∘☽ BAB 22 : Rencana Kembali (2) ☾∘

12 4 2
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

"Apakah kalian tahu arti dari pasir hitam yang diikat pada pohon amertus?" tanya Merle. 

"Aku dengar, itu adalah kepercayaan orang zaman dulu yang ingin mencari jodoh. Mereka akan bertemu dengan sang jodoh jika mengisi guci tersebut dengan pasir hitam dalam jumlah tertentu," kata Cla. 

Merle mengangguk. "Ya, itu benar. Dan tanpa sadar, pasir hitam itu telah mengantarkan kalian ke jodoh kalian. Itulah sebabnya kalian muncul di tempat yang berbeda."

"Apa?!" Cla dan Grace terkejut mendengar penjelasan Merle, bahkan mereka berdua berhenti berjalan karena syok mendengarnya. 

Wajah Cla memerah. Kembali terbayang wajah Gilbert dalam benaknya. "Aku mengerti. Maksudnya jodoh Samantha Claudia di zaman ini, kan? Saat ini aku sedang menjadi sosoknya." 

Grace panik. "Tapi, aku terdampar di pantai dan diselamatkan oleh Luna. Apakah...." Ia tak melanjutkan kata-katanya. 

"Tidak. Luna dan para prajurit yang menemukanmu itu mengantarkanmu pada Lazarus Utara. Sudah jelas Lazarus Utara itu jodohmu," sanggah Cla. 

"Oh, begitu." Grace masih terlihat tidak rela karena berjodoh dengan Lazarus Utara di zaman Karellus ini. 

Grace beralih menatap Aeris. "Tapi, bagaimana dengan Aeris? Siapa jodohnya? Lazarus Selatan mati. Dia tidak punya jodoh."

"Iya juga, ya?" Cla tampak berpikir keras. 

"Aku tidak peduli." Aeris membuang muka. 

Merle menjelaskan, "Kalian bertiga dari masa depan kembali ke masa lalu. Di sini, kalian tidak menjadi diri kalian sendiri meski sebenarnya kalian 100% adalah diri kalian sendiri. Namun, di sini, kalian menjadi diri kalian di masa lalu. Artinya, kalian di masa depan adalah reinkarnasi dari orang yang kalian perankan saat ini."

"Hah?!" Grace mencerna ucapan Merle. "Jadi...."

Merle mengangguk. "Ya, kemungkinan Aeris meninggal sebelum menemukan jodohnya."

Cla dan Grace menatap Aeris dengan tatapan penuh kesedihan. 

"Ada apa dengan ekspresi kalian? Aku tak perlu dikasihani," ujar Aeris. 

Cla bertanya pada Merle. "Kenapa kau menghindar saat aku mencoba berbicara padamu?"

Merle terkekeh. "Aku takut kalian membunuhku karena aku adalah satu-satunya orang yang tahu kalau kalian adalah orang dari masa depan."

"Lalu, bagaimana caramu berubah wujud menjadi nenek tua dan gadis muda?" tanya Grace penasaran. 

Merle menyahut, "Sudah aku bilang, aku adalah penyihir. Aku menggunakan wujud wanita tua agar kalian merasa bersimpati padaku dan tak tega melukaiku. Namun, orang ini berbeda," paparnya dengan pandangan tertuju pada Aeris. 

Aeris memasang ekspresi datar. "Mau nenek-nenek, mau kakek-kakek, jika mereka menghalangi jalanku, aku akan 'menghentikan' mereka."

Keringat dingin menetes dari dahi Merle. 

Cla menghibur Merle. "Jangan didengar, dia memang suka bicara seperti itu."

Merle menghentikan langkahnya. "Kita sudah sampai di tiang ke-12." 

Ketiga wanita penjelajah waktu juga berhenti melangkah. Mereka terkejut melihat panel yang melingkupi permukaan tiang ke-12 Jembatan Calla. 

"Ini buatan manusia dari masa depan. Bagaimana bisa?" gumam Grace. 

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang