⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Gilbert sedang serius menulis di kertas dengan pena bulunya. Suara benda yang diseret membuat perhatian pria itu teralihkan. Ternyata Cla yang menyeret kursi, lalu diletakkan di samping Gilbert.
"Apakah aku boleh duduk di sini? Bolehkah aku melihatmu bekerja?" tanya Cla.
"Ya, silakan," sahut Gilbert.
Cla pun duduk di kursi samping Gilbert, ia melihat kertas tulisan sang aspen.
Hening.
Gilbert sibuk menulis, sementara Cla memperhatikan.
"Jadi, apa pekerjaanmu?" tanya Gilbert memecah keheningan.
"Aku penulis, penulis novel romantis. Mungkin kau akan jijik," jawab Cla.
"Kenapa aku harus jijik? Semua karya sastra adalah seni yang beraturan," sanggah Gilbert. "Aku senang di masa depan nanti ada penulis-penulis muda yang mempertahankan sastra," imbuhnya.
"Ada banyak." Cla menghela napas berat. "Banyak sekali saingannya," sambungnya dalam hati.
Gilbert melanjutkan menulis. "Cla."
"Iya?" sahut Cla sembari menatap Gilbert.
"Aku ingin tahu banyak tentang masa depan. Tenang saja, aku tidak akan terpengaruh. Aku akan mengikuti alur yang ada saat ini. Jadi, tinggallah di sini untuk sementara. Kau bisa bersembunyi jika ada yang datang berkunjung," kata Gilbert.
Wajah Cla memerah. "Apakah boleh? Serius?" tanyanya.
"Ya, aku hanya sendiri di sini. Tidak punya teman membuatku kesepian. Aku senang ada kau di sini," ujar Gilbert.
Cla membeku. "A-apa yang dia katakan? Kesepian? Senang ada aku di sini? Kedengarannya seperti...." Cla tak melanjutkan kata-katanya dalam hati.
Cla kembali bersuara, "Terima kasih banyak. Aku juga senang karena kau mengizinkanku bersembunyi di sini untuk sementara. Ngomong-ngomong, aku adalah penggemar beratmu, Aspen," ucapnya dengan wajah memerah.
Kini giliran wajah Gilbert yang memerah. "A-apa yang dia katakan? Dia penggemar beratku? Aku jadi tidak enak," batinnya.
Terdengar suara ketukan di pintu yang membuat perhatian kedua penulis lintas generasi itu teralihkan.
"Aku akan sembunyi," bisik Cla, kemudian berlalu pergi. Wanita itu bersembunyi di dalam lemari.
Gilbert berdeham pelan, lalu membuka pintu. Seorang pria tinggi kekar dengan pakaian tradisional yang datang bertamu.
"Oh, Pangeran Mahkota," Gilbert memberikan hormat dengan menundukkan kepala sesaat.
Pangeran Mahkota menghela napas berat. "Aku ingin kau menulis kisah tentangku juga," ucap pria berambut pirang sebahu itu.
"Silakan masuk." Gilbert membuka lebar pintunya.
Di dalam lemari, Cla mengintip lewat lubang kunci. Ia melihat punggung Gilbert yang berdiri berhadapan dengan tamu. Namun, Cla tak bisa melihat siapa tamu itu karena terhalang oleh punggung Gilbert. Karena tak dapat melihat apa pun, Cla memasang telinganya baik-baik untuk menguping.
Pangeran Mahkota pun duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Cla, sementara Gilbert duduk di kursinya.
"Kursi ini hangat. Apakah ada seseorang yang datang sebelum aku?" tanya Pangeran Mahkota. Mata hijaunya menatap Gilbert dengan tatapan curiga.
"Itu... aku tadi duduk di sana waktu mencari naskah lamaku," jelas Gilbert.
"Oh." Tampaknya Pangeran Mahkota tak ingin memperpanjang pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...