⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Sore harinya.
Gilbert sedang memasukkan kayu bakar ke dalam gudang persediaan kayu. Sementara itu, Cla dan Grace duduk di teras. Mereka sibuk menganyam keranjang. Terdengar suara langkah kuda yang mendekat. Perhatian ketiga orang itu teralihkan pada Luna yang menunggangi kuda, lalu berhenti di depan gedung aspen.
"Hei, kau! Kau dicari Lazarus Utara dan kau malah menganyam bambu di sini?" gerutu Luna, lalu turun dari kudanya.
Kedua kaki Grace menendang-nendang. "Aku kan wanita yang dilarang pergi ke medan perang. Jadi, aku mau melakukan pekerjaan wanita saja sesuatu kodratku," ucapnya sembari cemberut.
Luna membuang napas kasar. "Lazarus Utara menunggumu di taman belakang istana."
"Dari mana kau tahu kalau aku di sini?" tanya Grace.
"Dari Bintang Selatan," sahut Luna.
Grace menarik lengan Luna, lalu menghampiri Cla dan Gilbert. "Perkenalkan, mereka adalah temanku. Aspen Gilbert dan Aspen Cla," ucapnya.
"Oh, senang bertemu dengan kalian. Maaf membuat kalian kerepotan dengan munculnya anak ini," kata Luna sembari menyalami Cla dan Gilbert.
"Aku tidak membuat mereka kerepotan, kok!" gerutu Grace.
Cla tersenyum. "Terima kasih banyak sudah menjaga Grace selama ini. Dia menceritakan banyak hal tentangmu."
Wajah Luna memerah. "Ah, itu... aku hanya menjalankan tugasku sebagai tabib," ucapnya sembari melambai gemulai.
Grace menyikut lengan Luna. "Jangan bilang kau jadi suka perempuan lagi gara-gara melihat Cla."
"Mana ada?!" gerutu Luna. Ia beralih pada Cla dan Gilbert. "Maaf sudah mengganggu kalian, kalau begitu, aku permisi. Aku harus membawa orang ini pada Lazarus Utara."
"Tidak mampir dulu?" tanya Gilbert.
"Terima kasih banyak atas tawarannya, mungkin lain kali," sahut Luna.
"Dadah." Grace melambaikan tangannya, kemudian berlalu pergi.
"Hei, Bintang Utara! Kau mau ke mana? Naik kuda biar cepat sampai," gerutu Luna.
"Ah, mau jalan kaki saja. Lagi pula, istana ada di depan sana," gerutu Grace.
Kedua orang itu terus bertengkar sepanjang jalan hingga menghilang dari pandangan.
Sementara itu, di kamp sementara.
Aeris melihat ribuan bahkan ratusan ribu lebih tenda di tanah lapang dekat istana. Para prajurit sedang sibuk dengan tugas masing-masing.
"Bintang Selatan," panggil Lazarus Selatan yang sedari tadi berdiri di belakang Aeris.
Aeris menoleh. "Iya? Ada apa memanggilku? Aku pikir, wanita dilarang datang ke mari," tanyanya.
"Ya, kita bicara di tempat lain saja."
Di kedai umum.
Aeris dan Lazarus selatan menikmati hidangan yang disajikan.
"Beberapa hari lagi, aku dan prajurit lainnya akan pergi berperang. Ini adalah hidangan lezat yang nantinya aku rindukan," kata Lazarus Selatan.
Aeris tak menanggapi perkataan Lazarus Selatan.
Lazarus menatap Aeris dengan serius. "Kau adalah ahli strategi terbaik dari Selatan. Berkat otak cerdasmu, kita mendapatkan banyak sekali pujian."
Aeris meneguk minumannya, lalu bertanya, "Kalian butuh strategi dariku untuk perang nanti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...