⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Pangeran Alasta duduk termenung di balkon. Pria itu menatap kosong ke depan sana. Ia masih tak menyangka jika adik kandungnya __Pangeran Chris__ telah meninggal.
"Christensen, siapa yang berani mengirimkan sihir jahat padamu?" geram Pangeran Alasta.
Sementara itu, di tempat lain.
Lazarus Utara dan Selatan berdiri di belakang Kaisar Adarlan yang sedang menatap ke luar jendela. Di ruangan itu juga ada Master dan para petinggi di kekaisaran.
"Kemiliteran Selatan memiliki seorang ahli strategi yang hebat. Sejauh, dia mampu membuat belasan strategi tempur, yang mana setiap kegagalan sudah dia persiapkan strategi penanganannya. Dia sangat jenius," kata Lazarus Selatan.
Lazarus Utara melirik ke arah Lazarus Selatan.
"Siapakah dia?" tanya Kaisar Adarlan.
"Bintang Selatan," jawab Lazarus Selatan.
Master menautkan alisnya. "Yang Mulia, Bintang Selatan adalah wanita. Apakah Anda yakin akan mengizinkannya pergi ke medan perang?"
Lazarus Selatan menyela, "Yang Mulia, ini bukan tentang gender. Ini tentang apa yang kita butuhkan. Jika pria tidak bisa melakukannya sendiri, lalu ada wanita yang bisa, kenapa kita tidak memanfaatkannya? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan wanita, tapi tidak bisa dilakukan oleh pria."
Penasehat Kekaisaran menganggukkan kepala. "Saya setuju dengan pendapat Lazarus Selatan, Yang Mulia. Bagaimana pun juga, ini bersangkutan dengan kepentingan perang. Kita harus meminimalisir jumlah tentara yang mati di medan perang."
Kaisar Adarlan bersuara, "Master benar, kita tidak bisa membawa wanita ke medan perang. Ini akan menjadi cemoohan musuh. Kita punya banyak tentara pria yang sangat berbakat."
Lazarus Selatan kecewa dengan jawaban Kaisar.
"Yang Mulia," Lazarus Utara bersuara, "saya rasa tidak ada salahnya menggunakan otak Bintang Selatan. Jika dia mampu membuat belasan strategi untuk Kemiliteran Selatan, dia pasti mampu membuat puluhan atau bahkan ratusan strategi untuk Kesatuan Militer Terra. Ini adalah keuntungan bagi kubu kita."
Lazarus Selatan melirik ke arah Lazarus Utara. Ia tak mengira jika pemimpin nomor satu di Kemiliteran Utara itu akan mendukung usulnya. Padahal selama ini, kedua kubu militer raksasa itu sering bersaing dalam segala hal.
"Selain itu, Militer Utara juga memiliki persediaan senjata rahasia. Sebagian besar dana yang disalurkan oleh kekaisaran telah kami gunakan untuk itu," imbuh Lazarus Utara.
Lazarus Selatan mengalihkan pandangannya. "Pantas saja dia mendukung pendapatku, ternyata dia juga ingin memberikan usul," batinnya.
Kaisar mengernyit. "Senjata rahasia?"
"Ya, sekitar dua bulan yang lalu, kami telah mengirimkan laporan tentang pembuatan senjata besar-besaran pada Anda, Yang Mulia," jawab Lazarus Utara.
"Oh, yang itu. Aku suka rancangan senjata baru dari Kemiliteran Utara. Ya, walau harus memakan banyak sekali bahan baku dari besi yang dikirim dari pusat pertambangan Kerajaan Agragara." Kaisar Adarlan tersenyum bangga.
"Bagus!" seru Lazarus Utara dalam hati.
"Siapa yang merancangnya?" tanya Kaisar Adarlan.
"Bintang Utara, ahli persenjataan sekaligus yang menciptakan senjata baru," jawab Lazarus Utara.
Senyuman Kaisar Adarlan memudar. "Tentara wanita lagi?"
Lazarus Utara kecewa dengan tanggapan Kaisar Adarlan. Lazarus Selatan yang sudah kecewa dari awal tampak biasa saja.
Penasehat Kekaisaran berkata, "Yang Mulia, kita tidak perlu membawa dua tentara wanita itu ke medan perang. Namun, kita harus mengundang mereka ke gedung aula untuk ikut serta dalam rapat. Bintang Selatan harus menjelaskan tentang strategi yang dia miliki, sementara Bintang Utara harus menjelaskan fungsi dan kinerja dari senjata-senjata yang dia ciptakan. Bagaimana pun juga, kita membutuhkan banyak dukungan meski dari wanita sekali pun."
Master angkat bicara, "Yang Mulia, apakah Anda percaya pada wanita? Maksud saya, apakah Anda yakin dengan kemampuan mereka? Selama ini, Bintang Utara dan Selatan hanya melakukan tugas ringan. Mereka tak pernah memasuki medan perang. Apakah mereka tahu seperti apa situasi di medan perang?"
Hening.
Tak ada yang bersuara sama sekali.
Kaisar Adarlan berbalik, ia menatap satu per satu orang-orang penting di ruangan itu.
"Kita tidak bisa mengandalkan wanita," sambung Master.
Kaisar Adarlan menatap Master. "Apakah kau juga berpikir begitu terhadap muridmu __Putri Theodosia?" tanyanya.
Master menggeleng. "Bukan seperti itu, Yang Mulia. Putri Thea berbeda," sanggahnya.
Kaisar Adarlan menghela napas berat. "Besok akan diadakan rapat lagi. Kedua tentara wanita itu harus ikut serta dalam rapat."
Lazarus Utara dan Selatan tampak senang dengan keputusan Kaisar Adarlan.
Sementara itu, di gedung aspen.
Cla dan Gilbert menatap kertas berisi sketsa senjata yang digambar oleh Grace, yaitu sebuah tombak kapak. Bagian atas berupa kapak bermata dua yang mana di kepalanya terdapat mata tombak besar. Di bagian ujung gagang kapak juga ada mata tombak spiral yang berukuran lebih kecil.
Grace menjelaskan, "Ini adalah senjata utama. Bagian atas adalah mata tombak dan kapak ganda, ujung bawahnya ada mata tombak spiral kecil yang sangat mematikan. Mata tombak spiral itu aku buat karena terinspirasi dari pisau jagdkommando yang ditemukan pada masa Perang Dunia I. Perang itu akan terjadi beberapa abad lagi dari sekarang, sepertinya."
"Meski tampilannya buruk, tapi ini senjata yang sangat berbahaya," kata Gilbert.
Lagi-lagi Grace terkena serangan mental. "Hei! Aku sudah berusaha keras untuk menggambarnya!" gerutu wanita itu.
"Ya, ini memang senjata yang ada di museum. Senjata ini diciptakan oleh Gracelda sang Bintang Utara. Bahkan, dia sendiri yang mengawasi proses pembuatannya di pandai besi," ujar Cla.
Kepala Grace berputar-putar. "Aku jadi pintar karena dirasuki Gracelda sang Bintang Utara."
"Lebih tepatnya seperti kau yang merasuki Gracelda. Ini kan zaman Karellus," koreksi Cla.
"Ah, aku merasa seperti hantu yang sedang merasuki orang," celetuk Grace.
Cla meletakkan kertas ke meja. "Seharusnya ada beberapa senjata lagi kan?"
Grace menunjukkan kertas lainnya. "Aku membuat perisai. Aku juga memodifikasi baju zirah tentara Utara. Lalu, karena aku tidak bisa membuat bom molotov, akhirnya aku memutuskan untuk membuat peluncur granat versi zaman Karellus," ucapnya dengan penuh ambisi.
Cla dan Gilbert melongo.
"Ini gila. Di abad ke-21, aku adalah seorang polisi. Namun, di zaman Karellus, aku malah seperti teroris," celetuk Grace.
"Karena memang seperti ini alurnya. Kita tidak bisa mengubah masa lalu. Ikuti saja perasaanmu sebagai Gracelda," sahut Cla.
"Para tentara militer sedang sibuk di kamp sementara, di sekitar sini, kan? Artinya mereka tidak akan kembali ke markas militer sampai perang usai, kan?" tanya Gilbert.
Grace menyahut, "Ya! Dan karena aku wanita, aku tidak diikutsertakan ke dalam peperangan, tidak ikut kamp, jadi aku mau menginap saja di sini sampai perang usai. Kau tak keberatan kan jika aku tinggal di gedungmu ini?"
Gilbert mengangguk. "Kau boleh tinggal di sini. Cla akan aman bersamamu. Sepertinya dia juga senang karena kau ada di sini. Setidaknya dia punya teman perempuan."
Wajah Cla memerah mendengar ucapan Gilbert yang langsung menyetujui Grace tinggal di gedung aspen demi dirinya.
Grace melirik ke arah Cla dan Gilbert bergantian.
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna MarhamahFollow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...