∘☽ BAB 17 : Ahli Strategi dan Ahli Persenjataan (6) ☾∘

11 4 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Di gedung aula.

Para tentara pria duduk di kursi yang berjejer rapi. Mereka adalah tentara aktif yang bertugas sebagai pertahanan. Selama perang nanti, mereka akan ditempatkan di beberapa wilayah, dimulai dari utara hingga bagian selatan Terra. Sebagian lagi akan berjaga di dekat pemukiman penduduk untuk melindungi rakyat, dan sebagian akan berjaga di istana.

Selain para tentara pria. Di kursi paling depan ada Putri Thea dan Grace yang duduk bersebelahan. Dan di hadapan mereka semua, Aeris berdiri memberikan pidato mengenai strateginya.

Beberapa jam berlalu. Akhirnya, rapat pun selesai.

Putri Thea dan Grace menghampiri Aeris.

"Sungguh strategi yang bagus. Aku tidak mengira kau berhasil meyakinkan ayahku sehingga dia mengizinkanku mengangkat pedang di wilayah Terra," kata Putri Thea.

"Jika bukan kita, siapa lagi?" sahut Aeris.

Grace menatap Aeris dengan tatapan serius. "Semenjak terdampar di zaman Karellus, sepertinya Aeris mengalami banyak perubahan. Dia tidak seperti biasanya. Apakah dia hanya berakting atau memang perannya dipengaruhi oleh Aerisilla sang Bintang Selatan?" batinnya.

"Bagaimana jika malam ini kita mengadakan pesta para gadis? Tidak hanya kita bertiga. Ada saudari-saudariku juga dan beberapa kenalanku. Kita juga bisa mengundang Cla juga jika dia tidak sibuk," usul Putri Thea.

"Maaf, Putri, sepertinya aku tidak bisa. Aku ada janji dengan seseorang malam ini," ucap Grace.

"Kau bisa datang setelah urusanmu selesai. Jika memang tak memungkinkan, tidak perlu datang," sahut Putri Thea.

Grace mengangguk. "Baiklah."

"Bagaimana denganmu?" Putri Thea beralih pada Aeris.

"Aku akan datang. Bisa jadi ini pesta terakhir kita, kan?" sahut Aeris.

Putri Thea menyikut lengan Aeris. "Jangan pesimis. Kita tidak akan mati."

Malam harinya.

Grace sedang berjalan menyusuri samping istana Terra. Wanita itu melihat lampu minyak yang berjejer di sekelilingnya.

"Ah, bahkan sekarang aku sudah lupa seperti apa bentuk lampu di abad ke-21. Apakah aku terlalu lama terdampar di tempat ini?" batin Grace.

Grace telah tiba di taman belakang istana, ia menghentikan langkahnya saat melihat ada seseorang yang duduk di bangku taman. Itu adalah Lazarus Utara.

"Kenapa aku harus repot-repot melakukan ini? Tapi, setelah mendengar cerita Luna...." Grace memutuskan untuk menemui Lazarus Utara.

Mendengar suara langkah mendekat, Lazarus Utara menoleh. "Kau benar-benar datang?"

"Ya." Grace duduk di samping Lazarus Utara. "Jangan berpikir yang bukan-bukan. Aku datang ke mari hanya untuk memberikanmu semangat sebagai bawahan pada atasannya. Siapa tahu kita tak bertemu lagi setelah perang nanti."

Lazarus Utara menatap Grace. "Kau menyumpahiku mati di medan perang?" tanyanya.

"Aku tidak menyumpahimu. Aku hanya berjaga-jaga," sanggah Grace.

Sementara itu, di belakang istana, ada pasangan lain yang melihat kebersamaan Lazarus Utara dengan Grace. Mereka adalah Aeris dan Lazarus Selatan.

"Sungguh menyebalkan melihat orang berpacaran secara langsung di depan mataku," gumam Lazarus Selatan.

"Kenapa tidak mencari wanita saja?" tanya Aeris.

"Aeris." Lazarus Selatan menatap Aeris yang menoleh padanya. "Jika aku gugur dalam perang nanti, kau yang bertugas menggantikan posisiku sebagai Lazarus Selatan," imbuh pria itu.

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang