∘☽ BAB 24 : Pertarungan Akhir (3) ☾∘

28 3 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Dengan gerakan cepat, Grace membelakangi pria berhelm, lalu melilit kepala pria itu dengan kedua kakinya. Pria berhelm jatuh ke lantai dan berusaha melepaskan diri. Grace memutar balikkan badan si pria, kemudian menduduki dadanya. Ia memukul kepala pria itu dari atas dan membuka helmnya. 

Grace menjambak rambut pria itu, lalu mendaratkan pukulannya tepat di wajah. Sejenak Grace terdiam karena merasa familiar dengan wajah pria yang saat ini berada di bawahnya itu. 

"La-Lazarus Selatan," gumam Grace. 

Wajah pria itu 100% mirip Lazarus Selatan. Hanya saja, pria ini tak memiliki luka bakar dan potongan rambutnya lebih pendek. 

"Bagaimana mungkin?" batin Grace. 

Si pria meninju wajah Grace yang lengah hingga terjatuh ke samping. Pria itu menodongkan pistol ke dahi Grace. 

Namun, tiba-tiba Cla muncul di belakang pria yang mirip Lazarus Selatan itu dan memukul kepalanya dengan keras menggunakan tongkat besi. 

"Ah, sakitnya." Pria itu tidak tumbang dan malah mengusap bagian belakang kepalanya. 

Cla gemetar ketakutan, ia mundur saat pria itu berbalik. "Kau masih hidup rupanya. Kau memakai rompi anti peluru, ya?" tanya pria itu.

Cla segera berlari, tetapi pria itu menjambak rambutnya. Namun, rambutnya copot karena itu adalah wig. Rambut asli Cla di sanggul. 

"Ah, sial! Mau pergi ke mana kau?!" gerutu pria itu, kemudian mengejar Cla sembari membuang wig tersebut. 

Si pria mencari Cla di geladak, tetapi tak ada. Ia melewati belokan, tetapi tiba-tiba seseorang muncul dan menyerangnya. Si pria sudah bersiaga dan balik menyerang wanita berambut gelap tersebut yang ternyata adalah Aeris. 

"Kau juga assassin yang mengincar kepala gadis itu?" tanya si pria. 

"Tidak. Aku mengincar kepalamu, Dave." Aeris kembali menyerang pria bernama Dave itu. Kali ini, ia mengeluarkan pedangnya. 

Dave menahan pedang Aeris dengan tongkat besi yang tadi digunakan Cla untuk memukulnya. Pertarungan antara dua assassin itu pun tak dapat terelakkan lagi. 

Grace muncul dari atas dan menyerang Dave. Namun, Dave berhasil menghindar tepat waktu.

"Sedang apa kau di sini, Pasien? Lebih baik kau beristirahat," kata Grace pada Aeris. 

"Sepertinya dia adalah reinkarnasi Lazarus Selatan. Hanya aku yang bisa mengalahkannya. Kau pergilah bersama Cla ke tempat tujuan," kata Aeris. 

"Bagaimana operasimu?" tanya Grace sembari memasang kuda-kuda. 

"Berhasil," sahut Aeris. 

"Kalau begitu, aku tidak akan meninggalkanmu. Kau bisa mati oleh pria ini," ucap Grace. "Kau yang membuat rekan-rekanku pingsan agar tak terbunuh oleh para assassin ini, kan?"

Aeris melirik ke arah Grace tanpa ingin memberikan jawaban. "Di kehidupan ini, dia adalah Davidson, assassin peringkat S yang sangat hebat dalam pertarungan jarak jauh, jarak menengah, dan jarak dekat sekali pun. Kau jago dalam pertarungan jarak dekat, kan? Aku akan mengincar dari jarak menengah dan jarak jauh," kata Aeris yang mulai menyusun rencana. 

"Ide bagus." Grace tampak semangat. 

Aeris menatap Dave. "Pantas saja saat melihat wajah Lazarus Selatan aku merasa tak asing, rupanya orang ini mirip dengannya," ucapnya dalam hati. 

"Ada apa ini? Polisi dan assassin bekerja sama?" tanya Dave. 

Tanpa basa-basi, Grace menyerang Dave. Aeris melemparkan pisau ke arah Grace dan langsung di tangkap oleh polwan itu. Ia dengan suka hati menyerang Dave dengan pisau tersebut. 

Sementara itu, di kabin. Cla melepaskan seragam SMA dan juga kemasan saus (kamuflase darah apabila tertembak) yang menutupi rompi anti pelurunya wanita itu menghampiri salah satu polisi yang terkapar di lantai, lalu mengambil alat komunikasi di telinganya untuk memberitahu kondisi saat ini pada siapa pun yang terhubung dengan alat komunikasi tersebut. 

Namun, seseorang di belakang menodongkan pistol ke kepala Cla. Wanita itu pun refleks mengangkat kedua tangan. Ternyata pria paruh baya berseragam nakhoda yang menodongkan pistol. 

"Kau tidak perlu takut. Aku akan membawamu dalam keadaan hidup. Karena harga hidupmu lebih mahal dari pada harga kepalamu," ucap pria paruh baya itu. 

Helikopter muncul dan mendekat ke atas kapal. Grace dan Aeris masih sibuk bertarung dengan Dave. 

"Cla! Cepat naik ke helikopter!" teriak Grace. 

Namun, tiba-tiba helikopter tersebut meledak karena terkena tembakan. Grace, Aeris, dan Dave terkejut karenanya. Puing-puing helikopter jatuh ke lautan. 

"Cepat susul Cla!" suruh Aeris sembari menyerang Dave dengan pedangnya. 

Grace segera naik ke geladak atas. Ia terkejut melihat pria paruh baya yang membawa Cla. 

"Aku butuh dia dalam kondisi hidup. Jadi, kau tidak perlu khawatir," ucap pria paruh baya itu. 

Grace menodongkan pistol pada orang itu. "Kembalikan dia padaku!" bentaknya. 

Pria paruh baya itu mendorong Cla hingga jatuh dari kapal. Rupanya ada kapal kecil di bawah sana. Cla jatuh di matras. Tampaknya ia baik-baik saja. Pria paruh baya itu menyusul dengan melompat ke matras. Grace menembaki si pria setengah baya, tetapi tak ada peluru yang berhasil mengenainya karena ia berada di posisi yang sulit.

Kapal kecil pun bergerak meninggalkan tempat itu. 

Grace berteriak kesal, suaranya menggema. 

Sementara itu, Aeris sudah terpojok oleh Dave yang menindihnya. Pria itu menekan perut dan dada Grace sehingga mengeluarkan darah karena luka bekas operasinya belum sembuh. Darah itu merembes membasahi bajunya. 

"Senang bisa mengenalmu di masa lalu dan di masa kini," ucap Aeris. Muncul pisau kecil yang mencuat dari mulutnya. Wanita itu mendekatkan wajahnya dan menyayat leher Dave menggunakan pisau tersebut. 

Darah segar mengalir dari luka sayatan di lehernya itu, Dave terbatuk darah. 

Sementara itu, Grace telah mengeluarkan sekoci dari kapal. Tampaknya ia berniat mengejar kapal kecil yang membawa Cla, yang saat ini sudah jauh di depannya. 

Ketika Grace akan mendayung, tiba-tiba seseorang berhelm muncul dari dalam air yang membuat perhatian Grace teralihkan. 

"Eh? Polisi elit? Sama sepertiku," batin Grace ketika melihat helm yang dikenakan oleh orang itu. 

"Kau orang yang mengemudikan helikopter tadi?" tanya Grace. 

"Ya. Maaf, Senior, aku agak terlambat karena mengurus assassin di tempat sebelumnya," ucap pria itu sembari memasang mesin senapan khusus. 

"Tu-tunggu! Jangan tembak kapal itu dengan senapan tembak-ledak. Clarabelle masih bersama si assassin," cegah Grace. 

"Aku penembak jitu, jadi Senior tak perlu khawatir." Pria itu membidik kapal kecil di depan sana, lebih tepatnya pria paruh baya yang sedang bediri di geladak. Polisi elit itu mengatur lensa target, lalu menembakkan peluru ledak sebanyak tiga kali. 

Kapal pun meledak. Air laut terciprat ke udara seperti hujan. 

"Cla!!!!" teriak Grace yang khawatir. 

"Aku melihatnya melompat ke air," kata juniornya Grace. 

Tak lama kemudian, terdengar suara gemuruh air. Sesuatu berenang cepat menuju ke arah mereka dan berhenti di depan sekoci Grace. Kepala Cla muncul dari dalam air. 

Grace tersenyum lega. "Kau perenang yang hebat. Siapa sangka kau bisa berenang secepat itu," ucapnya sembari mengangkat tubuh Cla agar naik ke sekoci. 

"Aku terlalu takut, jadi aku berenang sekuat tenaga," kata Cla. 

Grace tersenyum. 

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

19.20 | 12 Januari 2017

Karya asli Ucu Irna Marhamah  

Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang