∘☽ BAB 19 : Keinginan untuk Kembali (2) ☾∘

36 5 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Cla tampak berpikir. "Apakah kau tidak memiliki perasaan sedikit pun pada Lazarus Utara? Maksudku, apakah kau tidak menyukainya?" tanyanya penasaran.

Grace menggeleng. "Tidak. Kenapa aku harus menyukai pria seperti dia?"

"Karena dalam legenda, diceritakan bahwa Lazarus Utara menikahi Gracelda sang Bintang Utara," jawab Cla tanpa beban.

Sejenak Grace terdiam mencerna perkataan Cla, lalu mendongak menatap ke langit-langit ruangan.

"Emm, kau baik-baik saja?" Cla mengusap bahu Grace.

"Di antara semua pria di zaman Karellus ini, kenapa Gracelda lebih memilih si berengsek itu?" tanya Grace.

"Mana aku tahu." Cla mengedikkan bahu. "Tapi, apakah kau benar-benar tidak menyukainya?"

"Tidak. Sama sekali tidak," sahut Grace. "Memangnya kenapa?"

Cla mengibaskan tangannya. "Tidak, aku hanya penasaran."

Grace menatap curiga pada Cla. "Kau menyukai seseorang? Apakah itu Gilbert?" tanyanya.

Cla terdiam untuk sesaat.

"Dan apakah Gilbert adalah pasangan Samantha Claudilla?" tanya Grace lagi yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Wanita berkulit sawo matang itu tampaknya sedang dalam mode polisi.

"Iya," jawab Cla pelan. "Makanya aku bingung saat kau bilang kalau kau tidak memiliki perasaan khusus pada Lazarus Utara."

"Hmmm." Grace tampak berpikir. "Apakah akhirnya Gilbert dan Samantha Claudilla menikah? Sama seperti Lazarus Utara dengan Gracelda?"

Cla menggeleng. "Tidak. Samantha Claudilla diburu dan diincar kepalanya oleh pihak tertentu karena karyanya. Itulah sebabnya legenda yang ditulis oleh Samantha Claudilla tak banyak karena dia mati muda," paparnya.

"Oh? Situasi seperti itu yang sedang dialami oleh dirimu saat ini. Maksudku, dirimu yang asli, Clarabelle," ujar Grace.

Cla menautkan alisnya. "Ya, dan sepertinya aku tahu siapa dalang dari perburuan kepala Samantha Claudilla." Ia membayangkan wajah Master.

"Itu cukup berisiko. Sepertinya kau tidak aman berada di mana pun, baik di zaman Karellus atau pun di abad ke-21," kata Grace.

"Ya, lain kali aku akan memilih pekerjaan lain yang lebih aman. Lagi pula, aku ini multitalenta," ujar Cla dengan percaya dirinya.

Alis Grace berkedut. "Sepertinya belakangan ini kau sangat membanggakan dirimu sendiri."

"Aku penasaran dengan portal yang dibicarakan oleh Aeris. Apakah kita benar-benar bisa kembali?" gumam Cla.

Grace menyahut, "Kau punya ide?"

"Entahlah. Aku tetap berada dalam bahaya, entah di sini atau di abad ke-21." Cla menghela napas berat.

Keesokan paginya.

Pangeran Ryen mendatangi gedung aspen. Tampaknya kondisi pria itu cukup membaik. Ia datang untuk menemui Cla.

Cla tampaknya sedang sibuk di meja kerjanya. Pangeran Ryen berdiri di samping Cla yang duduk di kursi.

Grace sedang makan apel. Sementara itu, di meja kerjanya, Gilbert terlihat sama sibuknya seperti Cla. Sesekali ia melirik ke arah Cla dan Pangeran Ryen.

"Aku ingin meminta maaf atas apa yang pernah aku lakukan padamu. Aku sungguh menyesal," kata Pangeran Ryen.

"Aku akan memaafkanmu, Pangeran, tetapi dengan satu syarat," sahut Cla.

"Apa syaratnya?" tanya Pangeran Ryen.

"Jangan ulangi perbuatan seperti itu, baik padaku atau pada wanita lain. Ini murni permintaan dariku sebagai rakyat Terra," papar Cla.

Pangeran Ryen tersenyum. "Baiklah. Aku sangat...." Pria itu mengulurkan tangan untuk menyentuh bahu Cla.

Namun, Cla menangkap tangan Pangeran Ryen, lalu memutarnya ke belakang. Wanita itu memepet Pangeran Ryen ke meja. "Jangan asal sentuh. Aku masih trauma dengan tanganmu itu," geram Cla.

"Anak didikku!" seru Grace yang bangga pada Cla karena telah menggunakan teknik yang pernah ia ajarkan.

"Ah, enaknya," desah Pangeran Ryen karena 'dikasari' oleh Cla. "Nikmat sekali sentuhanmu ini."

Cla melepaskan Pangeran Ryen. "Pria cabul sialan!" batinnya.

"Kakak-adik sama-sama menyukai Cla," ucap Grace dalam hati.

Perang akan segera dimulai. Para tentara yang ditugaskan di medan perang pun bergegas ke lokasi. Sementara itu, Grace memimpin para tentara Utara untuk menjaga perbatasan di bagian utara Terra. Begitu pula dengan Aeris.

Putri Thea memimpin pasukan yang berjaga di wilayah-wilayah dekat pemukiman penduduk dan area istana. Semuanya sudah terorganisir berkat Strategi Berlapis milik Aeris.

Di gedung aspen.

Gilbert sibuk menulis di meja kerjanya. Pandangan pria itu teralihkan ke meja kerja Cla. Wanita itu sedang tidak ada di sana. Arah pandang Gilbert tertuju pada buku bertuliskan "Gilbert Andreas sang Aspen dari Kekaisaran Terra". Gilbert penasaran dengan isi buku tersebut, tetapi ia menahan diri untuk tidak mencari tahunya hingga selesai suatu hari nanti.

Cla memasuki ruangan dengan membawa beberapa pena bulu dan tinta baru.

"Cla, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" tanya Gilbert.

Cla menoleh pada pria itu. "Iya?"

"Aku ingin tahu nama aslimu. Namamu di abad ke-21," ujar Gilbert.

"Namaku Clara, Clarabelle," sahut Cla.

Peperangan antara Kekaisaran Terra dan Kerajaan Maar pun berlangsung menegangkan. Namun, tampaknya Kekaisaran Terra cukup unggul dan berhasil memojokkan Kerajaan Maar. Itu karena Kekaisaran Terra didukung oleh kerajaan-kerajaan yang dinaunginya, ditambah lagi persenjataan yang lengkap dan kuat, serta kekuatan para prajuritnya yang hebat.

Banyak korban dari pihak Kerajaan Maar yang berjatuhan. Namun, beberapa tentara dari Kekaisaran Terra juga ada yang gugur. Para tentara medis __termasuk Luna__ segera memberikan pertolongan.

Perang telah berlangsung selama 2 bulan. Sementara itu, di wilayah Kekaisaran Terra, para warga melakukan aktivitas seperti biasa. Para tentara yang bertugas di dalam wilayah juga melakukan kewajiban mereka.

Putri Thea menunggangi kuda dan berkeliling untuk melihat kondisi secara berkala setiap beberapa jam sekali.

Di bagian Utara, Grace juga berkeliling dengan berjalan kaki bersama beberapa tentara. Sementara itu, beberapa tentara lainnya juga berpencar untuk memastikan kondisi aman di wilayah utara. Begitu pula dengan para tentara di Selatan.

Di gedung aspen, Cla tampak sibuk berkutat dengan kertas dan pena bulu di meja kerjanya. Sementara itu, Gilbert sedang mandi.

Terdengar suara pintu diketuk. "Sebentar," sahut Cla. Wanita itu meletakkan pena bulu ke meja, lalu membuka pintu.

Cla terkejut melihat kedatangan wanita berzirah hitam. "Aeris? Sedang apa kau...." Cla tak melanjutkan kata-katanya karena Aeris membekap mulutnya.

Gilbert telah selesai membersihkan diri, ia keluar dari kamar mandi. Pria itu sudah berpakaian. "Sungguh menyenangkan punya kamar mandi sendiri di dalam ruangan," gumamnya.

"Cla, kau mau mandi?" tanya Gilbert sembari melangkahkan kakinya menuju ke ruang kerja. Ia mengernyit karena Cla tak ada di sana.

"Kau di mana, Cla?" Gilbert mencari ke dapur dan ke seluruh ruangan. Namun, Cla tidak ada. "Biasanya dia akan membuat kabar di kertas yang ditinggalkan kalau dia mau pergi ke luar, tapi kali ini tidak. Sepertinya dia tidak pergi dengan kakinya sendiri."

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna Marhamah

Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang