⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
"Aku hanya perlu berpura-pura tak tahu saja," gumam Cla, kemudian membuka folder-folder tersebut. Ternyata isinya adalah video. Di folder lain ada dokumen-dokumen penting yang diberikan judul-judul sensitif seperti tentang kudeta, perbudakan, rasisme, dan lain sebagainya.
Karena penasaran, Cla membuka salah satu video, ia menjerit kaget ketika melihat tayangan pembunuhan masal di dalam video pendek itu. Ia segera menutup laptopnya.
"Sama seperti alur dalam novel yang aku garap," gumam Cla dengan suara bergetar, ia membuka kembali laptopnya. Lalu, membuka dokumen yang berjudul 'Buka ini Demi Nyawamu'.
Cla membuka dokumen tersebut. Kedua matanya membelalak lebar. Terdapat ketikan "HUBUNGI POLISI SEKARANG MENGGUNAKAN TELEPON RUMAH!" di layar. Ada nomor polisi yang dimaksud di bawah tulisan besar tersebut.
Tanpa pikir panjang, Cla segera menghubungi nomor tersebut menggunakan telepon rumah.
"Dengan kepolisian. Ada yang bisa kami bantu?" suara polisi pria dari seberang sana.
Di bawah nomor polisi pada dokumen di laptop, terdapat ketikan lainnya "KATAKAN SANDINYA : 9921MIU".
Cla menyebutkan angkat yang tertulis, "Sembilan, sembilan, dua, satu, M, I, U."
"Kami akan segera tiba di lokasimu dalam waktu 5 menit. Tetaplah terhubung dengan kami. Jangan melakukan tindakan di luar perintah. Ini operasi berbahaya," kini yang berbicara adalah polisi wanita.
"Ba-baik." Cla memegang gagang telepon yang diletakkan ke telinganya.
Tiba-tiba ponsel di meja berdering, membuat Cla terhentak kaget. Ada notifikasi yang masuk. Ternyata telepon dari Amy.
"Angkat saja. Kami akan memberikan arahan. Gunakan loud speaker agar kami bisa mendengar percakapan kalian. Simpan ponselmu di meja dan agak jauh dari telepon rumah yang kau pegang sekarang," ucap polisi wanita.
Cla mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?" suara pria dari seberang sana.
Cla terdiam. "Ini bukan Amy," gumamnya. Ia menunggu polisi memberikannya arahan, tetapi polisi wanita di seberang sana malah diam.
"Halo? Nona Clarabelle?" panggil si pria.
"I-iya? Kau siapa?" sahut Cla gugup.
"Aku adiknya Amy. Apakah kau mendapatkan sesuatu darinya? Semacam chip atau flashdisk?" tanya pria itu.
"Dia berbohong. Kemungkinan Amy sudah tewas. Selain itu, Amy tak punya saudara. Dia anak tunggal," kata polisi wanita.
Cla menelan saliva mendengar perkataan polisi wanita dari seberang sana. Ia semakin khawatir. Keringat dingin menetes dari dahinya.
"Katakan 'tidak' untuk semua kemungkinan," suruh polisi wanita.
Cla akhirnya bersuara, "Amy tak memberikan apa pun padaku. Dia hanya mengajakku bertemu di cafe, mentraktirku, dan membeli novel terbaruku. Apakah kau juga ingin membeli novel dariku?"
"Bagus. Nada bicaramu terdengar meyakinkan," puji polisi wanita.
"Baiklah, di mana alamat rumahmu? Aku akan datang ke sana," kata si pria.
"Malam-malam begini?" Cla terdengar panik.
"Nona, kami akan tiba sebentar lagi. Jadi, tetaplah mengulur waktu agar dia tidak curiga," ucap polisi wanita.
"Kenapa? Apakah kau keberatan? Sekalian saja aku ingin mengenalmu secara pribadi," ujar si pria.
"Ba-baiklah." Cla melihat ke sekeliling berharap pria itu tidak menyusup, lalu tiba-tiba muncul di dalam rumah untuk membunuhnya. Adegan itu ada dalam novel yang Cla tulis tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra
Science Fiction∘⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ "Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terra" Penulis : Ucu Irna Marhamah ⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅ Di abad ke-21, novel dengan genre action-thriller sangat populer. Para penulis banyak yang banting setir ke genre tersebut demi mengejar pasar...