⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Markas Lazarus Utara.
Grace digiring oleh dua prajurit senior untuk memasuki benteng Utara. Untuk sesaat, Grace terpukau melihat bentuk bangunan markas yang megah di zamannya itu. Sewaktu sekolah, Grace pernah mengikuti kunjungan sekolah ke markas Lazarus Utara yang hanya berupa reruntuhan saja. Namun, kali ini ia melihat bangunan tersebut secara utuh.
Wilayah Kemiliteran Utara adalah wilayah khusus untuk para tentara. Itulah sebabnya tak ada satu pun rumah warga di sekitar sana. Beberapa rumah yang ada di wilayah itu adalah hunian para tabib pria yang tentu saja sangat dibutuhkan untuk mengobati para tentara yang sakit atau terluka.
Para tabib pria juga akan masuk ke medan perang saat peperangan berlangsung untuk melaksanakan tugasnya sebagai ahli pengobatan. Itu adalah salah satu alasan kenapa tak ada wanita di sana. Wanita memang tidak boleh dilibatkan dalam kemiliteran, tabib dalam perang, apalagi peperangan langsung. Semua hal ini juga diterapkan di Kemiliteran Selatan.
Langkah dua prajurit senior berhenti di depan pintu. Grace juga menghentikan langkahnya.
Salah satu prajurit mengetuk, lalu membukakan pintu. Mereka bertiga pun masuk.
Terlihat pria bermantel bulu warna merah gelap sedang duduk di kursi kebesarannya. Pria dengan rambut cokelat berombak dan mata jingga terang itu melihat ke arah Grace. Ada dua prajurit lainnya di sisi pria itu.
"Lazarus, kami membawanya. Tidak, lebih tepatnya, dia yang ingin dibawa ke mari," lapor salah satu prajurit.
Grace menatap Lazarus Utara dengan ekspresi serius.
"Kau belum pulih. Kenapa kau mau menghadapku sekarang?" tanya Lazarus Utara dengan suara baritone-nya.
Grace menjawab, "Karena... aku..." Ia tidak tahu harus bilang apa.
Lazarus Utara membuang napas kasar, lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Dengar, aku tahu kau bukan warga Terra. Kau imigran gelap yang mungkin saja terdampar di Pantai Utara. Sepertinya kau buru-buru menghadapku karena ingin kembali ke tempat asalmu. Iya, kan?"
Grace terdiam. "Dia lumayan cerdas juga. Tidak heran jika dia menjadi Lazarus," batinnya.
Lazarus Utara melanjutkan, "Imigran gelap akan diadili di hadapan rakyat Terra. Tapi, aku punya alternatif lain."
Grace menelan saliva. Ia sudah tahu ke mana arah pembicaraan itu. "Aku menolak!" potongnya.
"Kau tidak bisa menolak. Kau hanya bisa memilih. Tapi, karena kondisi tubuhmu belum pulih, sebaiknya kau kembali ke kediaman Luna," ujar Lazarus Utara.
"Aku cukup pulih untuk bertarung," sanggah Grace.
"Bertarung?" gumam Lazarus Utara. "Kau menghadapku bukan untuk bertarung," imbuhnya.
Grace menautkan alisnya.
Lazarus Utara beranjak dari tempat duduknya, lalu menghampiri Grace. "Dengar, kata 'menghadap' dan 'menghadapi' itu berbeda. Kembalilah ke kediaman Luna dan pulihkan dirimu. Jika sudah pulih, datang lagi ke mari," ucapnya.
"Aku ingin menghadapimu sekarang," kata Grace penuh penekanan.
Lazarus Utara menautkan alisnya. "Pria tidak memukul wanita. Kembalilah ke Luna."
"Alternatif lain yang kau maksud tadi itu apa?" tanya Grace yang ingin memastikan sesuatu.
"Kau harus melayani semua tentara di sini. Kau mengerti arti kata 'melayani', kan?" jawab Lazarus Utara.
"Wah, pasti menyenangkan. Gadis ini lumayan cantik dengan kulit eksotisnya."
"Ya, tubuhnya juga lumayan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...