Bab 31

4.4K 493 76
                                    

Hari-hari yang sibuk hingga akhirnya jambore yang kembali diadakan itu digelar di salah satu hotel yang berada di pusat kota Banyuwangi. Ares dan tim-nya berangkat di hari Kamis malam, mengingat jarak tempuh sekitar enam jam. Area lain yang berlokasi jauh juga berangkat di Kamis malam setelah jam kerja.

Ais masih berada di mejanya, baru saja selesai melakukan video call dengan anak-anaknya. Acara jambore ini berlangsung dua hari satu malam. Mereka akan kembali ke Surabaya di Sabtu sore setelah berjalan-jalan.

"Bund.... mobil udah siap." Sammy mendekati Ais yang sedang mengecek barang-barang bawaannya di dalam tas. "Kita jadinya pake lima mobil."

"Oke aku bilang Pak Ares. Eh, Bapaknya gabung sama kita apa naik mobil sendiri?"

"Bapak ya naik mobil dinasnya sendiri lah," jawab Sammy.  

"Oh jadi bapaknya nggak bareng kita-kita?"

"Enggak, Bapak naik mobilnya sendiri sama Mas Januar."

Ais sudah menduga. Mana mau Ares satu mobil dengan para anak buahnya? Apalagi setingkat kepala departemen, pasti harus tetap eksklusif.

"Kenapa Bund?"

"Enggak. Pak Ares soalnya nggak ngomong apa-apa sama aku. Ya aku pikir bareng-bareng sama yang lain."

"Ya malah nggak enak Bund kalo bareng-bareng kita," ucap Sammy setengah berbisik. "Pasti pada nggak mau satu mobil sama dia, jadi nggak bebas.... "

Bener juga. Jawaban jujur barusan membuat Ais tertawa kecil. Kalau dipikir-pikir memang sebaiknya Ares tidak satu mobil dengan para anak buahnya.

"Absensi aman Bund?" tanya Sammy kemudian.

"Aman dong. Kan udah koordinasi sama pihak hotelnya? Kemarin absensi tiap-tiap area udah aku kirim kok lewat email. Kamarnya juga udah aku bagi. Aman, beres semua."

"Udah siap?" Ares muncul di ambang pintu ruangannya.

"Mobil siap Pak," jawab Sammy.

"Sam, kamu tahu tempat kue-kue enak Surabaya nggak sih?" Ares menatap penuh harap. "Aku pingin bawain Pak Marlo kue khas Surabaya yang enak."

"Apa ya Pak?" Sammy tampak berpikir keras. "Saya jarang makan kue, ya setahu saya lapis legit."

"Duh... gimana ya?" Ares menatap bingung. Ia ingin sekali memberi kesan khusus terhadap Marlo.

"Saya tahu sih Pak," jawab Ais dengan jujur. Memang ia tahu tempat kue-kue legendaris di Surabaya.

Bener juga! Ares menatap Ais dengan mata berbinar. Ia nyaris lupa jika sekretarisnya ini doyan makan.

"Ais, kamu berangkat sama aku aja ya?" todong Ares.

Hah? Tentu saja Ais tertegun. Sejenak ia melirik Sammy.

"Aku mau beliin yang paling enak buat Pak Marlo. Biar temen-temen yang lain berangkat duluan."

"I...i.... iya Pak." Tentu saja Ais tidak berani menolak. Ia sempat mendeteksi senyuman tertahan di wajah Sammy.

"Nggak pa-pa kan? Aman kan kalo Ais berangkat sama aku? Apa ada yang harus diurus di hotel?" Ares menatap Sammy.

"Aman semua kok Pak. Begitu temen-temen dari area dateng, mereka tinggal check in. Absensi udah siap di resepsionis. Aman Pak." Sammy hanya mengulangi jawaban Ais tadi.

"Sip! Ya udah kita doa dulu sebelum kalian berangkat. Ais kamu di sini bentar sama aku ya?"

"Siap Pak," jawab Ais dengan nada pasrah. Berdua-duaan saja dengan Ares? Entah kenapa pertanyaan itu sedikit menganggunya sebelum Agus melintas di depan mata.

POINT OF VIEW [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang