Bab 46

5.1K 557 240
                                    

"When you know, you know
When you know, you know
It kinda makes me laugh, runnin' down that path
When you're good as gold.... "

Ares turut bersenandung sambil menatap lampu kuno yang menggantung di langit-langit ruang tamunya. Berbaring nyaman di atas sofa ditemani musik yang mengalun dari ponsel.

Lampu itu jauh dari kesan indah di matanya, meski terbuat dari rangka besi dan dihiasi ornamen wajah seperti wajah wanita. Pada sisi kanan dan kiri terjuntai ornamen daun yang jika dilihat-lihat juga tampak seperti sayap. Kata Mas Agus, lampu itu tidak pernah diturunkan yang berarti benda antik itu sudah ada sejak dulu kala.

Sejujurnya, Ares selalu menghindari menatap lama-lama lampu gantung yang terkesan mistis itu. Akan tetapi, bukan lampu itu yang ia lihat meski sedari tadi matanya mengarah ke sana.

Sebenarnya sejak tadi ia memanggil wajah lain yang membuatnya tanpa sadar larut menatap ukiran wajah pada lampu. Bukan wajah nyaris sempurna dengan tulang pipi yang tinggi. Melainkan wajah bulat, yang akhir-akhir ini terlihat semakin lucu jika tersenyum.

Kalau dilihat-lihat.....

Ares kembali memanggil setiap detail pada wajah yang akhir-akhir ini selalu membuntutinya ke mana pun. Ia tidak bisa bersembunyi dari wajah itu. Sejak ia membuka mata di pagi hari, wajah itu sudah muncul dan mengisi benaknya.

Wajah itu juga membuatnya malas melakukan hal lain. Sore tadi ia tidak ingin mengunjungi gym seperti biasanya dan memilih pulang demi mencari ketenangan di rumah dinasnya yang sunyi. Padahal tidak ada yang dilakukan selain rebahan sambil mendengarkan lagu-lagu berirama lambat.

Sedari tadi ia hanya begini saja, tidak melakukan apa pun sambil bersenandung kecil mengikuti musik yang menjadi menjadi pengusir sunyi. Ares menambahkan lagu yang baru saja ia dengar ke dalam playlist barunya yang ia beri judul Jember.

Ares sengaja memberi nama demikian agar tidak tertukar dengan playlist lagu-lagu mellow-nya yang lain. Rencananya, playlist ini yang akan menemani perjalanannya dengan Ais.

Bagaimana bisa Ais membuat hatinya berakhir tak karuan seperti saat ini? Sampai sekarang, Ares belum menemukan jawabannya. Ais ternyata bisa menyeret perhatiannya, hingga melewati batas yang seharusnya.

Apa istimewanya dia? Ares berusaha mencari kehebatan Ais.

"Apanya apanya apanya dong, apanya dong, dang ding dong!" Ares bersenandung lagu yang bahkan tidak ada di dalam playlist-nya. Otaknya bagai melintasi dunia lain, di mana hanya ada wajah Ais di sana.

Lalu apa istimewanya Ais?

Ares kembali mencari jawaban, mengingat selama ini perempuan yang sempat masuk ke dalam list-nya hanyalah perempuan-perempuan dengan penampilan nyaris sempurna. Akan tetapi, Ais hanyalah Ais. Justru karena Ais hanyalah Ais, sekretarisnya itu kini tampak berbeda di matanya.

Entah mengapa, ia menyimpan cemas saat diam-diam menghitung kotak bekal Ais yang terlihat dari layar CCTV. Kenapa cuma dua?

Setahunya Ais suka makan. Saat Ais makan, Ais seperti memiliki seluruh kebahagiaannya sendiri. Ia sering mendapati Ais mengerjakan sesuatu sambil ngemil. Saat keluar dari ruangannya, ia sering melihat di meja Ais ada sedikit keripik di atas tisu.

Apa Ais diet? Pertanyaan itu sempat terlintas di kepalanya. Mendadak, Ares berharap pipi chubby Ais tidak kempes. Menurutnya, Ais sudah cukup seperti itu saja. Justru karena chubby, Ais jadi terlihat segar dan lucu.

Selain itu, Ais juga terlihat cuek dan tidak mengejar validasi siapa pun. Bahkan saat sudah berpenampilan lebih baik, Ais tidak juga memposting fotonya yang paling baru. Padahal wanita-wanita cantik yang pernah ia kenal, tampak masih membutuhkan validasi meski sudah terlihat nyaris sempurna. Salah satunya Kirana. Ada saja bagian yang menurut Kirana masih kurang sehingga mengejar treatment berjuta-juta. Tapi Ais.....

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang