∘☽ BAB 3 : Target Buruan (2) ☾∘

59 8 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Mobil hitam melaju kencang dan telah memasuki Jembatan Calla. Di belakangnya ada mobil merah yang mengejar.

Cla mendadak menginjak rem, membuat Grace tersentak ke depan meski sudah memakai sabuk pengaman.

"Kenapa kau tiba-tiba berhenti?" gerutu Grace sembari melihat ke depan. Ia mengernyit melihat wanita tua yang berdiri di depan mobil.

"Ah, cepatlah!" Grace memukul klakson berkali-kali. "Sedang apa dia di jembatan malam-malam begini?" gerutunya.

"Jangan kasar, dia orang tua," gerutu Cla sembari melajukan mobilnya melewati si nenek tua.

"Justru karena dia orang tua. Anak di bawah umur dan orang tua tidak boleh berkeliaran malam-malam," kata Grace.

Cla melihat papan iklan di tepi jalan. Ada jam digital yang menunjukkan pukul 17.10. "Ini belum terlalu malam, tapi aneh sekali ada orang yang berjalan-jalan di jembatan khusus kendaraan roda empat. Apalagi jembatannya sedang ditutup," gumamnya.

Mobil merah berhenti di depan wanita tua yang sedang menyeberang. Pengendara mobil merah menunggu dengan sabar hingga nenek tua itu selesai menyeberang, lalu ia kembali menginjak gas.

Cla melihat spion tengah. Mobil merah sudah ada di belakangnya dan menabrak bagian belakang mobil mereka.

Grace menembaki mobil merah itu dengan senapannya.

Cla memperlambat laju mobilnya, lalu menyenggol bagian samping mobil merah. Mobil merah balik menyenggol mobil Cla.

"Hei! Berhenti menyenggol! Posisiku yang paling beresiko!" Grace menggerutu.

Cla menoleh sebentar pada Grace. "Aku sedang memancingnya."

Grace mengernyit. Tubuhnya lagi-lagi tersentak karena Cla masih nekat menyenggol mobil merah.

Mobil merah menjauh dan siap menyenggol mobil Cla dengan kekuatan penuh. Ketika mobil tersebut berniat menyenggol mobil Cla, dengan segera Cla menginjak rem.

Mobil merah jadinya menabrak pagar beton. Bagian samping depan mobil merah tersangkut pada pagar beton yang rusak.

Cla menggunakan kesempatan itu untuk menabrak mobil merah agar jatuh ke laut.

Grace melongo. "Kau berniat membunuhnya? Kau benar-benar menakutkan, Cla."

"Jangan halangi aku meski kau polisi!" gerutu Cla yang menginjak gas untuk menabrak mobil merah.

Mobil merah terpojok. Pagar beton runtuh dan mobil merah semakin bergeser. Ban kirinya tak menginjak aspal lagi, membuat mobil menjadi miring.

Grace menendang pintu yang sudah rusak, lalu ia keluar dan menembaki mobil itu agar segera jatuh ke laut.

Cla masih memepet mobil merah dengan menabraknya.

Namun, tiba-tiba sebuah belati melesat dan melukai lengan Grace. Meski berdarah karena lengannya tersayat, tetapi Grace terlihat biasa saja.

"Grace!" Cla terkejut melihat itu. Pisau belati lainnya melesat dan menancap di kursi Cla.

"Ah, sial," gumam Cla.

Pintu mobil merah terbuka. Wanita berambut hitam panjang keluar dari mobil itu dengan santai. Mata abu-abunya menatap Cla yang juga sedang menatap ke arahnya.

Grace menembaki wanita berambut hitam itu dengan senapannya. Namun, tanpa diduga, wanita itu bisa menghindari peluru yang melesat padanya. Sungguh kemampuan yang di luar akal sehat manusia. Grace sampai melongo karenanya.

Wanita assassin sudah berada di hadapan Grace dan melayangkan pukulannya, tetapi Grace menangkisnya dan balik menyerang wanita assassin itu. Terjadilah perkelahian di antara keduanya. Polisi melawan assassin.

Cla melihat ada goresan pada gagang belati. Goresan tersebut membentuk tulisan Aeris. Kedua mata Cla terbelalak lebar. Ia segera keluar dari mobil.

"Bahaya! Dia Aeris si assassin pedang!" teriak Cla.

Perhatian Grace dan assassin yang bernama Aeris itu teralihkan pada Cla. Keduanya berhenti bertarung untuk sejenak.

"Assassin apa pun itu, aku akan tetap menghentikannya. Cepat pergi dari sini!" sahut Grace yang kembali menyerang Aeris.

Cla tampak ragu, ia tak ingin meninggalkan Grace.

"Cepat! Kau tahu tempat tujuanmu! Kodenya 9921MIU!" gerutu Grace disela pertarungan.

Dengan berat hati, Cla berlari pergi menuju ke seberang jembatan, sebuah negara bagian dari Laterrania Raya. Markas Komando III ada di sana.

Melihat Cla yang pergi, Aeris berniat mengejarnya, tetapi Grace menembaki aspan yang dipijak oleh Aeris.

"Kau mau ke mana, Aeris? Lawanmu di sini," kata Grace.

Tangan Aeris terkepal. "Untuk pertama kalinya aku menemukan lawan yang kuat. Baiklah, mari kita bermain sebentar. Setelah itu, aku akan membunuhmu dan mengejar gadis pirang itu." Wanita itu mengeluarkan benda yang mirip dengan gagang pedang.

Grace menautkan alisnya, ia melepaskan baton dan tonfa di cantelan pinggang untuk dijadikan senjata.

Aeris menyerang duluan. Wanita itu mengangkat gagang pedang, jarinya bergerak. Ternyata ada alat pemindai di gagang pedangnya. Seketika mata pedang mencuat, muncul dari celah di gagang pemindai.

Kedua mata Grace terbelalak lebar. Ia segera mengindari serangan yang ditujukan Aeris ke lehernya. Aeris membalikkan serangan ke pinggang Grace.

Darah segar mengalir dan menetes ke jalanan. Pinggang Grace terluka cukup dalam. Tak memperdulikan lukanya, Grace balik menyerang Aeris menggunakan baton dan tonfa. Sesekali ia melepaskan tembakan, tetapi Aeris mampu menghindari peluru.

Aeris berkali-kali berhasil menyayat lengan dan punggung Grace, membuat polisi wanita itu kewalahan.

Aeris melepaskan jaketnya. Wanita itu mengenakan crop top dengan leher yang tinggi. "Menyerahlah. Meski kau polisi elite yang dibentuk secara khusus, kau bukanlah tandinganku. Aku adalah assassin terlatih."

Grace berdecak pelan, ia juga melepaskan baju seragamnya, menyisakan kaos hitam berlengan pendek dan celana seragam. "Penjahat tetaplah penjahat. Sudah menjadi tugas polisi untuk menangkap orang-orang seperti kalian," ucapnya.

Perkelahian kembali berlanjut.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna Marhamah 

Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang