BAB 16

3.9K 360 50
                                    

"Silahkan diminum... maaf ya seadanya." Ares sedikit mengucapkan basa-basi saat menyuguhkan botol kemasan air mineral pada anak buahnya yang tampak terbengong-bengong. Seketika Ares menyadari raut kikuk ketiga anak buahnya. Mereka tampak terkejut setelah melihat Radi yang muncul tanpa memakai atasan.

Bentar, Ares baru menyadari sesuatu. Ah, shit! Benar, ia lupa tentang gosip gelap itu. Anak buahnya pasti semakin berpikir yang tidak-tidak. Tapi Ares tidak punya pilihan selain bersikap biasa saja, seolah tidak mengetahui tentang gosip itu. Memang kenyataannya ia bukan penyuka sesama jenis. Jadi, Ares memilih mengabaikan gosip itu.

"I... iya Pak makasih." Sammy tersenyum kikuk. "Tukangnya udah deket Pak."

"Oke. Itu tadi temen aku, area manager di Bank Maritim." Ares memperkenalkan Radi yang sudah bersembunyi dari hadapan anak buahnya.

"Ooo..." Sammy merespon dengan tampang yang berusaha dibuat tampak biasa saja, begitu juga Ais dan Dona yang memasang tampang serupa.

"Aku gosok gigi sama cuci muka bentar ya?"

"Iya Pak." Sammy segera mengangguk. Sementara Ais dan Dona yang duduk bersebelahan hanya diam menatap.

Ares segera kembali ke kamarnya dan mendapati Radi sedang berbaring sambil memegang ponsel dengan keadaan masih bertelanjang dada.

"Lo bisa-bisanya nongol nggak pake baju!" Ares menyahut kaos Radi dan dengan gemas memukulkannya ke tungkai berbulu sahabatnya itu.

"Ya gue nggak tahu ada tamu! Gue baru bangun!"

"Gue lupa... " Ares menekan pangkal hidungnya sejenak. "Gue digosipin homo, terus ada lo, nongol nggak pake baju... "

Radi mati-matian menahan ledakan tawanya, takut terdengar oleh bawahan Ares di ruang tamu.

"My God, iya." Radi terkekeh pelan. "Ya udah, gue nongol nggak pake baju lagi. " Radi segera bangkit dengan senyuman jahil, sengaja menggoda Ares.

"Lo yang bener aja!" Ares segera menahan tubuh Radi.

"Eh, ada yang cakep tuh."

"Yang mana?" Ares memutar kedua mata sejenak.

"Yang cewek kurus pake jilbab di tengah. Bukan yang kayak ibu-ibu elah! Lo pikir yang mana?" Radi sungguh heran dengan keadaan mata Ares yang biasanya hanya bisa melihat wanita cantik. Atau menurut Ares tidak ada yang cantik?

"Ohhhh.... itu Dona."

"Nah, maksud gue lumayan yang itu. Bisa lah lo pepet... "

"Hah?" Ares reflek mengangkat kedua alis. "Dia?"

"Ya why not? Cakep lho, imut."

Ares segera menjentik keras-keras kening Radi.

"Aduh!" Radi segera menggosok keningnya dengan sebelah tangan sambil meringis menahan sakit.

"Lo udah punya bini, jaga pandangan."

"Maksud gue itu buat lo! Ah!"

Ares tidak peduli dan membuka pelan pintu kamarnya sebelum bergeser ke kamar mandi.

Sementara Radi di kamar segera mengenakan kaosnya. Ia turut membawa ponselnya dan menuju meja makan.

Suara sepeda motor terdengar. Sammy segera bangkit dan melongok dari ambang pintu. "Bund, tukangnya udah dateng!"

"Pak Ares masih ke toilet... " Ais menuding ke arah Ares menghilang.

"Ya kita tunggu aja. Aku nemuin tukangnya dulu." Sammy segera menuju halaman dan menyambut tukang yang sudah menunggu di depan pagar.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang