"Gimana yang Mama kenalin? Udah ada yang cocok?"
Malam itu sambil menyantap mi instan, Ares mengobrol dengan ibunya melalui panggilan video.
"Ya udah ngobrol Ma," jawab Ares apa adanya.
"Gimana sejauh ini?"
Ares menyeruput mi instannya sejenak. "Masih ngobrol biasa Ma."
"Ada yang bikin kamu tertarik nggak?"
Ares membisu. Ia yakin sang ibu pasti sudah tahu jawabannya.
"Ares, masa nggak ada yang bikin kamu tertarik sih? Mereka semua Mama lihat cantik-cantik. Mau sampe kapan kamu begini terus? Liat kamu, jadi sering makan mi instan. Nggak pingin ada yang masakin apa?"
"Pingin," jawab Ares dengan raut putus asa.
"Kapan kamu pulang ke Jakarta?"
"Akhir bulan...."
"Temuin gih mereka semua. Siapa tahu, kalo udah ketemu penilaian kamu jadi beda."
"Iya." Ares memilih menurut. Ia tidak punya alasan untuk membantah.
"Kamu nggak bosen kesepian?"
Ares menghela napas saat menekan nyeri di dada.
"Kamu ganteng, karir bagus, duit banyak. Harusnya kamu itu gampang aja milih perempuan. Coba buka hati kamu."
"Ya Ma..."
"Ambil cuti yang agak lamaan gitu, tujuh hari. Sempetin ke Jogja, datengin si Medina. Nggak ada salahnya ketemu aja, siapa tahu cocok dan jodoh. Inget Res, jodoh itu harus diusahakan, apalagi kamu laki-laki. Kamu yang harus inisiatif datengin Medina."
"..........."
"Temuin mereka semua. Pas di Jakarta ketemu sama Fayre, sempetin juga ke Bandung buat ketemu sama Edrea. Si Edrea itu juga sama-sama pegawai bank kayak kamu. Mereka semua perempuan-perempuan yang oke. Kamu pilih satu yang paling baik menurut kamu, buat kamu seriusin."
Ares merasa tekanannya semakin berat.
"Mama yakin kamu pasti bisa cinta. Kamu cuma kurang usaha. Stop ketemu dan berhubungan sama Kirana. Mulai sama perempuan baru. Nggak usah secantik Kirana nggak pa-pa. Paksa diri kamu untuk mengenal lebih jauh. Kamu harus tahu kualitas perempuan lain, selain Kirana."
Ares hanya menekan bibirnya. Ibunya sudah tahu jika ia tidak bisa melakukan hal ini. Maka dari itu ibunya memaksa.
"Mama mau lihat kamu menikah, berkeluarga. Stop pacaran-pacaran melulu. Ngapain pacaran lama-lama nggak jelas juntrungannya."
"Ya Ma." Ares tidak punya hal lain untuk dikatakan.
"Sekarang fokus cari jodoh dulu. Habis gitu baru mikir yang lain-lain. Jangan kebalik. Nggak usah buka usaha dulu, urus gerai batik Mama aja. Nanti biar istri kamu yang urus gerai batik, soalnya Venya sama Fika nggak mau, mereka udah sibuk ngurusin bisnis masing-masing. Setelah nikah baru berangkat S2."
Memang setelah ayahnya meninggal ibunya mengatakan agar ia menyimpan saja hasil pembagian warisan dan meneruskan usaha gerai batik yang sudah dirintis sejak lama.
Kedua kakaknya sudah membuka usaha dan sejauh ini berjalan lancar. Venya kakak pertamanya, sudah membuka toko cake and bakery yang setiap hari ramai pesanan. Fika kakak keduanya, memiliki usaha online shop di bidang fashion yang sudah berkembang pesat dengan banyak karyawan. Setiap hari admin toko kakaknya live dan paket-paket pesanan yang berjumlah ratusan diangkut truk ekspedisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
POINT OF VIEW [End]
RomanceAres Rasendriya Darajat, definisi diem aja ganteng. Regional Head of Risk Department bank pelat merah itu masih lajang di usia 37 tahun. [SEBAGIAN PART HANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA] Padahal dengan gaya rambut kekinian dan segala yang ada pada di...