∘☽ BAB 8 : Bintang Utara (2) ☾∘

48 8 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Pagi hari di Markas Militer Utara.

Luna melongo melihat Grace yang berbicara panjang lebar di depannya.

"Ini gila! Pria setampan itu berpacaran dengan pria tampan lainnya?" gerutu Grace.

Luna mengganti perban di lutut Grace. Waria itu tampak begitu sabar mendengarkan curhatan pasiennya.

"Aku kira Darius bersikap baik karena dia memang pria yang baik, berbeda dengan para pria di markas ini. Namun, ternyata dia memang tidak suka wanita," imbuh Grace.

Luna tak menanggapi. Ia melilit perban di kaki Grace dengan telaten.

"Aku tidak mengira jika di tahun Karellus ada juga yang memiliki penyimpangan seksual. Tapi, kenapa tidak ditulis dalam sejarah atau legenda, ya?" batin Grace.

"Apa bedanya denganku? Aku juga tidak menyukai wanita." Ucapan Luna membuat lamunan Grace buyar.

"Oh! Aku tidak bermaksud...." Grace menjadi salah tingkah.

"Jadi, apakah kau menyukai Darius?" tanya Luna.

"Aku tidak terlalu suka, hanya kagum," jawab Grace.

"Aku awalnya berpikir jika kau tidak suka pria," celetuk Luna.

"Hah?! Kenapa kau berpikir begitu?" tanya Grace kebingungan.

Luna tampak berpikir. "Kau suka berkelahi, ototmu kuat, tubuhmu bugar, rambut pendek, muka galak, dan kau juga pernah bilang kalau kau tidak pernah bercinta. Jadi, aku pikir kau agak maskulin," paparnya.

Grace melongo sembari merapikan rambut sebahunya. "Aku suka pria, tapi aku tidak pernah berpacaran apalagi bercinta. Aku selalu berpikir bahwa hubungan seksual setelah pernikahan adalah sesuatu yang positif," tuturnya.

Luna tersenyum. "Kau gadis yang baik."

Empat hari kemudian.

Grace duduk merenung di balkon kamarnya. "Tubuhnya sangat keras dan kokoh. Tak akan mudah mengalahkannya," gumam wanita itu.

Kembali terbayang ciuman Lazarus Utara pada malam itu. Grace mendorong dan memukuli dada Lazarus Utara.

"Bagaimana cara menumbangkannya? Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan kali ini." Grace mengusap kasar rambutnya.

"Ah!" Grace merebahkan tubuhnya di lantai. Ia menatap langit cerah pagi itu. "Sekuat apa pun seseorang, pasti punya kelemahannya juga."

Terlintas ide dalam benak Grace. Wanita itu bangkit untuk duduk. "Teknik bela diri apa yang harus aku gunakan untuk menumbangkannya?"

Grace kembali teringat dengan beberapa seni bela diri yang ia pelajari sebelum dan sesudah tergabung dalam kepolisian.

"Seni bela diri campuran," gumam Grace.

Dalam tiga hari sebelum pertandingan, Grace berlatih di balkon yang cukup luas. Keringat yang membasahi sekujur tubuhnya tak dihiraukan. Yang ia pikirkan adalah cara mengalahkan Lazarus, menduduki posisi tinggi di Kemiliteran Utara, mencari Cla, dan pulang ke abad 21.

Lazarus Utara berdiri di ambang pintu dan memperhatikan Grace yang begitu serius berlatih. "Kau benar-benar serius ingin mengalahkanku, ya?"

Grace menghentikan aktivitasnya, kemudian menoleh pada Lazarus Utara yang berjalan mendekatinya.

"Aku menyukai gadis tangguh sepertimu. Aku senang jika bisa meniduri gadis sekuat dirimu," celetuk Lazarus Utara.

Grace menautkan alisnya.

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang