⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Dua hari kemudian.
Grace tampak sibuk berlatih di belakang rumah Luna. Ia melakukan sit up, push up, senam, jogging, dan sebagainya.
Luna keluar melalui pintu belakang. Pria gemulai itu meletakkan guci berukuran sedang yang berisi air. "Kau berlatih keras untuk persiapan menghadapi Lazarus Utara. Kau adalah salah wanita yang penuh ambisi rupanya."
Grace menghentikan latihannya, lalu menghampiri Luna dan meneguk air dari dalam guci. "Ah, sangat menyegarkan." Wanita itu meletakkan kembali guci yang airnya tinggal setengah ke meja.
"Aku tidak bermaksud menyurutkan semangatmu. Meski Lazarus Utara tidak sekejam Lazarus Selatan, pada dasarnya pria itu sangat berbahaya. Dia punya kemampuan bertarung yang tidak bisa disepelekan," papar Luna.
Grace mendengarkan dengan serius.
"Bayangkan saja, di usianya yang masih sangat muda itu, dia bisa menduduki posisi Lazarus, jabatan tertinggi di kemiliteran Terra," sambung Luna.
"Berapa usianya?" tanya Grace penasaran.
"Kalau tidak salah, sekarang usianya 25 tahun," jawab Luna.
Grace tampak berpikir. "Ya, usia 25 tahun sangatlah muda. Tapi, kalender yang mereka gunakan adalah Karellus, bukan masehi. Kalender Karellus ada 18 bulan. Kalau diubah ke Masehi... Ah, malas ngitung."
"Berapa usiamu, Grace?" tanya Luna.
"Usiaku sekarang 26 tahun," sahut Grace. "Aku juga berlatih sejak muda hingga tergabung ke dalam satuan polisi elit karena kemampuanku," imbuhnya dalam hati.
"Kau terlihat lebih muda dari usiamu. Aku pikir, kau 20 tahunan," ujar Luna sembari beranjak dari tempat duduknya, kemudian masuk ke dalam rumah.
Grace membuang napas kasar. "Strategi apa yang bisa aku lakukan untuk mengalahkannya? Hanya dengan mengalahkannya, aku bisa mendapatkan posisi Bintang Utara," gumamnya.
"Baiklah. Jika kau kalah melawan beberapa tentara berpangkat dalam beberapa babak, kau harus melayani kami. Jika kau menang, kau bisa mengajukan satu permintaan yang masuk akal." Ucapan Lazarus Utara masih terngiang-ngiang dalam telinga Grace.
"Aku pasti bisa mengalahkannya." Tangan Grace terkepal kuat.
Terdengar suara derap langkah kaki prajurit yang membuat perhatian Grace teralihkan. Rupanya beberapa Tentara Senior sedang berkeliling. Mereka melihat ke arah Grace dan tersenyum sembari melambaikan tangan.
Grace yang kebingungan hanya mengangkat sebelah tangan untuk membalas "sapaan" para tentara itu. Setelah mereka pergi, Grace merenung.
"Ada apa dengan mereka? Kenapa mereka tersenyum dan melambaikan tangan?" gumam Grace. Ia kembali teringat dengan pertarungan di stadion dua hari yang lalu, di mana ia berhasil mengalahkan Tentara Tingkat II.
Tak ada satu pun tentara yang memberikan sorakan kemenangan pada Grace. Tentu saja mereka mengharapkan kekalahan wanita itu. Namun, mereka juga mengagumi kehebatan dan kemampuan Grace dalam bertarung. Ya, meski di dunia modern itu dianggap sebagai kemenangan yang curang karena menyerang titik vital. Tetapi, kemenangan Grace dianggap sah karena memang tak ada peraturan yang berlaku.
"Wah, dia gadis tangguh."
"Benar, aku pikir dia hanya sesumbar mengenai keinginannya bergabung dengan kemiliteran."
"Gila. Sebenarnya dia siapa?"
"Luar biasa. Dia melawan Tentara Tingkat II mati-matian."
Para tentara yang duduk di stadion membicarakan kehebatan Grace. Sementara itu, Lazarus Utara tampak tenang dan menonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Ciencia Ficción∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...