∘☽ BAB 15 : Penulis dan Aspen (3) ☾∘

41 6 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Gilbert membaringkan Pangeran Ryen ke ranjang di salah satu kamar. Sementara itu, Cla mengintip di ambang pintu. Wanita itu ingin membantu Gilbert, tetapi ia terlalu waspada pada Pangeran Ryen yang agresif.

"Cla, kau tidur saja. Sketsa untuk pahatan dinding candi harus segera selesai," ucap Gilbert.

"Maaf, aku tak bisa membantu," ucap Cla yang merasa bersalah.

Gilbert menoleh ke pintu, lalu tersenyum. "Tidak apa-apa."

Cla tidak benar-benar pergi. Ia berdiri di sisi ambang pintu.

"Apa yang terjadi, Pangeran?" tanya Gilbert sembari sibuk memberikan penanganan pada luka di tubuh Pangeran Ryen.

"Aku dikejar suami dari wanita yang aku tiduri. Pria itu ternyata mantan Bintang Selatan. Dia menghajarku habis-habisan, menyayatkan pedangnya ke tubuhku berkali-kali. Untung saja dia tidak sempat melihat wajahku yang memakai topeng," papar Pangeran Ryen.

Alis Cla berkedut mendengar penjelasan pria itu. "Si buaya darat sialan!! Tadinya aku sempat kasihan melihat kondisinya. Setelah tahu alasan kenapa dia bisa babak belur begitu, aku jadi bersyukur! Perebut istri orang!"

"Pangeran, kau tahu kan kalau perbuatanmu itu salah?" tanya Gilbert.

"Ya, aku memperparah kesalahanku. Sebenarnya dua anak dari wanita itu adalah darah dagingku," sahut Pangeran Ryen.

Cla membeku mendengar penuturan Pangeran Ryen. "Dia benar-benar pria berengsek! Apakah dia sadar? Perilakunya ini akan menghancurkan Kekaisaran Terra di masa depan? Di masa depan, anak dari wanita itu akan menuntut hak mereka jika tahu kalau yang menghamili mereka adalah Targaryen," batinnya.

Gilbert menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Pangeran Ryen. "Kau bercanda, kan?"

Pangeran Ryen tertawa. "Ya, aku hanya bercanda. Bagaimana bisa kau seserius itu menanggapi candaanku?" celetuknya.

Meski di tempat yang berbeda, Cla dan Gilbert menghela napas lega bersamaan.

Keesokan paginya.

Gilbert sedang memasak di dapur. Cla menghampirinya.

"Gilbert, memasak adalah tugasku," ucap Cla.

"Ini bubur untuk Pangeran Ryen. Aku tidak akan membiarkanmu memasak dan memberikan ini untuknya. Biar aku saja," kata Gilbert.

"Tidak. Aku saja yang masak, tapi nanti kau yang mengantarkannya pada Pangeran Ryen. Bukankah kau harus menyelesaikan pekerjaanmu secepatnya? Jika tidak selesai, kau mungkin akan bertengkar lagi dengan Edwin dan para pemahat lainnya," ucap Cla.

"Baiklah." Gilbert menjelaskan bahan-bahan dan bumbu yang perlu dimasak. Cla mendengarkan dengan serius.

"Tugasmu menulis, kenapa kau membantunya? Lukanya itu akan lebih cepat sembuh apabila ditangani oleh tabib. Dia menghambat pekerjaanmu. Selain itu, sebaiknya Kaisar tahu seperti apa perilaku putranya itu. Dia pantas mendapatkan hukuman," gerutu Cla sembari memotong sayuran.

"Aku tidak bisa membawanya ke tabib atau mengundang tabib ke mari. Jika Kaisar tahu, Pangeran Ryen akan mendapatkan masalah. Selain itu, dia tidak akan diikutsertakan dalam peperangan nanti jika ketahuan memiliki luka serius," papar Gilbert.

Cla membuang napas kasar.

Gilbert melanjutkan, "Aku memiliki banyak utang budi pada Pangeran Ryen. Selain itu, kau pernah bilang kalau kita salah bertindak, mungkin masa lalu akan berubah. Dan aku sudah pasti akan menolongnya. Jika tidak, masa depan mungkin akan berubah. Mungkin saja Pangeran Ryen mati jika tidak ditolong. Lalu, bagaimana nasib Kekaisaran Terra jika Pangeran Mahkota meninggal?"

Cla menyahut, "Yang akan memimpin Terra adalah orang lain. Dia hanya akan memimpin sebentar sebelum akhirnya Dinasti Zircon berakhir."

Gilbert mencerna ucapan Cla. "Jadi, ada orang lain yang menduduki takhta sebelum Pangeran Ryen? Siapa?"

"Aku tidak bisa memberitahumu," tolak Cla. "Sejujurnya, aku kurang setuju dengan tindakanmu yang terlalu memanjakan Pangeran Ryen."

Di kamar, Pangeran Ryen terbaring lemah. Sekujur tubuhnya ditutupi ramuan dan dibalut dengan perban. Tampaknya kondisi pria itu mulai membaik.

Pintu kamar dibuka. Gilbert masuk le dalam dengan membawa nampan berisi mangkuk dan guci. Ia meletakkannya ke meja, lalu duduk di tepi ranjang.

"Kau mau aku menyuapimu?" tanya Gilbert.

"Jangan aneh-aneh," gerutu Pangeran Ryen. "Di mana Cla? Aku ingin disuapi olehnya."

"Dia memiliki banyak pekerjaan. Kalau kau tidak keberatan, aku akan mengundang tabib," sahut Gilbert.

"Tidak perlu, aku makan sendiri saja," tolak Gilbert.

"Aku harus bekerja. Jika butuh sesuatu, panggil saja," ucap Gilbert, kemudian beranjak pergi meninggalkan kamar.

Pangeran Ryen cemberut. "Pelit sekali. Padahal aku ingin dirawat Cla."

Dengan susah payah, Pangeran Ryen pun menyantap buburnya. "Ini lezat sekali. Agak berbeda dengan bubur yang biasa dibuat oleh Gilbert. Sepertinya Cla yang memasak ini untukku. Ah, senangnya. Dia memperhatikanku walau tak terlalu menunjukkannya."

Selama seharian penuh, Gilbert dan Cla menghabiskan waktu untuk pekerjaan mereka. Hanya sesekali mereka meninggalkan meja kerja untuk buang air kecil. Makan pun dilakukan sambil kerja.

Terdengar suara ketukan pada pintu. Cla membukanya, ternyata Edwin yang datang.

"Apakah naskah dan sketsa dinding sudah selesai?" tanya Edwin tanpa basa-basi.

Cla menyerahkan tumpukan kertas __berisi sketsa untuk dipahat menjadi relief oleh para pemahat nanti__ pada Edwin.

"Sebentar lagi selesai," kata Gilbert.

"Ada lingkaran hitam di matamu. Kau sudah bekerja keras," kata Edwin.

Beberapa menit kemudian, Gilbert telah menyelesaikan naskahnya, lalu diserahkan pada Edwin.

"Kau harus ikut ke lapangan. Naskah ini akan ditulis ke dalam huruf Terra dan dipahat ke dinding. Kau harus mengawasi bawahanku," kata Edwin.

"Apa? Tapi...." Gilbert tak melanjutkan kata-katanya, ia menoleh pada Cla yang juga menatap ke arahnya. Tampaknya Gilbert tak bisa meninggalkan Cla di gedung aspen. Apalagi ada Pangeran Ryen di sana.

"Aku tak mengerti sastra. Mau bagaimana pun, naskah ini harus disingkat jika dipahat ke dinding candi," papar Edwin.

"Pergilah, ini pekerjaanmu," kata Cla.

Gilbert mendekatkan wajahnya ke telinga Cla, lalu berbisik, "Jangan bilang pada Pangeran Ryen kalau aku pergi. Kau tidak perlu datang kamarnya. Biar aku yang sekarang masuk ke kamarnya dan menyediakan semua yang dia perlukan."

Muncul semburat merah di kedua pipi Cla karena wajah Gilbert yang begitu dekat dengannya. "I-iya, aku mengerti.

Setelah menyiapkan keperluan Pangeran Ryen di kamar, Gilbert pun pergi bersama Edwin. "Aku akan segera pulang setelah pekerjaanku di candi selesai," ucapnya pada Cla sebelum pergi.

Cla menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Apakah kau tidak punya perasaan pada gadis itu? Tampaknya kalian begitu akrab," tanya Edwin.

"Kami hanya rekan kerja, tidak lebih dari itu," sahut Gilbert.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna Marhamah

Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang