⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Tubuh Cla terhempas ke aspal. Wanita itu meringis kesakitan, tubuhnya terasa begitu lemas. Cla melihat ke sekeliling, ia berada di Jembatan Calla pada abad ke-21. Cla berhasil kembali. Wanita itu tersenyum sendu. Pandangannya tertuju pada papan iklan digital. Terdapat jam yang menunjukkan pukul 17.25.
"Hampir 2 tahun aku berada di zaman Karellus, tapi di sini hanya berjalan beberapa detik saja?" gumam Cla.
"Ah, kepalaku rasanya copot," suara Grace.
Perhatian Cla teralihkan pada Grace dan Aeris yang tak jauh darinya. Ia pun menghampiri mereka. "Kalian baik-baik saja?" tanyanya.
Setelah beristirahat dan memulihkan diri, ketiga wanita itu menatap portal di depan mereka. Sama seperti tiang di bagian lainnya, di bagian sini juga tertutup panel.
Cla melihat kabel-kabel berwarna di bagian bawah tiang, sama seperti di sisi satunya. "Kita harus menghancurkan benda ini. Ingat apa yang diminta oleh Merle? Kita harus membayar jasanya. Berkat dia, kita bisa kembali," ucapnya. Wanita pirang berponi itu mulai mencabuti kabel-kabel tersebut. Cermin portal pun menghilang setelah Cla mencabut semua kabel.
"Ini benar-benar buatan manusia modern. Mereka menggunakan sains untuk membuat ini," gumam Aeris. "Tapi, untuk apa mereka menciptakan portal ke zaman Karellus? Dan organisasi mana yang bertanggung jawab atas ini?"
Grace mengulurkan tangannya pada Aeris. "Berikan pistolku. Kau tak punya izin untuk menggunakannya."
Aeris mengembalikan pistol tersebut pada pemilik aslinya. "Apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya penasaran.
"Aku tidak terlalu paham sains, jadi hancurkan saja dari pada membahayakan," jawab Grace sembari memasang silencer, lalu polisi wanita itu menembak panel-panel yang menutupi tiang jembatan.
Tak cukup sampai di sana, Grace mengisi ulang peluru dan terus menembaki hingga panel-panel itu rusak parah.
"Tak akan ada lagi yang bisa keluar-masuk portal," ucap Grace. "Sekarang aku mau meledakkan bagian tiang ini dengan bom molotov."
Cla dan Aeris melongo.
"Kau jadi agak menakutkan sekarang," kata Cla. "Kau yakin akan meledakkan tiang ini?"
Grace memungut beberapa botol bekas yang berserakan di sisi jembatan dan menuangkan bensin dari mobil mereka. Setelah membuat bom rakitan dengan benda seadanya di sekitar sana, Grace beraksi meledakkan tiang jembatan ke-12.
Cla dan Aeris masih melongo. Setelah tiang ke-12 runtuh, mereka bertiga pun berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
Grace menatap Aeris dengan serius. "Apakah kesepakatan yang waktu itu kau ajukan masih berlaku?"
Aeris menatap Grace, lalu beralih pada Cla yang juga sedang menatap ke arahnya. "Jika tabunganku kurang untuk membiayai pengobatanku, aku akan tetap memburu Clarabelle," ucapnya.
Grace menautkan alisnya mendengar jawaban Aeris. Sementara itu, Cla terlihat sedih. Namun, ia tak mengatakan apa pun.
Grace merogoh saku celananya. Rupanya ia membawa tiga buah cincin emas yang waktu itu diberikan oleh Putri Thea untuk mereka, tetapi tertinggal di ruangan pesta. Grace memberikan ketiga cincin itu pada Aeris.
"Kau mencurinya?" Cla syok dengan perbuatan Grace. "Kau ini beneran polisi, kan?!"
"Secara teknis, Putri Thea sudah memberikannya pada kita. Aku hanya mengambil benda yang sudah seharusnya menjadi milikku," sahut Grace.
"Tapi, kau tidak boleh sembarangan mengambil benda dari masa lalu ke masa depan!" gerutu Cla.
"Dengar," Grace berbicara pada Aeris, "kau harus menjualnya di tempat terpercaya. Harganya pasti mahal karena ini barang antik. Dengan begitu, kau bisa membiayai pengobatanmu. Jangan memburu Cla lagi," imbuhnya.
Aeris menatap ketiga cincin di tangannya itu. "Aku akan menggunakannya dengan baik," ucapnya, kemudian dimasukkan ke dalam saku celana.
Pandangan Cla tertuju pada jari manis Grace. "Itu cincin dari siapa? Sebelumnya aku tak melihat itu melingkar di jarimu?" tanyanya.
Grace menyembunyikan tangannya ke belakang. "Ini benda pribadiku. Jangan membahasnya," sahut Grace.
"Lazarus Utara yang memberikannya padamu? Kau sudah 'melakukannya' dengan dia?" tanya Cla penasaran.
"Aku tidak melakukan apa pun dengannya!" gerutu Grace.
"Kau pasti berbohong. Kau menyembunyikan sesuatu dariku, kan? Telah terjadi sesuatu di antara kau dan Lazarus Utara, tapi kau tak mau memberitahuku," ujar Cla.
"Itu tidak penting."
"Kau bilang, kau tidak mencintainya, tetapi kau menerima cincin darinya."
"Bukan begitu. Aku tidak bisa melepaskan cincin ini."
"Berarti benar dugaanku, itu dari Lazarus Utara."
Aeris melihat Grace dan Cla yang sedang bertengkar. Tampaknya kedua wanita itu memiliki hubungan dekat setelah melewati banyak hal bersama.
"Cla, para assassin pasti masih mengincarmu. Apa rencanamu sekarang?" tanya Aeris yang membuat pertengkaran kecil antara Cla dan Grace terhenti.
"Aku...." Cla tampak berpikir.
Grace merangkul bahu Cla. "Kau pikirkan saja nanti, tak perlu memikirkannya sekarang," ucapnya.
Cla mendongak menatap Grace yang memberikan kode agar Cla tidak memberitahukan rencana apa pun pada Aeris.
"Sepertinya aku memang harus memikirkannya nanti," ujar Cla.
Beberapa hari kemudian.
Grace sudah kembali ke kehidupan normalnya sebagai seorang polisi. Ia menyapa rekan kerja yang berpapasan dengannya di koridor kantor polisi.
"Hai, Grace, kudengar ada junior baru yang akan bergabung dengan tim kalian," kata salah satu rekan polisi.
Grace menyahut, "Benarkah? Kebetulan tim kami kurang satu orang." Ia pun memasuki ruangan divisi intelijen. Keempat rekannya sudah berada di dalam ruangan.
"Selamat pagi, Senior Grace," sapa Sarah.
"Pagi." Grace duduk di meja kerjanya. "Kalian sudah sarapan?"
"Sudah."
"Belum."
Grace terkekeh. "Aku memesan makanan untuk sarapan kita," ucapnya.
"Wah, terima kasih banyak, Senior."
"Ya, sama-sama."
"Senior, sebentar lagi kita akan kedatangan anak baru," ucap pria berkuncir sembari menggeser kursinya mendekati Grace.
"Benarkah? Baguslah. Tom pasti bosan menjadi yang termuda di antara kita. Akhirnya akan ada adik bungsu untuknya," ucap Grace.
"Benar! Aku senang sekali!" sahut Tom.
Pintu dibuka dari luar. Para polisi di ruangan tersebut pun segera ke posisi masing-masing dan serius bekerja.
Pria paruh baya berkepala botak memasuki ruangan. Itu adalah George, kapten tim mereka. Pria paruh baya itu duduk di meja kerjanya.
Sementara itu, di rumah sakit ternama. Aeris sedang menjalani pemeriksaan. Setelah selesai diperiksa, ia berbicara dengan dokter.
"Ini seperti keajaiban. Penyakitmu memang tak sembuh total, tetapi penyebarannya berhenti. Dan bagian yang rusak telah teratasi dengan baik seperti ditambal. Sepertinya resep obat yang kemarin bekerja dengan cukup efektif," ujar dokter.
Aeris menyahut, "Saya percaya keajaiban."
Dokter terperangah. "Oh, begitu," ucapnya sembari terkekeh. "Kita akan melakukan operasi lusa," imbuhnya.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih, Dokter." Aeris berpamitan pada dokter, kemudian pergi meninggalkan rumah sakit tersebut.
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna Marhamah
Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...