⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
"Bintang Utara, sepertinya kau lelah. Kau bisa berkeliling dan mencari sesuatu yang menarik. Aku yakin, ini pertama kalinya kau mengunjungi istana," kata Lazarus Utara pada Grace yang seperti membujuk anak kecil.
"Baiklah." Grace melengos pergi. Setelah cukup jauh, wanita itu berjalan terhuyung. "Ah, pahaku," rengeknya.
Grace pun berkeliling di luar area istana. Ia melihat ada kedai di depan sana. Grace pun mengunjungi kedai tersebut untuk beristirahat dan makan sesuatu.
Beberapa orang yang berada di kedai melirik ke arah Grace dan berbisik-bisik. Grace tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan tentangnya, tetapi itu cukup membuatnya merasa tak nyaman.
"Bintang Utara, Anda mau pesan apa?" Pelayan wanita menghampiri.
Grace tampak berpikir. Ia melihat menu yang tertempel di dinding. Semuanya ditulis menggunakan huruf Terra. Grace tidak memahami bacaan tersebut.
"Aku mau pesan makanan yang paling banyak di pesan di sini," kata Grace yang 'cari aman'.
"Baiklah, tunggu sebentar. Makanan pesanan Anda akan segera disajikan." Pelayan wanita pun berlalu pergi.
Grace menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Ia mendengar percakapan pelan beberapa pria di meja belakangnya.
"Dia Bintang Utara?"
"Ya, dia Bintang Utara."
"Rasanya jantungku mau copot saat melihatnya datang ke sini. Aku kira, dia Bintang Selatan."
"Ya, aku juga kaget setengah mati. Tapi, setelah melihat zirah merah yang dia pakai, aku merasa lega."
Mendengar itu, Grace menautkan alisnya. Pandangan Grace teralihkan pada pelayan wanita yang berbeda sedang menyajikan pesanan ke meja pembeli di jarak yang cukup jauh dari meja Grace.
Pembeli pria di meja tersebut mengulurkan tangannya dan menyentuh pantat pelayan wanita. Melihat itu, Grace mengepalkan tangannya geram.
Pelayan wanita tak berani protes, apalagi melawan. Ia hanya diam saat diperlakukan seperti itu. Pria lainnya di meja yang sama juga meraba-raba dada si wanita.
Grace melihat ke sekeliling. Tak ada satu pun yang peduli dan berniat menolong. Satu hal yang baru ia sadari, semua pembeli di kedai tersebut adalah pria.
"Tuan, aku sedang bekerja," tolak pelayan wanita dengan halus.
"Sebentar saja," ucap si pembeli. Tampaknya pria itu baik-baik saja, tidak berada dalam kondisi mabuk.
Pelayan wanita ditarik ke meja, lalu pakaiannya ditarik paksa hingga robek. Namun, si pria menghentikan aksinya ketika sebuah tangan mencengkeram kuat tangannya. Pria itu menoleh, tetapi pukulan keras menyambut wajahnya hingga si pria limbung dan terjungkal dari kursinya. Rupanya itu perbuatan Grace.
"Maaf, tanganku gatal," kata Grace sembari menghempaskan pantatnya di kursi bekas duduk pria yang terjungkal itu.
Para pembeli melongo melihat itu. Si pelayan wanita menutupi pakaiannya yang robek dengan memeluk dirinya sendiri.
Grace mengambil mangkuk berisi sup yang masih panas. "Oh, tanganku licin. Maaf." Ia sengaja menumpahkan isi mangkuk tersebut di perut si pria yang membuatnya berteriak kepanasan.
Pria yang duduk di meja yang sama (yang tadi meraba payudara si pelayan wanita) pun nekat menyerang Grace, Bintang Utara.
Grace dengan cepat menangkap tangan pria itu, lalu diletakkan ke meja. Grace menyambar pisau di meja, lalu menusuk tangan si pria. Pria itu berteriak ketakutan. Padahal pisaunya menancap di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Fiksi Ilmiah∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...