⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
"Jangan! Kumohon!" Cla menahan perut kekar Pangeran Ryen yang hendak melakukan penetrasi secara paksa. Wanita itu merasakan sesuatu yang mencoba memasukinya. "Tidak! Aku mohon jangan!" tangisnya.
"Apakah kau masih perawan? Beruntung sekali aku." Pangeran Ryen menahan pergerakan tangan Cla. "Kau hanya perlu diam. Ini mungkin sedikit menyakitkan."
"Tidak!" Kedua kaki Cla menendang-nendang.
"Gilbert sangat bodoh. Seorang gadis cantik tinggal di gedung ini, tapi dia tidak berniat menikmatinya," kata Pangeran Ryen.
Seseorang menarik bahu Pangeran Ryen. Ketika Pangeran Ryen menoleh, ia terkejut melihat Gilbert yang memasang ekspresi murka. Tanpa diduga, Gilbert melayangkan pukulannya ke wajah Pangeran Ryen hingga tersungkur ke lantai.
Cla terkejut melihat itu. Ia segera meninggalkan ruangan. Wanita itu berlari masuk ke kamarnya. Cla jatuh terduduk di sudut ruangan. Wanita itu mengelap bibirnya yang basah karena ciuman paksa Pangeran Ryen.
Selanjutnya, Cla mengelap lehernya yang basah karena Pangeran Ryen meninggalkan saliva di sana. Wanita itu menyentuh payudaranya yang terasa sakit karena perbuatan pria itu. Ia menangis sejadi-jadinya.
Pandangan Cla teralihkan pintu balkon yang terbuka. Ia mendongak menatap langit kelam. "Aku ingin kembali, aku mau pulang ke abad 21. Aku mau pulang," tangisnya.
Namun, tangisan wanita itu berhenti. Kembali teringat olehnya masa-masa sulit yang pernah ia alami di abad ke-21.
"Kau masih ingin bekerja di sini, Cla? Aku akan mempertahankanmu dengan satu syarat."
"Wah, buah dadamu sangat besar. Bolehkan aku menyentuhnya? Aku juga ingin meremasnya. Bulan depan, gajimu dinaikkan dua kali lipat."
"Istriku meninggal beberapa tahun yang lalu. Maukah kau menghangatkan ranjangku? Kau akan mendapatkan gaji dua kali lipat."
Kembali terngiang perkataan pria-pria hidung belang yang pernah menjadi atasan dan senior Cla di perusahaan berbeda. Wanita itu mengelap air matanya.
"Sama saja. Pria dari zaman mana pun berengsek, bajingan. Mereka selalu berpikir jika wanita adalah boneka yang bisa dimainkan," batin Cla.
Semakin ingin dilupakan, masa-masa sulit itu justru kembali datang menghantui.
Waktu itu, di kantor penerbit.
Cla sedang mengotak-atik komputernya di balik sekat pemisah. Karyawan lain juga tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Saat itu, Cla bekerja sebagai editor naskah untuk mendapatkan gaji tetap.
Pria paruh baya berambut klimis berjalan gontai melewati ruang sekat karyawan. "Buatkan aku kopi, nanti dapat uang tambahan di awal bulan," ucapnya, kemudian memasuki ruangan.
"Cla, buatkan Bos kopi," suruh salah seorang karyawan.
"Kenapa harus aku?" gerutu Cla.
"Kau yang termuda di antara kita. Kau juga junior. Memangnya kau akan membiarkan seniormu yang melakukan itu?"
Cla terlihat khawatir. "Tapi...."
"Cla, bukankah kau membutuhkan uang tambahan? Aku dengar, bukumu yang terbit di penerbit sebelah tidak laku. Jadinya kau harus mengganti rugi dengan membeli semua bukumu itu."
Tangan Cla terkepal kuat. Ia pun beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur kantor.
"Junior yang baik."
"Dia sangat bisa diandalkan."
Cla mengetuk pintu ruangan Bos sembari membawa secangkir kopi yang masih panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Fantascienza∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...