⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
"Ini gila," gumam Grace yang menyusuri jalan dengan langkah sempoyongan.
Kembali terbayang dalam benak Grace di mana Putri Thea dan Georgina berciuman. "Tadinya aku pusing dan mengantuk. Tapi, setelah melihat mereka berciuman, mataku jadi segar kembali," imbuh Grace.
Cla dan Aeris yang juga sedang berjalan kaki bersama Grace menoleh pada wanita berambut sebahu itu.
"Perhatikan langkahmu, Grace," tegur Cla.
"Ah, sayang sekali aku malah meninggalkan cincin emas itu," kata Grace sembari menangis.
Cla membuang napas kasar. "Jika kita berhasil mendapatkan cincin itu, apa yang akan kita lakukan setelahnya? Membawa cincin tersebut ke abad 21 jika kita berhasil kembali? Kita tidak boleh membawa apa pun dari masa lalu ke masa depan," ucapnya.
Grace cemberut. "Emas zaman dulu itu harganya lebih mahal. Apalagi dari zaman Karellus. Itu termasuk barang antik. Lumayan untuk membeli mobil dan liburan ke luar negeri," rengeknya.
"Berhenti merengek," gerutu Cla. "Aku syok sekali dengan apa yang kulihat. Terlebih lagi, dia memelukku juga," imbuhnya dengan ekspresi horor. Cla memeluk tubuhnya sendiri.
Aeris menatap Cla. "Ngomong-ngomong, tentang kembali ke masa depan, apakah kau sudah memikirkannya?"
Cla menoleh pada Aeris. "Kau bilang, kau tahu caranya kembali ke abad 21. Aku ingin memastikan kalau kau tidak berbohong soal itu."
"Aku tidak bisa memberitahumu sebelum kau memang memiliki keinginan untuk kembali ke masa depan," sahut Aeris.
Grace melihat pada Cla dan Aeris bergantian. "Aeris jenius dan bisa berkelahi, tapi Cla jago dalam segala hal. Aku yakin Cla bisa mengatasinya. Aku mengandalkanmu, Cla," batin Grace.
"Kau sepertinya berbohong. Jangan-jangan kau mau menjebakku," tuding Cla.
Aeris menyahut, "Untuk apa aku menjebakmu? Aku harus membawamu ke abad 21 untuk mencopot kepalamu. Tidak ada gunanya aku mendapatkan kepalamu di sini. Tidak akan ada yang membayar."
"Kalau begitu, katakan padaku bagaimana caranya kita kembali ke abad 21?" desak Cla.
Aeris menyipitkan matanya. "Jangan coba-coba menipuku. Jika aku memberitahumu, yang ada kau dan polisi wanita itu akan pergi ke abad 21 berdua dan meninggalkanku."
"Setidaknya beritahu aku tentang portalnya. Kalau tidak, aku akan mencari cara lain," kata Cla.
"Tidak mau," tolak Aeris. "Aku akan membawamu ke tempat itu saat kau sudah menyetujuinya. Lagi pula, aku sudah berjanji tidak akan langsung memburumu begitu kita keluar dari sini. Jadi, kau memiliki kesempatan kabur dariku untuk sementara waktu. Aku ini kurang baik apalagi coba?"
"Heh, kata 'baik' tidak cocok untukmu, assassin," gerutu Grace sembari menunjuk wajah Aeris.
Aeris mendelik ke arah Grace. "Kenapa? Dasar polisi emosian, kepala batu."
"Hei! Apa kau bilang?!!" Grace akan memukul Aeris, tetapi Cla menahannya.
"Orang Mabuk, lebih baik kau diam!" gerutu Cla.
Grace membuang muka sembari sembari cemberut karena kesal.
Cla menatap Aeris. "Jika seandainya aku menolak untuk kembali ke masa depan bersamamu, apa yang akan kau lakukan? Kau akan kembali ke masa depan sendirian?" tanyanya penasaran.
Aeris menatap Cla dengan serius. "Kenapa kau tidak ingin kembali ke masa depan?"
Cla menyahut, "Sudah jelas karena dirimu. Untuk apa aku kembali ke masa depan? Kau akan terus memburuku di masa depan. Selain kau, banyak juga assassin lain di luar sana yang berniat mengincar kepalaku. Jadi, di sini adalah satu-satunya tempat yang aman. Kau pun tak bisa melakukan apa-apa padaku di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...