Bab 12

4K 455 76
                                    

'Hai, terima kasih buat masukannya :) '

Ares baru saja membuka mata saat membaca komentar balasan dari Ais.

Semalam setelah mengalihkan pikiran dengan menonton konten Ais sebentar, ia menjadi lelah. Menjadi tidak mood mencari pengalihan pikiran lain dan segera merebahkan diri di atas tempat tidurnya yang empuk. Sambil menikmati kantuknya, Ares bertanya-tanya kapan ia akan memiliki istri yang dengan senang hati akan memasakkan gurame untuknya?

Ia memang bisa membeli menu gurame di restoran, tetapi lidahnya sudah terlalu biasa menyantap makanan di restoran. Mendadak pikirannya berkelana pada meja makan dengan taplak yang cantik, lalu menu gurame asam manis dihidangkan oleh seorang istri yang menatapnya dengan sepenuh cinta.

Betapa indahnya.

Ares melirik jam meja digitalnya di atas nakas. Masih pukul 05.30 pagi. Ia beralih membuka WhatsApp dan melihat tiga panggilan tidak terjawab dari ibunya. Berikutnya ia membaca chat yang ditulis dengan huruf besar.

'ARES AYO SHOLAT SUBUH NAK.'

Ares memutar kedua matanya. Emang masih keburu? Sholat aja deh." Ares segera menendang selimut. Eh, udah keramas belum ya? Kan semalem habis nganu? Ares segera teringat jika semalam ia belum keramas dan hanya mandi biasa saja. Halah, iya. Ares menggaruk sisi kepalanya. Sedikit malas untuk pergi keramas sepagi ini.

'SHOLAT BIAR ENTENG JODOH.' Chat susulan baru saja masuk. Rupanya ibunya memantau aktivitasnya.

Ya udahlah, sholat biar kawin sama Kirana. Eh, nikah. Ares segera meralat keinginannya karena ia sudah mengawini Kirana sepuluh tahun yang lalu. Dengan memaksakan langkah malas Ares berjalan menuju kamar mandi.

Pagi itu ia sholat subuh di jam 5.50. Meski terlambat, Ares pantang menyerah melantunkan doa.

Ya Allah.... aku pingin nikah. Ares menatap nanar kedua telapak tangannya yang terbuka. Pingin punya istri. Jadikanlah Kirana jodohku ya Allah. Jodoh dunia akhiratku. Aku tahu aku berdosa, aku berzina, tapi aku tidak makan babi ya Allah. Nikahkanlah aku dengan Kirana supaya aku berhenti berzina. Mohon ya Allah. Mohon sekali. Aku bener-bener cinta sama Kirana. Amin."

                                 ***

"Ibu kok nggak enak badan ya Ais," ucap Murni sebelum berakhir terbatuk-batuk.

"Ya udah Bu. Istirahat aja. Ini minum teh dulu Bu." Ais menghidangkan segelas teh hangat di atas meja. Sejak semalam, ia sudah memiliki feeling jika keadaan ibunya sedang drop. Kemarin saat ia pulang kerja, ibunya sudah berbaring di dalam kamar. Sementara Kenan dan Shakila sedang bermain ditunggui oleh Dita.

"Terus sekolahnya Shakila gimana Ais?"

"Shakila biar libur sehari dulu aja Bu. Nanti Ais ijinkan ke sekolahnya. Biar ikut Ais kerja aja," jawab Ais dengan mimik pasrah. Mau bagaimana lagi? Selama ini memang ibunya yang mengantar jemput Shakila. Kebetulan, sekolah Shakila tidak begitu jauh dari rumah. Bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki.

Ais tidak mengkhawatirkan sekolah Kenan karena sehari-hari ia yang mengantar Kenan ke sekolah, sekaligus berangkat bekerja. Siang harinya, Kenan akan pulang dengan Mas Surya, tetangga mereka yang bekerja sebagai ojek online. Ais membayar Surya secara mingguan untuk menjemput Kenan di sekolah. Kebetulan, sekolah Kenan juga tidak terlalu jauh dari rumahnya. Setiap hari Surya selalu memberi laporan jika sudah menjemput Kenan.

"Ya udah," ucap Murni sebelum terbatuk-batuk.

"Ibu udah minum obat?" tanya Ais sambil memasukkan bekal-bekalnya ke dalam tas.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang