Bab 27

3.8K 420 99
                                    

"Res, udah Mama kirim nomer-nomer anak-anak temen-temen Mama. Dihubungi lho Res."

"Buset. Berapa kloter Ma?" tanyanya jahil sebelum menyesap rokok.

"Kamu tuh.... beneran dihubungi lho. Tukeran Facebook gitu biar kamu tahu kehidupan anak-anak temen-temen Mama. Mereka semua perempuan-perempuan yang menarik, dari keluarga baik, punya kerjaan yang bagus."

"Iya." Ares menjawab sambil menghembuskan asap rokok dan menatap suasana lalu lintas dari tempatnya berdiri. Ia sedang merokok sendirian di parkiran ruko ketika menerima panggilan telepon dari ibunya.

"Kamu di mana Res? Kok kayak rame?"

"Lagi di luar Ma, habis makan."

"Makan apa? Di mana sama siapa?"

"Makan bebek, di deket rumah sekalian jalan pulang. Sendirian." Ares membuang abu rokoknya.

"Coba kalo ada cewek, kan ada yang nemenin...."

"Ya biasanya Kirana," sahut Ares santai.

"Ya selain dia. Maksud Mama, yang bisa kamu jadiiin istri."

Senyuman Ares tergelincir begitu saja. "Ya kenalan sama anak-anak temen Mama, mereka juga di Jakarta kan? Ares di sini bakal tetep sendirian."

"Ya nggak pa-pa Res. Kan kamu nggak selamanya di Surabaya, pasti balik Jakarta. Kamu kan bela-belain ke daerah cuma demi Kirana."

"Iya."

"Coba nanti yang lebih ramah dikit. Yang lebih welcome sama cewek, biar kamu punya banyak kenalan cewek. Kamu tuh ganteng, tapi sepi perempuan."

"Jadi menurut Mama, aku harus koleksi cewek gitu?" tanya Ares dengan nada menggoda.

"Nggak gitu Ares. Nggak koleksi juga. Mama tahu kamu nggak seperti itu. Maksud Mama jaga hubungan baik aja. Sering-sering ngobrol...."

"Males Ma, buang-buang waktu," tukas Ares, "Kalo nggak tertarik, nggak cocok, ya udah cut aja. Ngapain buang waktu ngobrol sama cewek yang nggak aku suka? Buat apa gitu?"

"Ya siapa tahu ketertarikan itu baru dateng setelah kenal lebih jauh, gitu lho Res. Nggak semua kecocokan itu datengnya di awal-awal kenal."

"Iya." Ares malas mendebat dan mengatakan apa yang ingin ibunya dengar saja.

"Kamu di Surabaya nggak kenal siapa-siapa? Maksud Mama cewek selain Kirana..."

"Nggak ada Ma."

"Nggak ada temen-temen kantor kamu yang oke?"

"Nggak ada Ma."

"Masa sih Res? Masa di Bank Nasional kanwil Surabaya nggak ada yang cakep?"

"Ya menurut aku, biasa aja...."

"Aduuuuh kamu tuh selalu begitu! Gini ya Ares, jangan bilang kamu cari yang mirip Kirana?"

Ares hanya diam dengan senyuman tertahan.

"Res, kamu tuh cari istri apa buka agensi model sih? Jangan terlalu pemilih gitu lah. Nih Mama kasih tahu, cari istri itu utamakan yang baik, yang bisa kasih kamu ketenangan hati, yang bisa mengerti dan memahami kamu, yang bales perasaan kamu dan mau diajak serius. Nggak secantik Kirana nggak pa-pa, asal enak dilihat. Melenceng dikit nggak pa-pa lah Res."

Ares menekan malas bibirnya. Apa ibunya tidak tahu jika laki-laki itu makhluk visual? Ares yakin ibunya sudah tahu tapi mengabaikan hal yang satu itu demi membuatnya cepat menikah. Mana bisa ia mengenali hal-hal lainnya pada diri perempuan, jika sejak awal sudah tidak ada ketertarikan?

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang