Bab 71

5.8K 850 404
                                    

Ais melihat masing-masing anaknya membawa dua kartu. Sebenarnya, Ais tadi berniat membeli kartu sendiri tapi Ares melarangnya.

Tentu saja Ais memilih mengawal Ares daripada lelaki itu mengisi terlalu banyak saldo. Ia sempat melongo saat Ares mengisi saldo pada masing-masing kartu sebanyak 300.000,00 akibat tergiur promosi. Ais masih sulit percaya berarti Ares sudah menghabiskan tujuh ratus ribu untuk biaya bermain Kenan dan Shakila. Sungguh jumlah yang sangat fantastis baginya kaum membeli saldo seratus ribu dibagi untuk berdua.

"Lumayan Ais, ini kalo isi saldo 300,000 dapet bonus 300,000." Ares menuding layar di atas kepala mereka yang menunjukkan promo hari ini, isi 300 bonus 300. Lumayan kan satu kartu punya saldo 600,000. Kamu bisa pake ini sepuasnya. Nggak bakal habis sehari ini. Besok-besok bisa kamu pake lagi."

Ais masih melongo-melongo saat Kenan dan Shakila bersorak kegirangan saat menerima kartu dari Ares. Bagaimana tidak girang? Biasanya mereka tidak bebas bermain karena hanya punya satu kartu dengan saldo yang terbatas. Tapi sekarang mereka bisa bebas memilih wahana permainan sesuai kemauan sendiri. Mau yang mahal sekali pun tak masalah.

"Payes ayo balapan!" Kenan langsung menyeret Ares.

"Mama aku mau main ituuu!" Shakila berlari ke arah wahana permainan anak. Ia ingin berenang di kolam bola.

Ais mengawasi Shakila dari tempatnya berdiri. Ia masih sulit menerima semua ini. Ais merasa, semua ini sungguh berlebihan baginya. Ais menatap kembali kartu di tangannya. Ini bahkan hanya untuk bersenang-senang dan Ares sudah menghabiskan begitu banyak uang. Hatinya mau tak mau merasa berhutang terhadap Ares. Ais sungguh tidak ingin menukar perasaannya demi mempermudah tujuan Ares.

Tujuan Ares yang ingin menjadi bagian dari hidupnya.

Ais rasa, mungkin ia memang bodoh ketika bertahan tidak tergoda oleh pesona Ares. Sungguh sebenarnya hatinya sangat mudah jatuh ke dalam pesona Ares. Bohong jika ia tidak merasakan debaran dan getaran terhadap Ares. Akan tetapi, Ais sungguh takut jika Ares membuat kasih sayang dan perhatiannya yang seharusnya untuk Kenan dan Shakila jadi berkurang banyak.

Ais takut jika bersama Ares, maka prioritasnya akan bergeser pada lelaki itu. Selain itu, segala kelebihan Ares menimbulkan ketakutan besar padanya. Yang seperti Galih saja masih bisa menyeret perhatian gadis muda dan cantik seperti Yuni, apalagi yang seperti Ares? Apa ia sanggup mengimbangi Ares yang jauh lebih segala-galanya? Ais merasa sudah kalah perang duluan mengingat kadar dirinya yang biasa-biasa saja.

Ais jadi teringat ungkapan bahasa Jawa yang pernah ia dengar dan masih sering muncul di Tiktok.

"Nduwe bojo lanang, ngganteng, kuning, gagah, gedhe, dhuwur, pengerten, duite kathah, jantungen sampeyan. Metu sak metu kuatir kecantol."

(Punya suami ganteng, kuning, gagah, besar, tinggi, pengertian, duitnya banyak, kamu bisa jantungan. Sekali dia keluar, kamu kuatir dia kepincut yang lain)

Ungkapan tersebut memang benar. Ia yang sudah terlanjur tidak percaya laki-laki, bisa mengalami kecemasan seumur hidup jika bersuamikan lelaki seperti Ares. Kalimat Ares dulu kembali terngiang di telinganya.

"Mata gue sakit liat mukanya."

Hati Ais semakin mengerdil. Ia ingat Ares mulai berubah sikap saat ia sudah berpenampilan lebih baik di kantor. Namun dalam kehidupan rumah tangga, seringnya ia tampil dengan sisa-sisa kelelahan. Tidak mungkin ia berdandan di rumah. Baju andalannya pun daster dengan motif taplak meja yang Ais yakin juga terlihat jelek di mata Ares. Saat di rumah, ia menjadi dirinya sendiri dan dirinya yang apa adanya itu sungguh tidak akan memanjakan mata lelaki. Apa yang bisa dipamerkan dari tubuh yang sudah tidak kencang? Meski ia diet, meski ia berolahraga, tubuhnya tetap tidak sekencang para gadis dua puluhan.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang