⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Di depan pintu apartemen, Grace memindai sidik jarinya, lalu masuk ke dalam. Ia mendapati Cla sedang menyajikan makanan ke meja.
"Kau sudah pulang?" Cla menoleh pada Grace.
"Ah, ya. Aku pulang." Grace melepaskan sepatunya, lalu duduk di meja makan.
"Kau yang memasak semua ini?" kedua mata Grace berbinar-binar melihat ada banyak hidangan di meja.
"Ya, karena kau bilang 'anggap saja rumah sendiri', aku memasak bahan-bahan yang ada di lemari es," jawan Cla.
"Senang sekali. Terima kasih banyak. Biasanya adikku yang memasak jika dia datang ke mari. Itu karena aku tidak bisa memasak," celetuk Grace.
"Oh, begitu. Tolong cuci tangan dulu." Cla mematikan kompor dan menyajikan masakan terakhir.
"Baiklah!" Grace sudah berada di samping Cla dan menyalakan kran wastafel.
Cla terhenyak kaget. "Sejak kapan kau di sana?"
"Barusan." Grace mencuci tangan sembari menatap Cla.
"Oh." Cla duduk di meja makan. Grace juga. Cla memberikan piring, sendok, dan garpu untuk Grace.
"Selamat makaaaan." Grace menyantap masakan Cla dengan lahap. "Emm... leuzad seukalih. Kau huebat sekali," ucapnya dengan mulut penuh.
Cla tersenyum. "Syukurlah kalau kau suka. Aku pernah bekerja di restoran kecil dulu."
Grace menelan makanannya. "Begitukah?"
Cla mengangguk.
Setelah selesai makan, Cla berniat mencuci piring, tetapi Grace mengambil alih pekerjaan wanita itu.
"Kau baru pulang kerja, kenapa tidak mandi saja? Biar aku yang mencuci piringnya," kata Cla.
"Aku jago dalam bersih-bersih, sebaiknya kau saja yang mandi," sahut Grace.
"Emm, baiklah." Cla berlalu ke kamar mandi.
Sebuah kamar mandi yang nyaman, tak ada bath tub, hanya ada dua shower dan panel kaca sebagai pembatas area mandi, mengharuskan siapa pun mandi dengan berdiri.
Cla membuka pakaiannya, menyisakan celana dalam dan bra. Wanita itu berdiri di depan cermin dan menyikat gigi.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu yang membuat Cla kaget. "Aku belum selesai," sahut Cla.
"Kita mandi bareng saja," sahut Grace.
Cla membuka pintu kamar mandi, ia terkejut melihat Grace yang tidak memakai sehelai benang pun. Polisi wanita itu masuk dengan ekspresi santai.
"Ada dua shower, jadi bisa mandi bareng," kata Grace sembari menunjuk dua shower dalam satu ruang panel kaca.
"Ya, tapi...." Cla tak melanjutkan kata-katanya.
"Tenang saja. Kita sama-sama perempuan. Selain itu, aku masih tertarik pada pria, kok," kata Grace.
"Oh, okay."
Kedua wanita itu mandi bersebelahan di dalam ruang panel kaca. Cla sudah melepaskan bra dan celana dalamnya. Ia memiliki tubuh indah seperti wanita pada umumnya meski tubuhnya tergolong pendek dan mungil. Sementara Grace berbadan tinggi dan berkulit eksotis. Namun, tubuhnya tak kalah menawan. Hanya saja, otot lengan dan otot perutnya akan terlihat jika wanita itu melakukan aktivitas fisik.
"Aku tak akan berbohong lagi," kata Grace sembari menunduk, membiarkan rintik shower menghujani kepalanya.
Cla menoleh pada Grace.
"Kau sedang dalam bahaya sekarang. Jadi, aku harus berada di dekatmu selalu agar kau aman," imbuh Grace.
"Aku tahu. Terima kasih," sahut Cla. "Tapi, apakah kau benar-benar polisi?" tanyanya sembari menatap Grace dengan tatapan curiga.
"Aku polisi. Polisi ganda. Selain bekerja sebagai polisi khusus atau polisi rahasia, aku juga menjadi petugas polisi biasa untuk menutupi statusku di kepolisian elite," papar Grace.
Cla tampak berpikir. "Aku pikir, 'satuan polisi elite' dalam alur yang dibuat Amy itu hanya fiktif, tapi ternyata.... Ah, setelah semua yang terjadi, aku masih berpikir jika alur itu fiksi. Bodoh sekali," ucapnya.
"Amy adalah jurnalis profesional yang berhubungan dengan para polisi elite untuk membongkar kasus-kasus seperti yang terjadi sekarang ini. Dia memberikan flashdisk itu padamu karena dia percaya padamu," kata Grace.
"Seandainya aku lebih awal menyadarinya. Seandainya aku membuka file-file itu sejak awal," gumam Cla. "Amy tak akan meninggal," imbuhnya penuh penyesalan.
"Amy dibunuh beberapa jam setelah bertemu denganmu di cafe. Saat itu kau mungkin masih di jalan sebelum tiba di rumahmu. Jadi, tidak akan ada yang berubah meski kau membuka file itu lebih awal karena Amy sudah meninggal," papar Grace.
Cla masih merasa bersalah.
"Jangan terus menerus menyalahkan diri sendiri. Amy sudah tahu dia akan mati. Dia menolak dilindungi oleh polisi khusus dan memilih menuntaskan pekerjaan hingga akhir hidupnya," kata Grace, kemudian memakai jubah mandi dan berlalu pergi.
Di ambang pintu, langkah Grace terhenti. "Aku menemukan buku-buku karyamu di meja kerja Amy. Dia adalah penggemar beratmu. Aku harap kau tidak menganggap dia telah memanfaatkanmu atau menjebakmu. Tenang saja, aku sudah berjanji padanya untuk melindungi siapa pun yang menyerahkan flashdisk kelinci dari Amy padaku." Setelah berkata demikian, Grace melanjutkan langkahnya.
Jam 9 malam.
Cla merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Ketika akan menutup mata, terdengar suara ketukan di pintu.
"Kau juga akan tidur di sini?" tanya Cla.
"Ya, demi keamanan. Jangan berpikir kalau aku wanita genit, ya," sahut Grace dari luar ruangan.
Akhirnya, Cla dan Grace tidur dalam satu ranjang di kamar tamu.
Keesokan paginya, Grace terbangun karena mendengar suara dari dapur, disusul aroma tumis bumbu yang menggugah selera. Polwan berambut sebahu itu keluar dari kamar menuju dapur. Terlihat Cla yang sibuk memasak.
"Selamat pagi," sapa Cla tanpa mengalihkan pandangannya dari wajan.
"Pagi," sahut Grace. "Aku mau mandi dulu." Wanita berkulit eksotis itu berlalu pergi ke kamar mandi.
Cla menyajikan masakan yang sudah matang ke meja. Wanita itu melihat keran wastafel yang meneteskan air padahal dalam kondisi mati. Ditambah lagi pipa wastafel yang bocor hanya ditutup dengan lakban.
Beberapa saat kemudian, Grace sudah rapi dengan seragam polisi rahasia. Ia melihat Cla sedang memperbaiki pipa dan keran wastafel. Ada kotak perkakas di dekat Cla.
Meski badannya mungil, tetapi Cla terlihat jantan saat memperbaiki benda rusak.
"Wah, kau benar-benar bisa memperbaiki itu? Aku tak punya waktu untuk menelepon tukang, jadi aku biarkan saja selama tak membuat rumah ini kebanjiran," kata Grace.
"Aku pernah bekerja di jasa perbaikan seperti ini," kata Cla.
Grace melongo. "Yang benar saja! Kau bisa melakukan banyak hal." Wanita bermata hijau itu melanjutkan, "Aku hanya bisa bertarung dan menangkap penjahat. Aku tak punya bakat lain."
"Itu pekerjaan yang mulia, Bu Polisi," sahut Cla sembari merapikan perkakas ke dalam kotak, lalu pergi ke gudang penyimpanan.
"Sudah selesai? Berapa yang harus aku bayar, Bu Jasa Perbaikan?" tanya Grace.
"Tidak perlu. Itu bukan apa-apa. Kau sudah menyelamatkan nyawaku. Harusnya aku yang berutang padamu," papar Cla.
Setelahnya, kedua wanita itu pun sarapan bersama.
"Kau bilang, kau tidak akan jauh-jauh dariku, tapi hari ini kau pergi bekerja," kata Cla.
Grace terkekeh. "Maafkan aku. Tiba-tiba aku disuruh pergi ke markas," ucapnya.
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna MarhamahFollow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Ficção Científica∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...