∘☽ BAB 10 : Bintang Selatan (1) ☾∘

45 9 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Di stadion pertarungan, para tentara yang menonton pun bersorak.

Wasit menghitung mundur.

Aeris mengeluarkan gagang pedangnya, lalu bersiaga. Para tentara berpangkat tinggi melingkar, mengelilingi Aeris.

"Kita hanya perlu bekerja sama untuk mengalahkan gadis ini."

"Ya, kau benar."

".... Empat, tiga, dua, satu!" Wasit mundur ke sisi stadion.

Aeris bergerak cepat memukul perut Tentara Junior dengan gagang pedangnya.

Tentara Junior mengernyit, lalu tertawa karena pukulan Aeris tak membuatnya tumbang. "Apa yang kau lakukan? Apakan ini pukulan bayi?"

Aeris memindai sidik jarinya ke pemindai di gagang pedang. Mata pedang pun mencuat keluar dari gagangnya dan menusuk perut si tentara. Pria itu terbatuk darah.

Para tentara yang menonton pun melongo melihat hal tersebut.

Aeris menggerakkan pedangnya dan memotong pinggang si tentara junior hingga terbagi dua. Darah segar menggenang di tanah.

Para tentara berpangkat membeku melihat itu.

"Tidak ada aturan dalam pertarungan ini, kan?" Aeris berbalik menatap para tentara berpangkat yang menjadi lawannya itu. "Wasit tidak bilang kalau aku tidak boleh membunuh. Bahkan, Lazarus pun tidak bereaksi setelah aku membunuhnya."

Di bangku penonton, Lazarus Selatan yang tadinya tenang, kini tampak terkejut saat melihat salah satu tentaranya mati seketika dalam sekali tebasan.

"Pertarungan sudah dimulai. Jika peraturannya tiba-tiba diubah, itu keterlaluan," kata Aeris.

"Kubunuh kau!" teriak Tentara Senior sembari mengangkat pedangnya dan berlari ke arah Aeris.

"Ini mulai menarik." Aeris melompat ke udara, menginjak pedang yang diayunkan si tentara, lalu menendang wajah pria itu hingga tersungkur dan tak bangkit lagi. Darah segar menggenang di sekitarnya.

Para tentara kebingungan dengan apa yang terjadi. Para penonton yang tadinya bersorak mendadak diam melihat kengerian itu.

Rupanya Aeris memasang pisau kecil di bagian depan sepatunya dan barusan berhasil menebas leher Tentara Senior.

"Inilah alasan kenapa aku ingin bertarung pada malam hari. Situasi ini sangat menguntungkan bagiku," batin Aeris.

Tentara Tingkat I dan II menyerang Aeris bersamaan dengan pedang dan kapak.

Aeris melompat ke udara, lalu melemparkan pisau-pisau kecil pada dua tentara itu. Dengan cepat, mereka menghindar dan berhasil.

"Lumayan, sesuai pangkat," batin Aeris. Wanita itu mendarat ke tanah.

Lakrat Selatan melompat ke udara sembari melayangkan pukulan. Aeris menghindar, lalu balik menyerang dengan pukulan juga. Terjadi perkelahian di antara keduanya yang berlangsung sengit.

Aeris mampu menghindar dan membaca gerakan Lakrat Selatan dengan akurat.

"Apakah dia bisa membaca gerakanku? Apa dia penyihir?" tanya Lakrat dalam hati.

"Aku menguasai banyak gerakan dasar teknik bela diri. Lakrat yang satu ini lumayan kuat juga pertahanannya," batin Aeris.

Dari belakang, Bintang Selatan menyerang menggunakan tombak.

Aeris yang sedang berada di udara pun tak bisa berkutik lagi karena tubuhnya ditarik oleh gravitasi bumi. Namun, wanita itu bertumpu pada pundak Lakrat dan berhasil menghindar dengan melompat.

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang