab Aeris.
"Bukankah itu menandakan jika kondisimu membaik? Aku tidak mengira perkembangan ilmu kedokteran di zaman Karellus cukup pesat. Ya, meski tidak bisa menyembuhkan secara total," kata Cla yang terlihat begitu senang.
"Apakah kau melihatnya muncul belakangan ini?" tanya Aeris.
"Tidak." Cla terlihat sedih. "Sepertinya wanita tua itu akan muncul di saat-saat tertentu seperti perayaan keagamaan atau semacamnya."
Aeris menghela napas berat.
Cla menyentuh bahu Aeris. "Aku tidak tahu apakah ini akan membuatmu tenang atau tidak, tapi dibandingkan aku dan Grace, kau yang paling panjang umur. Sebagai aspen yang paling dibenci, aku mati diburu dan dipenggal. Bintang Utara mati dalam sebuh pertarungan. Sementara Bintang Selatan mati karena usia."
Aeris menautkan alisnya. "Itu kan Bintang Selatan, bukan aku. Selain itu, sejak awal aku menganggap tubuh ini adalah diriku. Aku sudah berniat membunuh Aerisilla yang asli jika muncul. Tapi, ternyata tidak muncul."
Wajah Cla memucat. "Tidak ada pemikiran lain kah di otakmu selain membunuh orang?" gerutunya.
Waktu berjalan begitu cepat. Peperangan besar antara Kekaisaran Terra dengan Kerajaan Maar yang dikenal sebagai Perang Benua telah berakhir. Perang yang terjadi selama satu tahun lebih itu dimenangkan oleh Kekaisaran Terra yang akhirnya berhasil menguasai seluruh di benua tersebut, menjadikan Kekaisaran Terra sebagai kekaisaran terbesar sepanjang sejarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...