∘☽ BAB 2 : Kunci Penting (1) ☾∘

80 9 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Keesokan harinya, para oknum pejabat pemerintahan dan orang-orang yang terlibat pun berhasil ditangkap. Penangkapan masal tersebut membuat jalanan macet. Pengadilan dan penjara juga tampak sibuk.

Sementara itu, di sebuah apartemen. Cla terlihat sedang duduk merenung di sofa, menonton TV yang menyiarkan tentang berita penangkapan para pejabat.

"Bagaimana nasib naskah novelku, ya? Masalahnya ponselku disita polisi," gumam Cla.

Telepon di meja berdering. Cla mengangkat panggilan tersebut tanpa mengatakan apa pun.

"Kau mendengarkan instruksiku dengan baik, Cla," suara Grace dari seberang sana. "Kau sedang apa?"

"Menonton TV," jawab Cla.

"Oh, begitu. Hari ini sepertinya aku akan pulang agak terlambat. Konyol sekali aku mengatakan ini padamu. Tapi, aku hanya ingin kau tidak merasa khawatir karena aku meninggalkanmu sendirian di apartemen," ucap Grace.

"Sebenarnya aku memang merasa tak enak menumpang di sini. Aku kira, kau akan membawaku ke rumah khusus saksi di dekat kantor polisi, tapi ternyata kau membawaku ke rumahmu," ujar Cla.

"Jangan sungkan. Anggap saja rumah sendiri. Adikku tak pernah datang ke sana, kok," kata Grace.

Cla menatap beberapa foto di dinding. Ada foto Grace yang memakai seragam kepolisian bersama seorang pria yang memakai seragam tentara.

"Seragamnya di foto ini dengan seragam yang dipakai semalam berbeda. Pagi ini waktu berangkat ke kantor polisi, seragamnya mirip dengan yang di foto. Apakah dia benar-benar polisi? Atau...." ucapan Cla dalam hati tak dilanjutkan.

"Aku lupa memberitahumu tentang naskah novel yang dibuat dari alur 'itu'. Aku sudah mengirimkannya ke penerbit," kata Cla.

"Ya, kami sudah mengetahuinya. Rekanku sudah memeriksa ponselmu dan melihat semuanya," papar Grace.

Wajah Cla memerah. "Aku harap kau tidak melihat yang 'lain' dari ponselku," ucapnya pelan.

Di seberang sana, Grace terdiam. Namun, sesaat kemudian, ia bersuara, "Kau tidak perlu khawatir."

Setelah berbicara dengan Cla di telepon, Grace mengakhiri panggilannya dengan sepihak. Ia dan beberapa rekannya sedang berada di sebuah kantor penerbit yang saat ini tengah digeledah oleh para polisi.

"Untung saja kami belum mencetak naskah yang itu. Jika sampai tersebar, bisa-bisa memperkeruh suasana," kata penanggung jawab penerbit yang berbicara dengan polisi muda.

Polisi muda bernama Tom tersenyum kecil. "Tidak masalah, Pak. Yang penting sekarang naskahnya sudah diamankan oleh kami."

Pria paruh baya berkepala botak menghampiri Grace. Tertera nama George di kemejanya. "Grace, ayo kita pergi. Urusan kita di sini sudah selesai," ucapnya.

"Baik, Pak." Grace memberi tahu rekan-rekannya kalau tugas mereka sudah selesai.

Di kantor polisi, Grace mendatangi ruang IT. Pria berambut cepak dan berkaos putih terlihat serius mengotak-atik komputer. Ada banyak layar dengan ukurannya berbeda-beda di ruangan tersebut.

"Hei, di mana ponsel yang semalam aku berikan padamu?" tanya Grace.

"Ponsel milik penulis novel itu? Yang diberikan polisi rahasia padamu?" tanya pria itu.

"Iya," sahut Grace.

"Kau sudah punya izin dari Pak George?" tanya pria cepak itu.

Grace menggeleng. "Tidak. Apakah harus?"

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang