Bab 10

4.4K 407 13
                                    


"Aku googling ada sih tempat outbond di tretes. Tapi bosen nggak sih? Maksud aku pasti bakal capek banget?" Ares menatap wajah-wajah anak buahnya yang sore itu ia kumpulkan di ruang rapat. "Kalo di Batu, yah deket lah ya. Bosen aku ke Batu....."

Ais dan Ratih saling melirik sejenak, kemudian menahan senyuman di wajah karena sudah sama-sama tahu maksud Ares. Sore ini jam empat, Ares mengumpulkan beberapa staf di ruang rapat berdinding kaca, yang sering mereka gunakan untuk meeting skala kecil. Dua tim leader lainnya, Faizal dan Rian tidak bisa  hadir karena ada pekerjaan di luar kantor.

"Kalo di Probolinggo....." Kalimat Ares menggantung sejenak. "Nggak tahu deh. Ya deket sih dari Surabaya, cuma aku pingin yang agak mbolang gitu lhoo... yang agak kesana-sanaaa. Kayaknya Banyuwangi asik deh. Jadi nanti abis rafting, acara bebas sendiri-sendiri. Tiap area bebas mau jalan-jalan atau langsung pulang. Jadi nggak yang capek habis acara, terus pulang. Boring lah! Aku pingin hari kedua itu cuma rafting aja, udah. Kan rafting-nya pagi? Jadi masih punya waktu buat jalan-jalan sendiri ke tempat lain. Menurut kalian gimana?"

Hening sejenak, ketika semua orang di ruangan ini saling menatap. Ais sudah paham, jika Ares sebenarnya ingin acara diadakan di Banyuwangi. Semua orang di ruangan ini, tampaknya sudah paham dan tidak ada yang berani berbeda pendapat dengan Ares.

"Banyuwangi kayaknya seru Pak," Maria merupakan tim leader pertama yang memilih satu pendapat dengan Ares.

"Bener, Pak. Jadi acara hari kedua rafting aja terus acara bebas. Kita masih sempet ke pantai nggak ya?" Guntur yang juga tim leader memilih sikap yang sama.

"Banyuwangi asik!" Sodiq yang merupakan asisten manajer Ares juga memilih sependapat.

Tinggal menyisakan mereka para kroco-kroco alias prajurit ujung tombak yang selalu mendapat bagian disuruh-suruh.

"Aku Banyuwangi sih." Dona menatap Ares sejenak dengan senyuman malu-malu. Entah malu karena apa karena duduknya pun di ujung meja yang paling dekat dengan Ares.

"Banyuwangi." Billy ikut membuka bibir yang mendapatkan anggukan kepala Brili.

"Oke Banyuwangi ya?" Ares menatap puas, memang itu maunya. "Sammy, nanti jangan lupa reminder tiap-tiap Area perkiraan waktu berangkat ke Banyuwangi." Ares segera menatap Sammy yang ia beri tugas untuk mengurus akomodasi dan berkoordinasi dengan tiap area.

"Siap Pak!" Sammy segera mencatat pada buku agendanya.

Ais turut menambahkan pada buku agendanya sendiri, untuk membuat surat undangan resmi kepada masing-masing area di bawah kelolaan mereka.

"Supaya hemat anggaran, kita nggak pake EO. Ya kita sendiri panitianya," Ares melanjutkan arahannya. "Brili sama Billy, tolong bikin rundown acaranya, sesuai sama yang saya kasih tadi. Pak Marlo mau ada malam kebersamaan, jadi waktu kita fix dua hari satu malem. Begitu sampe lokasi diisi sambutan, terus arahan dari saya, siang Pak Marlo dateng kasih arahan, terus malem lanjut acara kebersamaan, besok paginya rafting."

Billy dan Brili yang duduk bersebelahan langsung mengangguk bersamaan sambil menulis cepat pada agenda masing-masing.

"Ais, nanti kamu bantu cek rundown acaranya ya sebelum ke saya," sambung Ares sambil menatap Ais.

"Siap Pak." Ais mejawab kalem. Dari bibirnya kata Siap Pak bagai template sehari-hari meski kadang Ais ingin menjawab, siap Yang Mulia Baginda Ares. Tapi tentu saja itu hanya sebatas dalam khayalannya. Mana berani ia cari mati dengan cara anti mainstream seperti itu?

"Pak Sodiq, aku minta tolong nanti koordinasi sama temen-temen ya?" Ares menatap Sodiq yang dari segi usia lebih tua lima tahun darinya. Nada bicaranya otomatis menjadi lebih lembut agar terdengar sopan. Meski ia atasan Sodiq, tata krama bicara dengan yang lebih tua itu tidak pernah ia lupakan.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang