Bab 20

4.3K 405 34
                                    

Ais lebih percaya mungkin saja Ares memang penyuka sesama jenis, daripada pria seperti Ares menaruh perhatian kepadanya. Bukan berarti Ais mendukung Ares menjadi penyuka sesama. Maksud Ais, sangat tidak mungkin sekali wanita biasa-biasa saja yang tidak cantik, juga tidak berbadan aduhai sepertinya membuat seorang pria seperti Ares menaruh perhatian.

Ais sungguh sadar diri, tidak ada laki-laki yang mau berjuang untuknya.  Galih sudah membuktikannya. Sangat terbukti, Galih lebih memilih memperjuangkan Yuni yang lebih muda dan lebih cantik alih-alih memperjuangkan pernikahan mereka. Bahkan Kenan dan Shakila, tidak sanggup menyentuh nurani Galih.

Herannya, Galih bisa memanjakan Yuni yang baru datang sebentar, tapi tidak pernah bersikap serupa kepadanya yang sudah menemani selama sekian tahun. Ais sudah bisa menerima jika dirinya gagal tampil menarik di mata laki-laki, sudah tidak masalah baginya. Ais sudah menerima nasib, mungkin ia memang tidak pernah layak mendapatkan bucin-nya laki-laki. Maka dari itu, Ais berusaha tidak mengingat-ingat pemberian Ares meskipun selalu teringat-ingat. Entah mengapa Ais selalu mengingatnya. Apa karena pemberian orang ganteng?

Sebenarnya, Ais lebih penasaran pada motif Ares yang sesungguhnya. Kenapa jadi perhatian? Bahkan sampai memperhatikan bibirnya yang pecah-pecah.

Ah, Ais tanpa sadar menunduk malu. Tersipu sendirian.

Tunggu. Ia jadi teringat sesuatu. Saat ikut mengunjungi rumah dinas, Dona repot-repot membawakan bolu khas Surabaya untuk Ares. Tentu semua orang di kantor, termasuk dirinya sudah tahu jika Dona menyimpan rasa terhadap Ares. Gelagat yang sering muncul dalam sikap caper itu sungguh terbaca begitu jelas. Sudah jelas motifnya, Dona memberikan bolu karena menyukai Ares.

Lalu, sikap Ares kepadanya itu apa?

Mak...sadar Mak... sadar, Ais membatin saat berusaha menepis halu yang mendadak muncul. Bagaimana tidak halu? Selama ini ia jarang mendapat perhatian laki-laki. Ia sudah terbiasa tidak dianggap dan dilewati begitu saja. Ais juga merasa tidak punya kualitas yang membuat laki-laki akan menoleh kepadanya. Tapi sekalinya menerima perhatian, dari orang seganteng Ares.

Masih terlalu pagi untuk melamun. Ais memutuskan mengoleskan salep pada telapak kakinya yang pecah-pecah. Ais rasa penyebabnya karena ia tidak tahan terhadap obat pel atau pembersih keramik. Tapi mau bagaimana lagi? Ia yang biasa mengepel rumah dan ia tidak bisa mengepel tanpa larutan karbol. Begitu juga saat membersihkan kamar mandi. Memang saat di rumah tidak ada seorang pun yang mengenakan alas kaki. Tidak ada yang namanya sandal bersih di rumah. Meski begitu, ibunya sudah menyiapkan sandal untuknya, khusus untuk digunakan saat bersih-bersih rumah. Tetapi Ais selalu lupa, ia terbiasa bergerak kemana-mana tanpa alas kaki.

Sejenak Ais melirik tapak bagian dalam sepatunya yang sudah menghitam. Ais rasa sudah saatnya ia mencari sepatu baru. Cukup yang murah-murah saja, kalau bisa seharga tiga puluh ribuan mentok-mentok lima puluh ribuan. Ais mulai membuka aplikasi e-commerce langganan dan mencari sepatu yang dimaksud. Kedua matanya tertarik pada sepatu yang sedang diskon. Dari tiga ratus ribuan menjadi seratus ribu sekian-sekian. Modelnya cantik, simple, dengan hak tahu setinggi 3 cm.

Ah, enggak ah. Ais segera menahan keinginannya. Ia tidak ingin boros. Lebih baik ia menghemat uang untuk keperluan anak-anaknya. Air berpikir, lebih baik membeli makanan yang bergizi bagi anak-anaknya, atau membeli susu UHT kesukaan anak-anaknya. Semenjak menjadi tulang punggung keluarga, Ais selalu merasa bersalah jika menggunakan terlalu banyak uang untuk dirinya sendiri. Sejak menikah dengan Galih, pengeluarannya bertambah besar ditambah Galih jarang menafkahi. Apalagi setelah bercerai.

Mungkin bagi orang lain, seratus ribu itu nominal yang tidak seberapa. Tapi bagi Ais, seratus ribu berarti sangat banyak. Apalagi, uangnya di tabungan sangat pas-pasan. Ais segera kembali berkonsentrasi memilih sepatu-sepatu berharga murah yang sesuai dengan budget-nya.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang