Bab 49

5.7K 639 312
                                    

"Halo Ais?"

Ais tanpa sadar menahan napas saat mendengar suara Ares yang menggema berat di ujung sana. Sepertinya Ares menghubunginya saat masih berada di dalam bilik toilet.

"Iya Pak?" Ais reflek merubah duduknya menjadi lebih tegak. Ia sedang menunggui mobil ketika Ares tiba-tiba menghubungi.

"Ais, sori. Aku hubungi Mas Januar nggak bisa..."

"Iya, kenapa Pak?"

"Mas Januar mana?"

"Tadi ninggal mobil Pak... katanya bentar gitu, nggak tahu ke mana." Ais celingukan memperhatikan situasi dan tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Januar.

"Aduh... gimana ya?"

"Kenapa Pak?"

"Ais sori, aku bisa minta tolong?"

Nada pertanyaan Ares terdengar begitu pasrah.

"Iya Pak?" Ais tanpa sadar melebarkan mata.

"Ais aku sebenernya mau minta tolong Mas Januar, tapi dia nggak bisa dihubungi. Maaf banget ya aku harus minta tolong kamu, aku nggak tahu lagi harus gimana."

"Iya Pak? Kenapa Pak?" Ais segera diserang rasa cemas.

"Ais di sini nggak ada sabun.... nggak ada tisu..... tadi aku liat ada minimarket di pom. Bisa tolong belikan dulu sabun cair sama tisu? Nanti aku ganti."

"Bisa Pak!" Ais tergesa mengeluarkan dompetnya dari dalam tas. Ya ampun kasihan banget Pak Ares, hatinya segera menjelang iba.

"Tolong anter ke kamar mandi ya? Maaf ya Ais. Aku.... aku soalnya nggak bisa kalo nggak pake sabun... tadi dudukan toiletnya juga kotor, ada bekas kencing. Di sini jorok banget. Aku nggak tahan..."

"Siap Pak. Saya belikan dulu ya Pak."

"Makasih ya Ais."

Tepat ketika panggilan diakhiri, Januar kembali ke dalam mobil. "Sorry Bund tadi aku ngerokok bentar di seberang jalan...."

"Bentar ya Mas!" Tanpa banyak bicara Ais segera meninggalkan mobil dan setengah berlari menuju minimarket.

Ais sudah tahu jika Ares sangat perfeksionis juga sangat menjaga kebersihan dirinya. Ais masih ingat cerita Sammy mengenai Ares ketika awal-awal menempati rumah dinas dan mengganti closet di toilet dengan yang baru karena merasa jijik. Ia bisa memahami jika Ares saat ini merasa kebingungan di dalam bilik yang jorok. Toilet umum saja tadi berniat pilih-pilih, meski pada akhirnya setuju di pom ini karena keadaan darurat.

Ais segera memasuki minimarket, menyahut keranjang belanja dan menuju rak. Ia bergegas mengambil sabun cair anti bakteri dan hand sanitizer. Ais juga memasukkan tisu basah anti bakteri dan tisu kering, demi berjaga-jaga jika Ares butuh. Setelah membayar Ais segera menuju area toilet sambil menelpon Ares.

"Ya Ais?" jawab suara pasrah di seberang sana.

"Pak, saya jalan ke toilet."

"Oke. Jangan ditutup dulu ya... "

Ais segera sampai di area toilet pria dan berdiri di antara dua pintu yang tertutup.

"Saya udah di depan Pak."

"Oke aku buka pintu."

Salah satu pintu terbuka sedikit dan Ais melihat tangan Ares terjulur.

Ais segera menyerahkan kresek berisi barang belanjaannya dan Ares segera menutup pintu. Ais baru saja hendak kembali ke mobil, ketika sesuatu menahan langkahnya. Entah mengapa ia yakin jika Ares akan merasa malu membahas hal ini di hadapan Januar. Tadi saja Januar tidak tahan menertawakan Ares. Mendadak rasa iba menyelimuti. Ais merasa akan lebih baik jika ia melindungi Ares dari rasa malu. Lelaki perfeksionis seperti Ares, tentu tidak akan tahan dengan rasa malu.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang