⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Aeris bangkit dari tempat tidur, lalu memakai baju tradisional wanita pada zaman Kekaisaran Terra yang ia ambil dari lemari. Semua jendela kayu di kamar pun dibuka agar ada cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
Aeris membuka laci. Ia melihat semua barangnya masih aman. Gagang pedang, pisau lipat, pemantik api, ponsel, pinset, dan lain sebagainya.
"Baterai ponselku masih cukup banyak, tapi aku harus menghemat daya. Tidak ada charger di sini," gumam Aeris.
Ketukan pada pintu membuat perhatian Aeris teralihkan. Pintu dibuka dari luar, ternyata Brenda yang masuk.
"Syukurlah kau baik-baik saja," ucap Brenda ketika melihat kondisi Aeris yang tampaknya sudah membaik.
Aeris menutup laci. "Apakah kau tabib?" tanyanya pada Brenda.
"Aku bukan tabib, tapi aku tahu beberapa macam tanaman obat di sekitar sini," sahut Brenda sembari mengalihkan pandangannya. Kedua tangannya terlihat gemetar.
Aeris mengambil roti, lalu memakannya. "Mayat pria semalam kau apakan?"
"I-itu... aku membuangnya ke sungai," jawab Brenda pelan.
"Pilihan yang bagus. Warga akan mengira jika pria itu jatuh di atas bebatuan sungai yang menyebabkan lehernya retak dan patah. Lalu, dia mati," ujar Aeris.
Brenda menunduk. "Aku benar-benar berterima kasih atas pertolonganmu semalam. Suamiku sering menyiksaku dan Anna. Aku tidak tahan, tapi aku juga tak bisa melawan. Alih-alih menganggapmu malaikat maut, aku rasa kau lebih cocok dengan nama malaikat saja," tuturnya.
Aeris menyahut, "Aku tak sebaik itu. Ada banyak nyawa yang mati di tanganku. Lalu, kepala mereka ditukar dengan uang."
Brenda menelan saliva mendengar penjelasan Aeris. "A-aku tetap berterima kasih atas pertolonganmu."
Aeris menghela napas panjang. "Aku tidak mungkin berdiam diri di sini terlalu lama. Apa kau tahu di mana pohon tua berada?"
"Pohon tua?" tanya Brenda kebingungan.
Aeris tampak berpikir. "Aku rasa, itu sejenis pohon perdu atau apalah itu. Kalau tidak salah, namanya pohon amertus."
"Ada banyak pohon amertus di perbukitan dekat benteng Selatan. Namun, aku sarankan kau jangan pergi ke sana," ucap Brenda.
"Kenapa?" tanya Aeris.
Brenda tidak langsung menjawab, tetapi sesaat kemudian ia bersuara, "Sepertinya kau bukan warga asli Terra. Jadi, aku akan memberitahumu sesuatu. Jika orang dari kekaisaran menemukan gadis cantik sepertimu, mereka akan membawamu ke gedung harem untuk penyeleksian selir."
Brenda kembali melanjutkan, "Dan jika tentara Selatan yang menemukanmu, kau mungkin akan diculik dan dibawa ke markas Selatan untuk dijadikan budak seks. Dari yang aku lihat, sepertinya kau bukan tipe gadis yang mau dijadikan selir apalagi 'mainan' tentara."
Aeris mencerna perkataan Brenda. "Oh, itu aku sudah tahu. Aku pernah membacanya di buku sejarah."
Brenda melongo. "Hah?"
Aeris menatap lurus ke depan. "Setiap satu tahun sekali, orang-orang dari kekaisaran akan mendatangi setiap desa untuk membawa gadis-gadis cantik berusia 17 tahun ke atas. Gadis-gadis itu akan dijadikan selir setelah melalui tahap seleksi di gedung harem. Orang-orang dari kekaisaran tak peduli apakah wanita cantik yang sudah menikah atau memang masih gadis, semuanya akan diangkut. Begitu, kan?"
Brenda melongo mendengar penjelasan Aeris. "I-iya, tapi tidak hanya gadis cantik atau wanita cantik yang sudah menikah. Anak-anak gadis di bawah umur juga dibawa dan dibesarkan di gedung harem jika mereka cantik," paparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...