Bab 17

3.8K 422 61
                                    

"Ting!"

Pintu lift terbuka di lobi. Ais melihat beberapa staf menyerbu masuk termasuk Dona. Gadis itu sempat terkejut saat melihatnya.

"Bunda." Dona melempar sapaan kecil sebelum berdiri tepat di depannya. Ais membalas dengan senyuman kecil. Ia sempat melihat tas tenteng Dona, juga heels tinggi gadis itu.

Senin pagi, Dona terlihat sudah segar dan siap dari segi riasan juga penampilan. Kerudung tampak rapi, senada dengan pakaian formal gadis itu.  Sangat kontras dengannya yang masih mengenakan jaket dealer dan sepatu flat untuk di luar kantor. Jilbabnya pun juga tidak rapi karena terkena helm, ditambah tadi pagi ia terburu-buru menyetrika.

Riasan di wajah? Jangan tanya. Sejak jam empat pagi ia sudah mencuci piring, kemudian memasak sekaligus menyiapkan bekal untuk anak-anaknya. Lalu menyetrika seragam kedua anaknya, juga pakaiannya sendiri. Semalam ia ketiduran, sehingga melewatkan cuci piring dan menyetrika sehingga paginya tadi sangat sibuk dan terburu-buru.

Meski begitu, Ais lega karena hal itu tidak membuatnya melewatkan menyiapkan bekal. Ais sebisa mungkin menghindari membeli makanan di luar agar tidak boros.

"Kemarin langsung pulang?" Ais melempar pertanyaan basa-basi sebelum menguap. Rasanya setelah ini ia hanya ingin membuat kopi panas sambil diam sejenak di mejanya demi mengistirahatkan jantung yang sedari pagi tegang memburu waktu.

"Iya, langsung balik. Bunda?" Dona menoleh sekilas dan balas bertanya.

"Aku belanja dulu sih.

Pintu lift terbuka. Mereka sampai di lantai lima, tempat departemen risk berada. Para staf memberi jalan bagi mereka berdua.

"Temennya Pak Ares....." Kalimat Dona segera tertahan.

"Kenapa?"

"Nggg.... kekar." Dona mengangkat sebelah lengannya dengan wajah jenaka, membuat tawa Ais nyaris menyembur.

Tentu Ais ingat, selama di rumah Ares mereka saling bicara melalui tatapan mata. Tanpa perlu mengucapkan sepatah kata, mereka sudah sama-sama mengerti maksud satu sama lain. Bahkan Sammy yang selama ini terkesan cuek, kemarin menjadi sedikit kikuk. Apa Dona kecewa karena gosip gelap itu kian mendekati kenyataan? Entahlah, Ais tidak tahu. Yang jelas, ia kini mulai mempercayai gosip gelap itu walau belum sepenuhnya percaya.

"Hmm iya." Ais memilih memberikan respon aman, mengingat ia sekretaris Ais dan Dona adalah pemuja Ares garis keras. Mana boleh sekretaris menjelek-jelekkan bos-nya? Selama ini Ais selalu memilih bermain aman.

"Bund." Dona melambatkan langkah. "Aku percaya Pak Ares nggak gitu."

"Hm? Maksud kamu?"

"Tahu kan gosip tentang bapaknya?" Dona setengah berbisik.

"Oh... "

"Aku percaya bapak nggak gitu. Nggak tahu ya, feeling aku bilang kalo dia tuh nggak kayak gitu."

Ya aku juga pinginnya gitu, tapi kan temennya kemarin kekar banget. Macho gitu." Ais turut membatin.

"Kalo aku liat-liat, Pak Ares itu nggak gitu kok." Dona kembali menegaskan keyakinannya. "Cuma dia emang cuek ke cewek, yang mana itu menurutku bagus. Cuma cueknya dia itu disalah artikan sama orang-orang."

Mmm sebenernya dia care sih." Lagi-lagi Ais hanya menyahut di dalam hati. Ia memilih menjadi pendengar pasif saja.

"Bund, jaga rahasia ya?" Dona tersenyum kecil. "Yang kemarin kita keep aja. Aku juga bilang ke Sammy, supaya kita keep kejadian kemarin. Kita nggak tahu banyak soal Pak Ares, jangan sampe yang kemarin jadi gosip jelek buat bapaknya."

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang