Bab 33

4.1K 462 79
                                    

Acara jambore hari pertama berjalan dengan lancar dan kini Ais menyimpan malas menjelang hari kedua. Sungguh, bayangan rafting membuatnya takut. Ais menyimpan kekhawatiran sendiri, mengingat ia tidak bisa berenang. Tetapi bukankah mereka akan mengenakan pelampung? Bagaimanapun juga, rafting adalah olahraga yang tidak jarang menelan korban jiwa.

"Tenang Bund," ujar Ratih saat ia mengemukakan kekhawatirannya ketika mereka beristirahat di kamar hotel. "Rafting kita ini medium trip, cuma 7 km dan jalurnya aman. Perahunya aja perahu kecil yang cuma isi 4 orang udah termasuk guard. Nanti yang pegang dayung cuma guard-nya, kita tinggal duduk aja udah."

"Ooo aku kira semua pegang dayung?" Dona menimpali.

"Enggak, perahu kita ini kecil nanti. Kayak gini lho..." Ratih menunjukkan video yang ia temukan di Tiktok. "Nah persis kayak gini nanti perahu kita. Kecil. Terus jalurnya nggak terlalu deres juga."

"Ouuuuu...." Brili manggut-manggut. "Aku agak takut sih.... belom pernah," sambungnya kemudian yang membuat Ais merasa menemukan teman senasib.

"Ih padahal seru lhoh!" sahut Dona.

"Pak Ares suka rafting," cetus Ratih.

"Aaa pasti scroll IG-nya ya?" Dona menuding wajah Ratih.

"Iya dong, scroll sampe bawah lah akuuu!" Ratih cuek mengakui sifat keponya. "Ada foto-fotonya dia rafting..."

"Lha yang sama bos-bos kita itu dia juga rafting kan," sambung Dona, "Bapaknya emang suka olahraga."

"Eee kamu jangan-jangan suka liat Pak Ares lari ya?" Ratih menggoda Dona yang tampak tersipu.

"Nggak keliatan dia lari duluan di depan.... kalo pas dia join club lari kita pada semangat lari tapi dia nggak kekejar... wusssh udah nggak keliatan." Pengakuan Dona membuat mereka semua tergelak kecuali Ais yang masih membayangkan betapa mengerikannya hari esok.

Malam itu di kamar hotel, teman-temannya sedang menonton video performance mereka yang terlihat lucu. Tadi mereka menyuguhkan penampilan ala suku primitif. Membawa tongkat bambu dengan baju ala-ala suku pedalaman dengan aksesoris jerami dan topi bulu ayam. Menuruti ide Sodiq, penampilan mereka bukan hanya soal tarian ala suku, tapi juga menyelipkan sedikit drama pantomim tentang Sammy yang berbuat curang dengan mencuri hasil buruan kelompok lain.

Sodiq yang sedang patroli memergoki Sammy dan meniup pantat Sammy dengan senjata rahasia menyerupai seruling. Sammy berakhir terjatuh sambil meringis gosok-gosok pantat dan ditangkap dengan jaring oleh tim adat suku. Penampilan mereka menyeret gelak tawa para audiens. Ais sempat melihat tawa Marlo dan Ares ketika melihat penampilan mereka. Begitu mereka menyelesaikan performance, Ares bertepuk tangan dan mengacungkan dua jempol dengan senyuman bangga. Setelah itu mereka berfoto bersama Pak Marlo.

Sejenak perhatian Ais teralihkan saat melihat foto-foto mereka yang dibagikan di grup. Sebelum tampil, mereka hanya berfoto dengan Ares di depan ruang ganti. Meski mereka bukan peserta lomba, penampilan mereka tadi mendapatkan tepuk tangan yang paling meriah.

"Kalo aja kita ikut lomba, bisa jadi kita yang menang lho!" cetus Ratih yang seolah satu pikiran dengannya.

"Iya, performance kita bisa dibilang lucu, terus kompak lho! Pak Marlo sampe ketawa ngakak," sambung Brili.

"Pak Ares tadi seneng lho! Keliatan banget bapaknya bangga banget liat kita." Dona turut membuka suara.

"Eh kita harus tidur cepet, soalnya besok pagi-pagi berangkat rafting." Ratih mengingatkan sebelum menarik selimut.

"Ya tapi kita di sana masih ngantri." Brili menatap Ratih.

"Makanya kita mending dateng pagi biar nggak kesiangan," tegas Ratih, "Kan pesen Pak Ares besok kita pagi, biar cepet dapet giliran terus kita acara sendiri. Kita kan mau ke pantai!"

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang