∘☽ PROLOG ☾∘

245 13 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

"Aku membaca semua novelmu. Semuanya bagus, aku suka," ucap wanita berambut pendek.

Wanita cantik berambut pirang dan berponi yang duduk di hadapannya tersenyum mendengar pujian wanita berambut pendek itu. "Terima kasih."

Kedua wanita itu berada di sebuah cafe ternama di ibukota. Kota Belrnicia, Laterrania Raya. Cuaca sore itu cukup cerah padahal jam menunjukkan pukul 16.00.

"Tidak banyak pembaca yang suka dengan novel romantis. Ini pertama kalinya ada seseorang yang datang menemuiku dan mengatakannya secara langsung. Aku sangat berterima kasih, Amy," ucap wanita berponi.

Wanita berambut pendek yang bernama Amy itu tersenyum kecil. "Apakah Clarabelle itu nama aslimu? Atau hanya nama pena?" tanyanya.

"Itu nama asliku. Kau bisa memanggilku Cla," sahut Cla sang penulis novel.

"Nama yang cantik." Amy mengeluarkan flashdisk dari dalam tasnya. Ada gantungan kunci yang terpasang di flashdisk itu, seekor kelinci putih.

"Bisakah kau membuat novel action-thriller untukku?" tanya Amy sembari menyerahkan flashdisk tersebut pada Cla. "Alur dan nama tokohnya sudah ada dalam sini. Kau hanya tinggal membuat naskahnya saja, lalu terbitkan. Pasti itu akan laku di pasaran." 

Cla mengibaskan tangan. "Maaf, semua ide dan karya memiliki hak cipta. Aku tak bisa menerima ini, kecuali jika kita membuat kontrak untuk pembagian royalti," ucapnya.

"Kau sangat baik dan jujur, tapi aku tidak membutuhkan uang, Cla. Waktuku sudah tak banyak lagi. Entah sampai kapan aku bertahan. Aku hanya ingin ideku ini dibuat menjadi novel dan diterbitkan. Setelah menjadi buku fisik, aku ingin memeluknya sebelum menjelang kematianku," tutur Amy.

Cla tampak sedih setelah mendengar penuturan Amy. "Ma-maaf, aku...."

"Apakah dia pasien kanker stadium akhir atau semacamnya? Ya ampun, malang sekali," batin Cla.

"Ah, tidak apa-apa. Itu bukan salahmu, kok." Amy tersenyum kecil. "Tapi, aku mohon buatkan aku novel ini." Ia menarik tangan Cla, kemudian menyerahkan flashdisk tersebut.

Setelah bertemu dan berbincang, keduanya memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Taksi berhenti di depan gedung apartemen. Amy keluar dari taksi, lalu masuk ke gedung tersebut. Wanita itu naik lift. Ekspresinya terlihat begitu khawatir seolah-olah sedang dikejar sesuatu.

Lift berhenti di lantai dua, lalu pintunya terbuka. Seseorang ber-hoodie memasuki lift. Pintu lift tertutup.

Pria ber-hoodie hitam memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, ia berdiri di depan Amy, membelakanginya.

Jantung Amy berdegup kencang, ia merasa khawatir untuk sebuah alasan. Wanita itu memasukkan tangan ke dalam tas.

Lift bergerak menuju ke lantai atas.

Pria ber-hoodie mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Amy bersiap dengan pisau di tangannya yang merogoh ke dalam tas.

Rupanya si pria mengeluarkan permen. Ketika pintu lift terbuka, ia keluar.

Amy menghela napas lega, ia menekan tombol untuk menutup pintu. Lift kembali naik.

Sesampainya di unit apartemen, Amy segera masuk. Wanita itu menghela napas lega karena merasa jika dirinya sudah aman.

Amy menyalakan lampu, kemudian pergi ke dapur, mengambil botol air mineral dari kulkas, lalu meminumnya.

Ketika berbalik, sebuah moncong pistol menyambut dahinya. Pria ber-hoodie tadi yang menodongkan pistol tersebut.

"Di mana flashdisk-nya?" tanya pria itu.

"Flashdisk apa yang kau bicarakan?" tanya Amy dengan suara bergetar.

"Jangan pura-pura bodoh. Aku tahu kau menyembunyikannya. Jika kau memberikan flashdisk itu padaku, maka aku tak akan membunuhmu," kata pria ber-hoodie.

Amy menautkan alisnya. "Kau assassin. Kau pasti mem...."

Tanpa menunggu Amy menyelesaikan kalimatnya, pria itu menembak kepala Amy hingga ambruk dan tewas seketika. Darah segar menggenang di lantai.

Pria ber-hoodie memasuki kamar Amy dan menggeledah meja untuk mencari flashdisk yang ia maksud. Namun, ia tak menemukannya di mana pun.

"Ah, padahal jika aku berhasil menemukan flashdisk itu, aku akan mendapatkan uang untuk kepala dia dan flashdisk-nya," gerutu si pria.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna Marhamah 

Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang