⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Malam itu setelah pesta para gadis.
"Aku penasaran dengan portal yang dibicarakan oleh Aeris. Apakah kita benar-benar bisa kembali?" gumam Cla.
Grace menyahut, "Kau punya ide?"
"Entahlah. Aku tetap berada dalam bahaya, entah di sini atau di abad ke-21." Cla menghela napas berat.
Hening.
Grace dan Cla tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Terbesit sebuah ingatan dalam benak Cla, di mana Aeris menyebutkan 'tempat itu' sebagai kata ganti portal.
"Tunggu, sepertinya aku mengetahui sesuatu," kata Cla.
Grace mendongak menatap Cla. "Apa, apa? Ceritakan padaku."
"Aeris terdampar di wilayah selatan, kan?" tanya Cla.
"Ya, itu yang aku dengar dari para tentara," sahut Grace.
Cla tampak berpikir. "Aku pernah pergi ke wilayah selatan. Aku mengunjungi kuil-kuil di sana dan berbicara dengan para pemuka agama untuk keperluan naskah legenda yang aku tulis. Di sana ada perbukitan yang ditumbuhi pepohonan tinggi besar. Ada danau juga di sekitar sana."
Grace mendengarkan dengan begitu antusias. "Ya, lalu?"
Cla melanjutkan, "Pohon-pohon tersebut mirip dengan pohon tua yang waktu itu menjadi saksi bisu pertarunganmu dengan Aeris. Dan ada guci misterius yang diikat pada pohon tersebut. Mungkin Aeris pernah ke sana dan berpikir jika itu portalnya."
"Lalu?" tanya Grace yang masih terlihat antusias. "Apakah itu bukan portalnya?"
Cla mengedikkan bahu. "Entahlah, aku juga tidak yakin."
Senyuman Grace memudar, lalu bertanya, "Aku bertanya padamu sekali lagi, apakah kau ingin kembali ke abad 21 atau masih tetap ingin berada di sini?"
"Kalau aku boleh jujur, aku lebih nyaman tinggal di sini, tapi ini bukan tempat kita," ujar Cla.
Grace terlihat sedih. "Aku tahu kau sudah melewati masa-masa sulit selama ini."
"Grace." Cla menatap wanita berambut sebahu di depannya itu dengan tatapan serius. "Jika aku tiba-tiba menghilang, kemungkinan Aeris membawaku ke sana. Dia pasti akan menghindari pertarungan langsung denganmu yang hanya mengulur waktu untuk membawaku ke abad 21. Jadi, kau hanya perlu mencariku ke sana."
Grace menganggukkan kepala.
Cla menyodorkan kertas bergambar peta. "Ini lokasinya, perbukitan amertus di Selatan."
Grace menerima kertas tersebut dan menatap peta di dalamnya dengan ekspresi kagum. "Bagaimana caramu menggambar peta ini agar akurat? Apakah kau menggunakan drone di zaman Karellus?" tanyanya.
"Aku mencoba mencocokkannya dengan peta negara kita di masa depan. Sepertinya lumayan akurat," sahut Cla.
"Baiklah, serahkan masalah ini padaku. Tapi, aku berharap kau baik-baik saja," kata Grace.
Dan hari di mana Cla menghilang.
Gilbert telah selesai membersihkan diri, ia keluar dari kamar mandi. Pria itu sudah berpakaian. "Sungguh menyenangkan punya kamar mandi sendiri di dalam ruangan," gumamnya.
"Cla, kau mau mandi?" tanya Gilbert sembari melangkahkan kakinya menuju ke ruang kerja. Ia mengernyit karena Cla tak ada di sana.
"Kau di mana, Cla?" Gilbert mencari ke dapur dan ke seluruh ruangan. Namun, Cla tidak ada. "Biasanya dia akan membuat kabar di kertas yang ditinggalkan kalau dia mau pergi ke luar, tapi kali ini tidak. Sepertinya dia tidak pergi dengan kakinya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...