⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Malam itu di istana Terra yang megah.
Di area istana, terdapat gedung-gedung lainnya yang terpisah dengan bangunan istana. Salah satunya adalah gedung harem dan gedung aspen.
Aspen adalah sebutan untuk para penulis tragedi yang berlangsung pada saat itu. Bisa dibilang, para aspen ini dituntut untuk menulis semua kejadian yang terjadi sesuai faktanya. Dan tulisannya itu akan menjadi warisan cerita rakyat (yang benar-benar terjadi di masa lampau atau dikenal juga sebagai legenda) bagi generasi selanjutnya.
Di gedung aspen, terlihat seorang pria bermantel biru gelap tengah duduk sembari menulis di atas kertas dengan pena bulu. Ekspresinya terlihat begitu serius.
"Jika aku menulis seperti ini, Kaisar Adarlan akan membencinya," gerutu si pria sembari merobek kertas tersebut.
Tiba-tiba terdengar sebuah benda jatuh di atap dan menggelinding ke balkon lantai dua bangunan. Dari suara benturannya, tampaknya itu adalah benda yang cukup besar.
Si pria aspen membeku. "A-apa itu hantu?" gumamnya.
Setelah beberapa detik menenangkan diri, pria aspen pun bangkit dari kursinya, menaiki tangga menuju ke lantai dua. Dengan perlahan, pria itu menarik gagang pintu balkon. Saat pintu dibuka, ia terkejut melihat seorang wanita berambut pirang tergeletak di balkon.
"Ba-bagaimana bisa wanita itu jatuh dari langit?" gumam si pria. Dengan ragu, ia mendekat dan mengguncangkan tubuh wanita itu. Tak ada reaksi.
Si pria meletakkan tangannya di leher wanita misterius itu untuk mengecek denyut nadinya. "Dia masih hidup." Ia pun mengangkat tubuh si wanita dan membawanya ke salah satu kamar. Dibaringkannya tubuh si wanita ke ranjang.
"Aku harus memanggil tabib, tapi... bagaimana jika wanita ini berasal dari gedung harem? Jika Kaisar tahu ada wanita harem yang melarikan diri ke gedung aspen, bukan hanya wanita ini yang berada dalam masalah, tapi aku juga," gumam si pria. Ia mondar-mandir karena panik dan khawatir.
"Aku harus bagaimana? Tapi, tampaknya wanita itu baik-baik saja. Mungkin dia pingsan karena terjatuh dari atap." Pria itu menenangkan diri sendiri. "Tapi, bagaimana jika ada luka di bagian tubuhnya yang tertutup pakaian? Ah, aku tidak mungkin memeriksanya. Aku pria dan dia wanita."
Si pria aspen semakin cemas memikirkan segala kemungkinan buruk yang akan ia dapatkan nantinya.
Perlahan kedua mata wanita itu terbuka. Ia menatap pria yang mondar-mandir di samping ranjang. Pandangannya yang kabur perlahan mulai jelas. "Gilbert Andreas?" gumamnya.
Pria aspen itu membeku saat si wanita tersadar dan menyebut dua kata yang membuat jantungnya seakan berhenti saat itu juga. "Ba-bagaimana bisa kau mengetahui namaku?"
"Seorang pria aspen yang terkenal dari Kekaisaran Terra. Siapa yang tidak mengenalmu?" sahut wanita misterius itu.
Gilbert berdeham pelan. "Ya, mungkin aku punya beberapa penggemar dan namaku cukup melambung untuk proyek per-aspen-an ini, tapi aku tidak ada maksud buruk terhadapmu. Entah bagaimana, tapi kau tiba-tiba jatuh di atap gedungku dan aku harap kau pulang secara diam-diam ke gedung harem di sebelah sana," ucapnya sembari menunjuk ke arah kanan.
Sejenak wanita itu terdiam, lalu bangkit. "Aduh!" Ia meringis sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit. "Apakah aku sedang bermimpi? Sebenarnya aku ini di mana?"
Gilbert menyahut, "Di gedung aspen milikku, di area istana Terra."
Kedua mata si wanita membelalak lebar. "A-apa? Apakah ini tahun 778 Karellus?!" tanyanya panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Ciencia Ficción∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...