⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
"Lalu, siapa yang akan memimpin tentara yang menjaga wilayah-wilayah Terra sebagai kekuatan pertahanan? Semua prajurit terkuat sudah pasti memasuki medan perang," tanya Kaisar.
Aeris menjawab, "Yang Mulia, Anda bisa mengandalkan tentara wanita terkuat yang dilarang masuk ke medan perang. Aku dan Bintang Utara akan menjaga perbatasan Selatan dan Utara. Sementara area istana akan dijaga oleh ksatria wanita yang paling hebat dari Dinasti Zircon, Putri Theodosia. Kami bertiga bisa memimpin pasukan masing-masing."
Semua orang di dalam ruangan berbisik-bisik mengenai ide Aeris yang dianggap terlalu lancang.
"Yang Mulia." Master menoleh pada Kaisar.
Kaisar Adarlan tampak berpikir. "Itu bukan ide yang buruk. Aku setuju," ucapnya tanpa pikir panjang.
"Dia sangat pandai berbicara," ucap Lazarus Utara.
Grace yang duduk di sampingnya menyahut, "Idenya bagus. Setidaknya seluruh tentara aktif akan bertugas termasuk kami yang perempuan."
Lazarus Utara menatap Grace. "Selagi aku tak ada, kau yang memimpin."
Grace mengangguk-anggukkan kepala. "Ya, akan aku lakukan dengan baik. Kau tak perlu khawatir."
Aeris tersenyum karena Kaisar menyetujui idenya. "Dengan dukungan senjata yang ciptaan oleh Bintang Utara, aku akan membagi pasukan yang bertugas di medan perang ke dalam beberapa kelompok."
Rapat di gedung aula telah usai. Para tentara kembali ke kamp sementara mereka.
Lazarus Utara keluar dari pelataran gedung aula. Tampaknya ia juga berniat pergi ke kamp. Namun, Grace menghampirinya.
"Lazarus Utara, apakah kau sibuk?" tanya Grace sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Lazarus Utara mengerutkan keningnya. "Kau melihat ke mana? Aku di sini."
"Aku hanya... hanya membutuhkan jawabanmu." Grace menatap Lazarus Utara.
Lazarus Utara tersenyum. "Aku tidak terlalu sibuk...."
"Hei! Waktunya menyusun strategi untuk para pemimpin wanita saat para pemimpin pria tak ada nanti," tegur Aeris yang berdiri di belakang Grace. Wanita berambut gelap itu melipat kedua tangan di depan dada.
"Sepertinya kau yang sibuk. Nanti malam, temui aku di taman belakang istana," kata Lazarus Utara, kemudian berlalu.
"Kita perlu menyusun strategi juga?" Grace bertanya pada Aeris.
"Ya, tentu saja. Cepat ke kembali ke gedung aula. Putri Theodosia sudah berada di sana," ucap Aeris, kemudian berlalu tanpa menunggu jawaban dari Grace.
Grace mengikuti Aeris.
"Tidak ada waktu untuk berkencan. Peperangan besar akan dimulai beberapa hari lagi dari sekarang," ujar Aeris.
Grace mensejajarkan langkahnya dengan Aeris, lalu menunjuk wajah wanita assassin itu. "Hei, maksudmu, siapa yang berkencan dengan siapa?!" gerutunya.
Aeris tak menanggapi Grace, ia melanjutkan, "Perang Benua adalah perang berskala besar. Puluhan kerajaan di bawah Kekaisaran Terra akan ikut serta dalam perang besar ini. Lawan Terra adalah Maar yang merupakan salah satu kerajaan terbesar di benua. Mereka memiliki banyak prajurit yang kuat. Meski bala bantuan kita banyak, tetap saja kita tidak bisa meremehkan Kerajaan Maar. Kita juga harus memikirkan berbagai risiko terburuknya, misalnya ada kerajaan yang membelot dari Terra dan justru malah mendukung Maar karena faktor-faktor tertentu."
Grace memutar bola matanya. "Kau mulai berbicara seperti Cla."
Sementara itu, di tempat lain.
Cla dan Gilbert sedang melakukan riset jalanan untuk naskah legenda yang mereka tulis. Keduanya berada di tempat yang berbeda. Gilbert menanyai para penduduk sekitar, sementara Cla mendatangi tempat-tempat suci seperti kuil untuk menanyai beberapa pemuka agama di zaman Karellus itu.
Setelah berbicara dengan pemuka agama, Cla berkeliling di sekitar kuil. Pandangannya tertuju pada taman yang lokasinya berada di belakang kuil. Ia pun pergi ke sana dan duduk di bebatuan besar. Ada danau kecil juga di sana yang membuat tempat tersebut terasa begitu nyaman dan tenang. Cla mulai menyusun alur untuk naskah legendanya.
Seorang wanita tua berjalan ke tepi danau dengan guci kecil di tangannya. Wanita tua itu mengambil air di sana.
Cla memperhatikan wanita tua tersebut, ia merasa tak asing dengan wajah itu. Cla kembali teringat dengan wanita tua yang melintas di jalan saat ia mengendarai mobil dan dikejar Aeris sewaktu masih di abad ke-21, sebelum mereka bertiga terdampar di zaman Karellus.
"Wanita tua itu," gumam Cla.
Si wanita tua berlalu pergi, tetapi Cla segera mengejarnya. "Nenek, tunggu sebentar," panggil Cla.
Langkah wanita tua itu terhenti, lalu ia terkekeh pelan dan melanjutkan langkahnya.
"Tunggu!" Cla mengejar, tetapi wanita tua itu berlari.
"Nenek, tunggu sebentar. Ada yang ingin aku tanyakan padamu," gerutu Cla.
Wanita tua itu pergi ke perbukitan dan menghilang di antara pohon amertus yang tumbuh di sana.
"Tempat ini." Cla mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia kembali teringat saat mobilnya berhenti di kaki bukit, lalu ia dan Grace berlari menaiki bukit.
Aeris berhasil mengejar mereka. Terjadi pertarungan antara Aeris dan Grace hingga Grace melepaskan tembakan yang salah satunya tak sengaja menembak guci yang diikat ke pohon amertus. Pasir hitam mulai berhamburan dan menenggelamkan mereka bertiga.
"Tempat ini... apakah mungkin portal ke abad 21 ada di sini?" gumam Cla.
"Aspen Cla," suara berat memanggil, membuat pemilik nama menoleh ke belakang, ternyata Master.
"Sedang apa kau di sini?" tanya Master sembari melihat ke sekeliling.
"Bekerja," jawab Cla. "Master juga sedang apa di sini? Bukankah para petinggi istana sedang sibuk mempersiapkan perang?" Ia balik bertanya.
"Aku memang sengaja mencarimu." Master melipat kedua tangan di depan dada.
Cla mengernyit. "Untuk apa?"
"Aku hanya ingin tahu, sebenarnya kau siapa dan berasal dari mana?" tanya Master yang menatap Cla dengan tatapan penuh selidik.
"Aku rakyat Terra. Aku seorang aspen, Samantha Claudilla," sahut Cla. "Jika Master tak percaya, lihatlah surat tanda pengenal milikku. Ini resmi dikeluarkan oleh Kekaisaran Terra untuk rakyatnya." Cla menyerahkan gulungan yang selalu ia bawa pada Master.
Master membuka gulungan tersebut, lalu membacanya dalam hati. "Ini memang asli, tapi dia mencurigakan," batinnya.
"Apakah sebenarnya kau penyihir? Atau mungkin kau peramal?" tanya Master.
Cla memundurkan wajahnya. "Aku hanya manusia biasa," sanggahnya.
"Mungkinkah kematian Pangeran Chris adalah perbuatanmu?" tuding Master.
"Kenapa kau berpikir seperti itu? Aku bahkan tidak bisa bertarung. Bagaimana caranya aku membunuh seseorang?" gerutu Cla yang tak terima dirinya dituduh.
Master menautkan alisnya. "Entahlah. Kau berbeda dari kebanyakan wanita. Meski tidak bisa bertarung, kau sangat berbahaya. Firasatku tak pernah salah."
"Ada apa dengan orang ini? Kenapa dia begitu keras kepala?" batin Cla.
"Cla, sedang apa di sini? Ayo, kita harus pulang. Sebentar lagi langit gelap," kata Gilbert sembari menghampiri Cla.
Perhatian Cla dan Master teralihkan pada Gilbert.
"Permisi." Cla berpamitan pada Master, kemudian pergi bersama Gilbert.
Master menatap punggung Cla dan Gilbert yang meninggalkan tempat itu. "Sangat mencurigakan," gumamnya.
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna MarhamahFollow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...